27

8.4K 387 2
                                    

Sebersit rasa bersalah dalam diri Digo menyeruak melihat gadisnya meneteskan air matanya.
"Hei..jangan nangis please aku..gak pernah ngeraguin kamu, maaf. Bukan mak-"

"Aku mau pulang.." cela Prilly parau menyembunyikan tangisnya dari Digo.
"Tapi sayang-"

"Aku mau pulang! Kalau kamu gak mau anter biar aku pulang sendiri!" ucap Prilly mengancam kemudian pergi kedalam kamar untuk berganti baju.

Digo hanya menggeram dan menyesali perbuatannya sendiri, ia mengacak2 rambutnya kasar kemudian pergi kedalam kamar satunya untuk berganti baju.

Bagaimana pun ia tidak akan membiarkan gadisnya itu pulang sendirian.
-
-

Didalam perjalanan mengantar Prilly, tak ada satupun yg membuka pembicaraan, mereka terlalu sibuk dalam pikiran masing.
Digo yg pikirannya masih melayang tentang kejadian 10 tahun yg lalu dan tadi di apartemen.
Membuat kepalanya seakan mau pecah.
Pikirannya berkecamuk menjadi satu. Asumsi2 nya berkeliaran didalam pikirannya, terutama pertanyaan yg selalu menggoyahkan hatinya.
Bagaimana jika Prilly memang bukan Ily? Gadisnya 10 tahun lalu yg ia cari?. Digo menggelengkan kepalanya kuat, menepis semua keraguan hatinya selama ini.

Digo menghentikan motornya didepan rumah Prilly, membuka helmnya dan melihat gadisnya sudah turun sejak tadi.
"Prill ak-"

"Lo! Kemana aja Prilly?!" seru seorang wanita didepan pintu rumah Prilly, wanita itu memeluknya erat.
"Firla"

"Lo baik2 aja kan beb?"
Prilly hanya mengangguk pelan, wajah Prilly terlihat sendu.

Mata firla beralih pada Digo, ia melihat Digo dengan tatapan membunuhnya.
"Lo! Lo mau apa lagi disini? Belum cukup kakak lo itu nyakitin Prilly hah?!" sentak Firla pada Digo seraya mendorong tubuh Digo.

"Firla stop! Lo kenapa?" cekal Prilly yg bisa melihat kemarahan dari wajah Firla.
"Prill, dia itu adik dari wanita yg udah ngerebut Daniel! " sahut Firla cepat.

Prilly tersentak terkejut bukan terkejut tentang itu, tapi terkejut dari mana Firla tahu tentang Digo? Ia bahkan belum bertemu dengan Firla dan bercerita apa2.

"Lo pasti heran kenapa gue tau kan?"
Prilly tak bergeming.

"Kakaknya dia dateng kesini bareng si brengsek Daniel, dia nyari Lo, pas kebetulan gue dateng, dan dia ngancem gue"

Prilly menegang mendengar penuturan Firla. "Dia ngancem gue, kalo gue gak kasih tau dimana lo dan Digo, dia akan semakin nyakitin lo terus menerus." lanjut Firla. Prilly merasakan dadanya terasa sakit, sesak hingga rasanya sebulir air mata tak mampu lagi ia tahan.
Prilly menoleh pada Digo, laki2 itu mengepalkan tangannya dengan rahang yg menegang. Prilly bisa mendengar deru nafas Digo juga gemeltuk giginya.

"Gue mohon lo jauh2 dari Digo Prill. Pantes gue ngerasa gak asing liat muka dia awal pertama ketemu. Ternyata dia adik dari perempuan itu!" Prilly semakin tak bergeming. Ia hanya mampu merasakan dadanya yg terlalu sakit.
"Gue tanya sama lo Digo, apa mau lo deketin Prilly hah? Lo mau nyakitin dia sama seperti kakak lo itu?!" Firla semakin berapi2 menumpahkan segala emosinya pada Digo, ia sudah tak tahan melihat sahabatnya selalu dilukai oleh keluarga Digo.
"Jawab! Edward Sandigo!" Firla menarik kerah baju Digo, menunggu jawaban dari laki2 itu. "Edward?"gumam Prilly pada akhirnya mengingat sesuatu tentang nama itu.
Digo dan Firla sama2 menoleh melihat Prilly yg hampir limbung.

"Prilly!" pekik Firla segera menahan tubuh Prilly yg hampir terjatuh.
"Sayang!"

"Jauh2 dari Prilly brengsek! Lo sama kakak lo gak beda jauh!" desis Firla tajam hingga menusuk kedalam hati Digo. Firla mendorong tubuh Digo yg ingin menghampiri Prilly.
Dan memapah Prilly untuk masuk kedalam rumahnya. Pintu rumah Prilly terbuka namun Prilly tidak segera masuk kedalamnya.
Ia menoleh pada Digo yg masih diam mematung sambil menundukkan kepalanya.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang