Getaran

6.6K 451 2
                                    

Ray melihat wanita itu dengan seksama, secara detail Ray tahu bahwa wanita itu bukanlah karyawannya.

"Iya Sir, maaf..saya ada panggilan kerja disini"
balas wanita itu sambil menunduk.
"Siapa namamu nona?"

"P..Prilly Sir"

Ray menghembuskan nafasnya dan tersenyum.

"Baiklah, semoga sukses Nona Prilly, saya permisi dan hati2." ujar Ray berlalu dari hadapan Prilly.

Didalam mobil,Ray tidak bisa berhenti tersenyum mengingat Prilly.
Entah mengapa ada yg berbeda dari gadis itu. Wajahnya yg imut, serta mata hazel yg hangat membuat perasaan Ray tenang dan damai jika melihat mata itu.

"Prilly.. Kau siapa?"
gumam Ray pelan mengingat wajah Prilly.
*
*
*
*

Prilly keluar dari dalam lift dengan hati yg sudah bercampur aduk. Jantungnya seperti sedang memompa dengan kecepatan tinggi saat ini. Pasalnya ini kali pertama Prilly merasakan kerja dikantor sebesar ini.

Dulu sekali Prilly juga pernah bekerja disebuah kantor, namun itu tak bertahan lama, kantor tempat Prilly bekerja itu jatuh bangkrut.

"Permisi"
sapa Prilly pada seorang gadis yg ada diruangan itu.
"Iya, ada yg bisa saya bantu nona?" balas gadis itu sopan.
"Saya ada panggilan kerja hari ini, apa saya bisa bertemu dengan tuan Digo?"

"Sir Digo?apa sudah membuat janji?"
Prilly baru saja akan menjawab,namun dering panggilan interkom dimeja gadis itu berbunyi.
Gadis itu mengintruksikan Prilly untuk menunggu dengan menganggkat satu jari telunjuknya didepan Prilly.

"Ya Sir,"
"......"
"Nona Prilly?"
Samar2 Prilly mendengar namanya dipanggil.

"....."

"Baik Sir."
gadis itu menuntup panggilan interkom itu dan kembali fokus pada Prilly.
"Siapa nama nona tadi?"

"Prilly"

Gadis itu tersingkap, baru saja bosnya itu menyuruhnya untuk segera membawa Prilly masuk jika gadis itu sudah datang, dan kini gadis itu sudah ada didepannya.

"Ah, Iya, silahkan nona. Sir Digo sudah menunggu."
ujar gadis itu lalu bangkit berdiri mengajak Prilly bertemu dengan Digo.

Tekad Prilly seperti melorot melihat bagaimana gadis2 diperusahaan ini begitu rapih dan bersih, tak hanya itu mereka juga cantik dengan pakaian yg mereka kenakan. Tidak sexy tapi sangat mewah.
Berbeda sekali dengan dirinya.

Gadis itu berhenti disebuah ruangan yg tertutup dengan sebuah pintu kaca hitam.

"Nah nona Prilly ini ruangan Sir Digo, silahkan"

"Eh, Terima kasih" gadis itu mengetuk pintu, setelah wang empu menyuruhnya masuk, barulah gadis itu membukanya
"Sir Digo ini nona Prilly."
Jantung Prilly makin tak karuan berdetak.

Jantungnya berpacu sangat cepat saat mata hitam itu menatap manik kedalam matanya.
Sangat tegas, berwibawa juga rindu?..

Benarkah yg Prilly lihat ini didalam mata hitam itu?
Gak usah mikir yang aneh aneh Prill ucap Prilly dalam hati.

Ia segera mengusir pikiran aneh yg terlintas dipikirannya.

"Terima kasih Tia. Silahkan keluar"
jawab Digo datar pada Tia.

Tia segera membungkuk dan berjalan keluar dari ruangan Digo.

"Silahkan duduk nona"
tegur Digo menyuruh Prilly untuk duduk didepannya.

Prilly segera menurut,terlihat berusaha menetralkan aliran darah juga jantungnya yg berpacu cepat.

"Bisa saya lihat CV anda nona?" tegur Digo menyunggingkan senyumnya pada Prilly.
Yg segera dibalas anggukkan oleh Prilly seraya menunjukkan CVnya sendiri pada Digo.
Jujur saja baru kali ini Digo turun tangan menyeleksi seorang karyawan. Biasanya dia akan menyerahkan seluruh kepercayaannya pada bagian HRD dikantornya. Baru hanya Prilly saja yang mampu membuatnya harus menyisihkan waktunya sebentar dari kesibukannya hanya untuk bertemu Prilly. Hanya Prilly!

Prilly sedang menimang2 wajah Digo yg sangat familiar baginya itu.
Ia seperti pernah bertemu dengan Digo entah dimana, namun sesuatu mengaingatkannya...

"Ekhem" deheman Digo membuyarkan lamunan Prilly.

"Ahh! Aku ingat!" pekiknya tanpa sadar membuat Digo mengerlingkan matanya pada Prilly.
"Ingat apa?" tanya Digo.

"Bapak, eh Sir. Yg hampir tertabrak malam kemarin itu ya?"
tanya Prilly santai pada Digo.
Digo menyungingkan senyumnya dan melipat tangan diatas meja.

"Jadi kamu udah ingat?" balas Digo yg sudah mencairkan suasana.

"Udah Sir, Sir gak apa-apa?"

"Saya udah gak apa-apa,makasih ya udah nolongin saya"
balas Digo tak kalah ramah dari Prilly.

Prilly tersenyum lega, akhirnya ia bisa juga mencairkan suasana yg tadinya dingin dan beku itu. Syukurnya calon boss nya ini juga ingat dan tak melupakan kejadian itu.

"Saya udah periksa semuanya, selamat bergabung diperusahaan kami" ujar Digo mengulurkan tangannya didepan Prilly.

"Terima kasih"
Prilly segera menjabat tangan Digo dengan perasaan ringan. Ia lega juga bahagia akhirnya ia bisa juga bisa bekerja disini..
-
-
-

Prilly sedang melihat2 setiap sisi ruangan yg ada diperusahaan Marrion ditemani Tia sekertaris sementara Digo sebelum akhirnya Prilly bekerja jadi sekertaris. Tia sebetulkan adalah sekertaris Ray yang sengaja Digo pinjam untuk mengajari Prilly sekaligus mengenalkan seluruh tempat tempat yang ada dikantor Marrion.

"Kamu beruntung banget Prill, bisa kerja jadi sekertaris Sir Digo." ujar Tia saat ia ditengah jalan menuju loby.

"Kenapa gitu?" balas Prilly penasaran.

"Iya gimana gak beruntung, Sir Digo itu orangnya pemilih, dia juga gak suka kalo yg jadi sekertarisnya itu wanita2 muda. Apalagi nih ya, kamu di seleksi langsung sama beliau!" jawab Tia sambil terkekeh disamping Prilly.
"Kok gitu?"

"Iya, menurut sekertaris lamanya, Sir Digo itu takut digoda oleh seketaris2nya. Jadilah dia memilih sekertaris2 wanita diatas usia 30an atau yg sudah berumah tangga."lanjut Tia lagi masih sambil terkekeh.
Prilly ikut terkekeh disamping Tia, alasan boss nya itu sangat aneh.
Wajar saja bukan jika dia digoda oleh wanita2 diluar sana. Digo itu selain kaya, dia juga tampan.

"Kamu gadis pertama yg jadi sekertarisnya Prill" ujar Tia.
Ada perasaan menghangat di hati Prilly.
Namun ia segera menepis jauh2 keberuntungannya kali ini. Anggap saja Tuhan sedang memberinya rejeki.
*
*
*
*
Digo pov

Aku menarik nafas lega setelah Prilly/ily sudah pergi dengan Tia untuk melihat2 setiap sudut ruangan diperusahaan.
Ini pertama kalinya aku mempunyai sekertaris lajang belum bersuami atau berkeluarga.

Aku selalu mengatakan bahwa aku takut digoda. Jelas saja itu hanya alasanku, walaupun terdengar konyol.
Alasan utamaku adalah untuk mejaga hatiku untuk Ily, gadisku yg secara bertahun2 aku cari.

Meski kini ia telah kembali dengan nama yg berbeda, namun tak jadi masalah.

Aku melihat lagi CV yg Ily berikan padaku tadi. Usianya 3tahun lebih tua dariku.
Itulah alasanku mengapa sangat yakin jika Prilly adalah Ily. Ily-ku yg dulu.

Interkom diruanganku berdering nyaring.
"Iya Tia"

"Sir, tugas saya sudah selesai" balas Tia di sambungan interkom.
"Iya terima kasih Tia, kau sudah memberitahukan pekerjaan Prilly kan?"

"Sudah Sir. Ia sedang mempelajarinya."

"Baik, terima kasih Tia." aku mematikkan sambungan interkom itu dan menatap langit2 ruanganku dengan perasaan lega.
Ini saatnya aku mendapatkan lagi Ily-ku dengan cara apapun! Mengingatkan dia kembali bahwa aku adalah bocah yg dulu pernah ia tolong saat terjatuh dari sepeda.
Ia harus tau bahwa aku mencintainya, meski dengan perlahan.
Dan aku masih sangat mencintainya dengan getaran yang masih sama.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang