Daniel

4.8K 319 2
                                    

"Maksud kamu?"

Tia tersenyum,melirik sekilas pada Prilly dan Digo.

"Mata Sir gak bisa bohong, tatapan2 selama ini yg Sir lakukan pada Prilly itu tatapan2 suka. Iya kan?"

Ray membuang wajahnya kearah lain, apa yg dikatakan Tia benar, ia tak bisa membohongi tatapannya, apalagi untuk orang secerdas Tia yg selalu tau ia setiap harinya.

"Perasaan itu gak bisa dibohongi, saya tau itu Sir, tapi lihat lah disana. Digo dan Prilly juga saling mencintai. Lihat bagaimana mereka saling membutuhkan satu sama lain." lanjut Tia membuat Ray kembali melihat Digo dan Prilly yg sedang tertawa dengan Digo yg sudah menggendong Prilly dan anak2 yg sedang menyoraki mereka.

"Jadi, menurut kamu, saya harus nyerah?" Ray bertanya dengan nada getir dan lirih.
Secepat itukah ia harus berhenti berjuang? Membuang perasaannya sendiri terhadap Prilly?

"Bisa dibilang tidak harus." Ray mengerutkan keningnya bingung, apa maksud Tia? Sebenarnya.

"Maksud saya, Sir tetap bisa menyukai Prilly tapi dengan cara yg berbeda, seperti kakak adik mungkin?" seloroh Tia.

Ray tertegun, apa benar yg dikatakan Tia barusan? Bahwa ia harus menyukai Prilly dengan cara yg berbeda?

"Saya masih yakin, rasa Sir untuk Prilly itu hanya rasa suka sesaat Sir tidak seperti Sir Digo." kemudian Tia beranjak pergi dari Ray, ia menghampiri Prilly dan Digo yg sedang memandang langit senja dari tepi pantai.

Ray melihat kepergian Tia dengan hati yg semakin bertanya2. Benarkah apa yg dikatakan Tia?
-
-
-

"Maaf nih ya sebelumnya, tapi saya yakin disini sudah ada yg lagi kasmaran!" tegur Tia tiba2 pada Prilly dan Digo yg sedang memandang senja kemerahan diujung ufuk sana.
Prilly menoleh cepat pada Tia, masih tak mengerti maksud Tia. Sedangkan Digo, ia hanya tersenyum penuh kemenangan.

"Maksud lo apa?"
Alih2 menjawab, Tia menunjuk sepasang tangan yg sedang saling menggenggam, kemudian Tia melipat kedua tangannya didada.

Prilly melihat arah yg ditunjuk Tia kemudian melepaskan tangan Digo secepat kilat.

Membuat raut wajah kecewa Digo terlihat.
"Gak usah ngelak lo! Gue udah tau dari awal." sindir Tia membuat Prilly gelagapan.
"Ngaku, atau gue sebarin dikantor lusa?" ancam Tia. Membuat Prilly benar2 kikuk.

Dengan pasrah akhirnya Prilly mengangguk lemah, mengakui bahwa sudah terjadi sesuatu dengan dirinya dan Digo.
Digo maupun Tia hanya tertawa senang.
Tia menghampiri dan memeluknya dengan erat.
"Selamat ya kebo! Lo emang cocok banget sm Sir Digo" ucapnya membuat Prilly mendelik sempurna.
"Kebo?"

"Iya kebo, lo kan suka rada2 gimana gitu, kalo gue ajak ngobrol." jawab Tia santai sambil terkekeh.
"Sir, selamat! Eh tapi, ingat ya. Meski Sir atasan saya, tapi Prilly sudah jadi sahabat saya, jangan sakiti dia. Kalau sampai Sir bikin dia sakit hati.." lanjut Tia seraya mengepalkan tangannya pada Digo sebagai ancaman.
Digo terkekeh, dan mengangkat kedua tangannya keudara layaknya seorang penjahat yg ketakutan.

"Ampun mam "canda Digo membuat mereka semua tertawa.

Tia melirik kearah tempat dimana tadi dia meninggalkan Ray. Disana ia tak menemukan laki2 itu. Entahlah mungkin sudah pergi kembali kehotel tanpa sepengetahuannya.

"Ok! Ok enough Prilly! Saatnya merayakan ini, gimana kalo kita makan malam bersama?" tawar Tia yg mulai melepaskan pelukkan Prilly tadi karna terharu, akan sikap Tia yg mendukungnya bersama Digo.

"Setuju, bagaimana dengan caffe diseberang sana?" balas Digo menimpali seraya menunjuk sebuah caffe diseberang sana.
Tia mengangguk, kemudian beralih pada Prilly.
"Kalian...sekokongkol ya?!" tanya Prilly serkatik.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang