43

2.5K 182 17
                                    

Prilly hanya terheran-heran dengan pernyataan Digo, ia hanya mampu mengernyitkan dahinya bingung.
"Kita harus dapat restu dari semua belah pihak" seloroh Digo yg mengerti arti tatapan kebingungan Prilly.

"Bukannya sudah?" tanya Prilly.

Digo menggeleng pelan seraya tersenyum.
"Belum sayang, paman kamu, yang ada di kalimatan. Dia wali kamu bukan?"
Sesaat setelahnya Prilly hanya bisa terdiam dan mengingat betapa pedihnya kehidupannya dulu.
Pamannya sengaja membuangnya kepanti asuhan karna tak mau mengurusnya.
Prilly benci mengapa ia harus mempunyai wali seorang paman seperti itu.

"Apa kita nggak bisa, nggak usah datengin dia Digo? Aku, aku terlalu sakit hati liat tampangnya lagi" ucap Prilly dengan bibir yang bergetar.

Digo yang mengerti rasa sakit hati Prilly hanya bisa menenangkan wanita itu dengan lembut.
"Kamu butuh wali sayang, kalau dia nggak mau waliin kamu, ya sudah terpaksa kita cari wali hakim,tapi setidaknya kita coba. Ok?"
Prilly akhirnya bisa mengangguk pasrah. Mungkin inilah saatnya ia melawan rasa sakit hatinya pada pamannya sendiri dan mulai melupakan masa lalunya seperti yang ia lakukan sekarang.

Lalu apa kabar pamannya itu? Sudah hampir 10 tahun ia tak pernah lagi tahu bagaimana keadaan pamannya itu.
                         ®®®

Bella sudah sadar ketika Prilly dan Digo juga Zack datang kekamar Bella dirawat.
Daniel dan Varissca sudah ada disana begitupun dengan Marissca dan Marrion yang tengah duduk disofa panjang, yang sengaja disediakan rumah sakit untuk pengguna kamar VVIP.

Daniel tersenyum kikuk ketika melihat Prilly datang menghampiri putrinya dengan menggendong Zack.
"Hai kakak Bella. Bagaimana keadaannya sayang?" tanya Prilly.
"Bella ndak papa aunty" sahut gadis kecil berumur 3 tahun itu.

"Oia Bella, ini Zack. Ini anak uncle Digo" cela Varissca memperkenalkan Zack pada Bella.

"Hallo" sapa Zack pada Bella.

"Allo, aku Bella" sahut Bella riang.

"Aku Zack"

Prilly dan Digo dan seluruh orang yang ada disana hanya bisa terkekeh mendengar celotehan kedua anak-anak kecil ini berbicara.

Daniel hanya bisa melirik Prilly dengan ekor matanya. Sungguh ia merindukan wanita itu selama ini. Tapi entah mengapa rasanya sangat berbeda.
"Ada yang mau lo bilang sama calon istri gue Dan?" tegur Digo seraya berbisik.
Daniel terkejut dan tak menyangka kalau ternayata Digo memperhatikan dirinya sedang melirik Prilly sedari tadi.

"Nggak ada! Gua cuma mau ngucapin makasih sama dia" sahut Daniel tak kalah berbisik.

Digo tampak mengangguk paham, meski ia sedikit tak yakin apa yang ingin Daniel katakan pada wanitanya itu.
"Nggak perlu, dia ikhlas lakuin itu buat anak Lo" seloroh Digo kemudian berjalan mendekati Prilly disisi ranjang sebelahnya bersama Varissca.

Digo memeluk pinggang Prilly posesif dan mencium puncak kepala Prilly dengan sengaja didepan Daniel.

"Digo!" pekik Prilly tertahan menatap tajam pada Digo atas perlakuaanya.
"Kenapa?" tanya Digo polos membuat Prilly kesal.

"Malu! Kamu ih!" sahut Prilly seraya mencubit perut Digo.

Varissca hanya menggeleng kan kepalanya melihat tingkah lucu adiknya dan Prilly seperti itu.
"Mending kalian cepat-cepat nikah deh!" seloroh Varissca membuat seisi ruangan menatap fokus pada Digo dan Prilly.

"Mami setuju! Cepat deh sayang, kata-kata Mami kemarin Mami tarik kembali." ucap Marissca menimpali.

"Tuh denger, mereka pengen kita cepat-cepar nikah" sahut Digo menggoda Prilly,membuat pipi Prilly memanas seketika.
"Tap-"
"Cepet atau lambat, kalian akan tetap jadi suami istri. Jadi nggak ada salahnya kita percepat." cela Marissca menghentikan kata-kata Prilly.
"Lusa kita pergi ke kalimantan. Kita ajak paman kamu buat jadi wali" bisik Digo.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang