32

6.4K 372 9
                                    

Untuk mempertahankan bayi itu tanpa memberitahukannya pada Digo.

Ray menghela nafasnya lagi, secara pelan. Mengusap rambut Prilly dengan lembut.
"Terus kamu mau apa Queen?" tanya Ray lembut.

"Baby Ray, bukan aku"

Ray terkekeh mendengar gerutu Prilly yg kelewat menggemaskan.
"Ok, baby mau apa?"

"Mau ice cream rasa green tea." ucap Prilly merajuk.

Ray mengusap rambut Prilly kembali, lalu mengelus perut datar Prilly.

"Siap laksanakan!" sahut Ray memberi hormat seolah prajurit.

Prilly memamerkan gigi ratanya, merasa senang karna Ray menuruti permintaan ngidamnya.

Iya, kata Oma apa yg Prilly sangat inginkan itu dinamakan ngidam. Oma pun pernah seperti itu dulu, saat mengandung Ibu Prilly.

Dan Ray, adalah orang yg akan selalu sedia mengabuli semua keinginan ngidam Prilly tanpa pikir panjang dan senang hati.

"Ya udah, aku pergi beli dulu ya, kamu disini aja."

"Gak mau! Aku mau ikut" Prilly kembali merajuk.

"No queen!, nanti kamu capek, kan kasian baby nya. Kamu tunggu dikamar aja ya." Prilly mengerucutkan bibirnya, kemudian membuang wajahnya keluar jendela.

Ray tahu,jika Prilly sudah seperti itu, tak ada lagi yg bisa menolak keinginan nya.

"Ya udah, ayok." ucap Ray pasrah.
Prilly kemudian menepuk tangannya senang.

"Tapi--" ucap Ray kemudian, membuat senyum riang Prilly hilang.
"Pakek mantel yg tebel. Diluar lagi dingin banget."

"Siap Boss!" sahut Prilly cepat kemudian beranjak dan sedikit berlari kedalam kamar mandi, mengambil mantelnya.
-
-
-
-

Ray senang ketika melihat Prilly seriang sekarang ini. Apalagi kalau permintaan ngidamnya dituruti.
Ray sebenarnya ingin memberitahukan kabar kehamilan Prilly pada Digo, tapi Prilly lebih dulu mengancamnya.
Jika sampai Ray memberitahu Digo, Prilly tidak akan pernah mau ngenal Ray selamanya.

Dan Ray, tak sanggup jika harus dijauhi apa lagi dibenci oleh makhluk cantik didepannya ini.

"Selesai!" seru Prilly seraya menepuk nepuk tangannya seperti anak kecil yg telah menghabiskan 2scop ice cream green tea didepannya.

Ray gemas, lalu mencubit pipi Prilly.
"Sakiiit Ray" rengek Prilly manja.
"Makanya, Mommy jangan gemesin" seloroh Ray yg mendapat cubitan balik dilengan Ray.
"Jangan salahin m
mommy, yg mau baby, tau!" seloroh Prilly.

Ray memandang gemas gadis yg sebentar lagi akan menjadi seorang wanita yg akan disebut Ibu oleh anaknya kelak.

Ray menangkup sebelah tangan Prilly yg tergeletak diatas meja.
Memandang mata Prilly dalam-dalam dan menarik nafasnya pelan.

"Mau sampai kapan kamu begini?" tanya Ray tanpa alih-alih, membuat Prilly terkejut.

"Maksudnya?" tanya balik Prilly heran.
"Mau sampai kapan, kamu nyembunyiin ini semua dari Dia" lanjut Ray lagi.

Prilly tertegun, ia tak berani melihat mata Ray yg menuntut jawaban darinya.

Prilly sangat paham apa yg dimaksud Ray, ia tahu ia egois, tapi dibalik itu semua terselip rasa sakit hati yg sudah Digo torehkan padanya.

Mata Prilly berkaca-kaca, bibirnya kelu, seakan tercekat oleh kepahitannya sendiri.
Ini lah keputusannya, ia tidak memberi tahukan kehamilannya pada Digo.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang