35

5.7K 370 7
                                    

"Digo, aku udah buat sandwich, terus aku juga udah bawa soda buat kita" Liana tidak berubah ia terus saja berusaha seolah tak terjadi apa-apa pada rumah tangganya.
Digo lagi-lagi menghela nafasnya kasar entah wanita itu sadar atau tidak, kalau Digo benar-benar sudah tak bahagia.

"Liana, rumah tangga kita udah benar-benar gak bisa diteruskan" seloroh Digo tanpa memandang Liana yang mulai terperanjat mengingatkannya kembali tentang rumah tangganya yang berada di ujung tanduk.

Liana diam, mengambil jeda untuk menjawab,
"Digo apa gak bisa kamu gak ngomongin ini dulu,selama kita mediasi?" sahut Liana lirih.

"Aku gak bisa nerusin mediasi ini Liana, perceraian kita udah gak bisa dihindari lagi. Aku mau kamu bebas, mau kamu bahagia dengan pilihanmu." sahut Digo dingin.

"Tapi aku bahagia Digo, sama kamu aku bahagia"

"Cukup Liana! Kalau dulu kamu bisa paksa Papa kamu buat jodohin kita, sekarang udah gak bisa lagi. Aku benar-benar gak bisa bahagiain km layaknya suami. Please ngerti"

Digo lelah, selama dua tahun ini terus menyiksa batin dirinya dan Liana. Digo tidak mencintai Liana, meski Digo berusaha keras untuk membuat dirinya jatuh cinta pada Liana tetap selalu saja bayang-bayang seseorang menghantui Digo, seolah ini belum selesai.

Digo tak ingin Liana tak bahagia selama pernikahan mereka, sudah cukup rasanya ia menderita karna sikap Digo.

Perceraian mereka sudah berjalan beberapa bulan lalu, dan kini mereka sedang masa mediasi, orang tua Digo menyuruh mereka pergi ke London untuk berbulan madu, berharap perceraian ini tak terjadi. Tapi bagi Digo tekad nya sudah bulat, walau bagaimana pun juga, ia ingin tetap bercerai.

Liana menghela nafasnya pelan, mengatur kembali emosinya, yang meminta untuk segera di tenangkan, ia tak mau Digo semakin membencinya jika itu sampai terjadi, perceraian saja sudah cukup bagi Liana, jika itu bisa membuat Digo bahagia.

"Baiklah Digo, tapi tolong hari ini aja, kita jalani layaknya seorang suami istri, tolong" ucap Liana memohon  seraya mengulurkan sandwich didepan Digo.

Digo mengambil sandwich itu beberapa saat, lalu memakannya dengan pelan.

Baiklah ia hanya akan melewati hari ini seperti layaknya suami istri,kemudian besoknya ia akan kembali pulang ke indonesia dan meneruskan perceraian mereka.

******

Zack dan Ray sedang bermain bola, sedangkan Firla dan Prilly sedang berada diatas tikar mengupas buah-buahan untuk mereka, kedalam mangkuk yang sudah Prilly siapkan.

"Biar Zack ambil bolanya Papa" seru Zack ketika bolanya menggelinding jauh saat tendangannya terlalu keras.

"Ok son, cepat ya" balas Ray sambil terkekeh melihat Zack pergi mengambil bolanya.

Digo menundukan kepalanya ketika sebuah bola menyentuh tepat dibawah kakinya.
Digo mengambil bola itu dan melihat kesekeliling.

Bibir Digo menyunggingkan senyumnya ketika melihat anak laki-laki menggemaskan yang tadi ia jumpai sedang mencari-cari sesuatu yang Digo yakini adalah bola yang ia pegang ini.

"Zack!"
panggil Digo cukup keras pada Zack yang sedang mencari-cari bolanya.

Mata Zack berbinar ketika melihat Digo memegang bola yang dicarinya itu.
"Uncle"

"Hai Zack, kita bertemu lagi" lanjut Digo riang pada Zack.

"Iya Uncle, Uncle menemukan bola Zack?" tanya anak itu.

Digo melihat bola ditangannya dan menyodorkannya pada Zack.

"Iya tadi ada dibawah kaki Uncle."

"Terima kasih Uncle, tadi Zack dan Papa sedang bermain bola. Uncle mau main? Ayo Uncle nanti Zack kenalkan pada Papa Zack"

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang