Pertemuan

6.6K 539 2
                                    

Prilly segera menoleh pada bunda Rosma, ia tak rela kalau harus panti asuhan tempat ia juga anak2 lain dibesarkan ini digusur.

Dimana adik2nya akan tinggal? Prilly tak mau jika adik2nya menjadi anak anak jalanan yg tidak sekolah! Prilly tak mau jika adik adiknya seperti anak anak jalanan, menjadi pengamen atau jadi pengemis, Tidak! Prilly tidak mau!.
Sekali sentakan Prilly segera berjalan menuju pintu dengan pikirannya yang sudah bergemuruh ketakutan akan nasib anak anak panti.

"Mau kemana nak?"
tanya bunda Rosma saat melihat Prilly sampai didepan pintu.

"Prilly ingin minta kebijakan bun."

"Sudahlah nak, kita pasrah saja"

"Pasrah? Engga bun Engga! Gimana adik adik? Dimana mereka tinggal bun, kalo panti sampai digusur?"
lanjut Prilly lirih menatap bunda.

"Lalu apa yg mau kamu lakukan Prill?"
tanya bunda akhirnya.

"Prilly mau keperusahaan ini bun" selorohnya menunjukan sebuah alamat yang berada dikartu nama itu.
*
*
*
*
*

Digo baru saja datang sehabis meeting diluar dengan para client client besar dari luar negeri.
Ia hendak menuju lift khusus para petinggi perusahaan ketika ia tak sengaja mendengar keributan dari arah ruangan lain didefisinya

"Ada apa?" tanya Digo datar pada security didepannya.

"Ada cewek yg nyari pak Ferdy Sir"
jawab Security tersebut sopan.
Digo segera pergi keruangan Ferdy tempat karyawan dikantornya.

"Bapak gak pernah tau rasanya tinggal sendirian, dengan kerasnya kenyataan. Bapak jg gak pernah tau gimana hidupnya kami mencari biaya untuk sekolah, untuk makan. Apa bapak gak tau gimana rasanya harus meninggalkan tempat tinggal yg sudah menjadi tempat kami berteduh juga berlindung?" ujar seorang gadis lirih tengah menangis didepan Ferdy. Digo yg mendengarnya saja seperti merasakan apa yg gadis itu rasakan. Kepedihannya membuat Digo untuk turun tangan.
Ferdy yg menyadari kehadiran Digo segera berdiri dari kursinya dan menunduk.

"Sir"
Sapanya singkat.
Gadis itu segera berdiri dan membalikkan tubuhnya.
Mata itu menatap Digo dengan sendu, mata yg selalu Digo rindukan itu kini didepannya. Sungguh Digo tak menyangka bahwa gadis yg tengah menangis itu adalah Ily! Ily cintanya..

"Ada apa Sir? Ada yg bisa saya bantu?" tanya Ferdy membuyarkan lamunan Digo.
Digo sedang tersenyum, akhirnya kembali memasang wajah datarnya.

" Tidak sekarang! Stay cool Digo!'' batin Digo berucap.

"Ada apa Fer? Kenapa nona ini menangis?" tanya Digo datar namun lembut menatap manik mata ily didepannya.

"Nona ini ingin agar pantinya jangan digusur Sir"

"Panti?"

"Iya Sir, Panti Harapan sudah menunggak selama 2 tahun sebesar 200juta"
jelas Ferdy pada Digo.
Digo dapat melihat tatapan tajam dari manik mata cantik ily. Tatapan tajam yg menusuk kearah Ferdy.

Digo menghembuskan nafasnya lalu memijit ujung hidungnya pelan.

"Hmm..begitu..ok,nona bisa ikut saya?"
ujar Digo sopan pada ily.
"Buat apa?"
jawab ily ragu.

"Kita bicarakan ini keruangan saya?"
ujar Digo lagi, seraya mempersilahkan Ily untuk keluar dari ruangan Ferdy dan menuju ruangan Digo.

Ily melirik Ferdy sekilas, lalu mengangguk ikut keluar keruangan Digo.
Sepeninggalnya Digo dan Ily, Ferdy menatap punggung Digo yg mulai menjauh, Ferdy juga merasa sedikit bingung, dengan sikap Digo pada gadis itu.

"Tumben banget senyum" gumamnya acuh tak acuh.
.
.
.
.
.
.
Digo masih memperhatikan Ily yg masih terkesima dengan luasnya ruangan Digo yg luar biasa ini sampai akhirnya ia berdehem untuk membuat Ily nya kembali kealam sadar.

"Ekhem.."
dehaman Digo membuyarkan kekagumam Ily.
Gadis itu lalu menatap Digo kikuk dan takut.

"Menggemaskan! Ok tahan Digo! Jangan sampai lo nubruk badan dia dan memeluk dia gitu aja!"

batin Digo.

"Jadi begini Nona, tunggakan itu sudah lewat 2tahun biayanya jg tidak murah, 200 juta. Apa nona punya uang sebanyak itu?"

"Sir, kalau saya punya uang sebanyak itu, saya gak mohon mohon disini buat dapat kebijakan. Adik adik saya butuh tempat tinggal." balas ily bergetar.
"Oh Shit!! Jangan menangis sayang" batin Digo merasa bersalah karna gadisnya ini akan menangis.

Digo menghembuskan nafasnya.
"Begini saja Nona, bagaimana kalau kau bekerja diperusahaanku, dan bisa menyicil tugakannya dari gajimu?"
ujar Digo memberi penawaran.
Mata ily terbelalak tak percaya.

"Bekerja disini Sir?"
Digo mengangguk,

" Sebagai sekertaris" ujarnya jelas dan tegas.

"Aku sedang butuh sekertaris. Kau bisa kan?"
kebetulan sekali sekertaris Digo ingin mengambil cuti melahirkan, jadi inilah kesempatan Digo agar selalu bisa dekat dengan gadisnya.

"Tap..tapi Sir, saya.."

"Nanti diajari dengan orang lama, jangan takut."
Dengan ragu, akhirnya ily mengangguk setuju,dan tersenyum manis pada Digo.

Ini yang Digo inginkan. Gadisnya kembali tersenyum seperti pertama kali mereka bertemu di 10 tahun yang lalu.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang