42

4.8K 283 19
                                    

"Sudah selesai?" tanya Digo, setelah melihat Prilly menutup pintu kamar Zack. Dan dibalas anggukan oleh Prilly.

"Sini" perintah Digo seraya menepuk sofa disebelahnya pada Prilly.

Setelah Prilly duduk disebelahnya Digo beringsut duduk dibawah kaki Prilly,membuat Prilly menatap Digo heran.
"Aku tau, ini gak romantis. Aku juga tau kalo ini bukan sesuatu membuat kesan 'romantis' dikepala kamu. Aku cuma pengen kamu tau kalau.." Digo memberi jeda pada kata-katanya,kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantung jaket yang ia kenakan.

Mata Prilly terbelalak sempurna, ia tak percaya apa yang Digo keluarkan dari kantung jaket itu berupa,sebuah kotak beludru berwarna biru.

Prilly bahkan hampir tak percaya pada laki-laki didepannya ini, apa yang ia lakukan? Melamar Prilly? Oh shit!
Bahkan laki-laki itu kini sedang menggengam sebelah tangannya dan membuka kotak beludru berwarna biru itu memunculkan sebuah cincin bermata berlian terselip indah diatasnya.

"Digo, ini-"

"Ssstt..jangan mencela"
Prilly mengangguk patuh, bahkan lidahnya kini terasa sangat kelu.
Digo menarik nafas dan menghelanya pelan kemudian melanjutkan.

"Kalau, selama ini aku mencintai kamu. So.. Prilly Amorea, i'm promise i will always love you, for every moment of my life. Menjadikan kamu satu-satunya pemilik hati untukku seumur hidup, menjadikan kamu surga untuk anak-anak ku kelak, dan menjadikan kamu permaisuri dikeluarga kecil kita nanti dengan penuh cinta dan kasih sayang yang selama ini aku jaga hanya untukmu, menjadikan kamu satu-satunya alasan kebahagiaanku. Prilly Amorea, will you merry me?"

Mata Prilly berkaca-kaca, ia menghembuskan nafasnya sesak. Kata-kata Digo terdengar indah ditelinga Prilly. Air mata jatuh begitu saja ketika ia memejamkan mata dan membuka kembali untuk menatap mata Digo yang masih berlutut didepannya dengan sebuah cincin yang indah.

Prilly mengajak Digo untuk berdiri. Ditelitinya wajah Digo yang pernah membuatnya hidup tapi mati tanpa kehadiran laki-laki ini.

"Iya Digo, aku mau menikah sama kamu. Aku tersiksa jauh-jauh dari kamu" ucapnya seraya memeluk laki-laki itu, menumpahkan rasa haru dan bahagia yang ia punya untuk Digo.

Digo tersenyum dan membalas pelukkan Prilly tak kalah eratnya.
Rasanya satu beban sudah terangkat dari pundaknya untuk memiliki Prilly.

*******
Prilly dan Zack berlarian tergesa-gesa saat ini. Seperti devaju, bagi Prilly memasuki sebuah gedung bercat putih dan hijau pucat ditambah dengan bau steril yang menyengat. Membuatkan kembali kemasa dimana Digo pernah juga dirawat dirumah sakit.

Prilly mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru area rumah sakit ini, dan berhenti pada sekumpulan orang-orang yang ia kenal.

"Bagaimana?" tanya Prilly pada Digo yang masih terengah-engah mengatur nafasnya.

"Masih didalam, masih diperiksa sama dokter"sahut Digo.

Varissca yang berada disana langsung menoleh tajam pada suara yang sangat ia kenal,kini sudah berada didekatnya.
Varissca beranjak berdiri dan mengampiri Prilly dengan air mata yang masih menetes menangisi putrinya Bella.

"Ngapain lo disini,hah?! Lo bukan siapa-siapa dikeluarga kami. Lebih baik lo pergi!" ucapnya tajam.

"Varissca! Bisa lo tenangin diri lo gak? Ini rumah sakit. Dan Bella butuh lo untuk tenang. Prilly kesini karna gue yang minta." sahut Digo tak kalah tajam pada Varissca.

Prilly hanya diam, dan terus menunduk sambil memeluk Zack digendongannya.

"Varissca, sudahlah nak, Bella sedang didalam,Prilly tidak salah, kita fokus saja pada Bella" Marissca datang menghampiri Varissca dan menenangkannya,membawa Varissca kembali duduk menunggu dokter keluar memeriksa Bella putrinya.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang