Introgasi

6.4K 428 3
                                    

Digo Pov

Aku melirik arloji dipergelangan tanganku, ini sudah waktunya jam makan siang.

Aku menghela nafas pelan sampai aku teringat bahwa ada satu makhluk cantik yg belum kuperhatikan.

Aku segera berjalan keluar dari ruanganku dan melihat bahwa makhluk cantik itu masih disana,masih berkutik didepan komputer dan map map dimejanya.

Sepertinya ia tak menyadari kedatanganku.
"Ekhem"
dehemku akhirnya membuatnya terkejut dan terperanjat dari tempat duduknya.
"Sir"

"Kau sudah makan Prill?" tegurku menahan suaraku terdengar datar dan dingin.

"Be..belum Sir" balasnya gugup.

"Kalau begitu ikut saya, temani saya makan siang." lanjutku dengan nada tak mau dibantah.

Ini kesempatan bukan. Makan siang bersama sicantik. Biarlah mereka menggap aku licik, aku hanya khawatir pada kesehatannya meski aku juga tak munafik memimpikan saat2 seperti ini dengannya.

Aku sempat meliriknya sekilas saat ia mengangguk pelan dan segera mengikutiku dibelakang saat masuk kedalam lift.
Wajahnya yg cemberut membuatku gemas, menahan keinginan setengah mati untuk tak mecubit pipinya yg chubby.

Supir kantor sudah menungguku didepan loby setelah aku menghubunginya tadi, banyak staf2 yg melihatku dan Prilly berjalan bersama seperti ini.
Ini mungkin baru bagi mereka, melihatku akhirnya pergi dengan wanita selain ibuku sendiri. Pasti mereka berpikir bahwa aku menyukai sesama jenis atau sebagainya diusiaku yg masih 23 tahun ini, tapi aku tak perduli, tak pernah ambil pusing.
"Mau makan dimana Prill?" tegurku pada Prilly saat keheningan diperjalanan menyelimuti kami.

"Mm..terserah Sir saja" balasnya masih terlihat sangat canggung.

"Ketempat biasa pak" ujarku pada supir, dan dibalas anggukkan olehnya.

Tak butuh waktu lama sampai akhirnya kami tiba direstoran tempat biasa kudatangi.
Aku segera menahan lengan Prilly yg hendak membuka pintu dan menyuruhnya untuk menunggu.
Aku turun dari mobil dan memutar untuk membukakan pintu untuknya.
Prilly tampak salah tingkah mendapat perlakuan seperti itu,bagiku itu biasa saja, aku hanya ingin melakukan apa yg harusnya kulakukan untuknya dulu.

Prilly menunduk'kan wajahnya entah mungkin karena malu. Bisa kulihat semburat merah muda dipipinya saat aku dengan sengaja tersenyum.

Aku segera masuk kedalam restoran itu dan memilih untuk duduk ditempat favoritku disudut restoran yg menghubungkan dengan padang rumput yg hijau.
"Mau pesen apa Prill?" tanyaku pada Prilly yg sudah duduk diseberangku.

"Terserah Sir saja" jawabnya.
Aku segera memanggil pelayan restoran itu dan memesan. Setelah mencacat pesanan kami Prilly masih tampak asik menelusuri setiap padang rumput hijau didepannya yg luas.
"Kamu suka makan disini?" tanyaku mencairkan suasana.
"Suka Sir, disini enak"balas Prilly dengan cengiran gigi2nya yg rapih.
" Bagus kalau gitu, berarti saya gak salah pilih tempat"

"Kenapa harus salah pilih tempat?" tanya Prilly membuatku menyunggingkan senyum.
"Ya Gak papa, pengen yg lebih spesial aja."

"Spesial kaya pake telor aja Sir!" Prilly terkekeh membalas candaanku.
Lihatlah bagaimana ia bisa sangat bisa berinteraksi denganku yg notabene nya adalah bossnya sendiri?

Gadis ku itu benar2 membuatku jadi semakin ingin cepat2 memilikinya saja!

Pesanan kami pun datang gurauan2 tak pernah surut dari setiap bibirnya yg tipis. Aku mulai teringat kembali tentang tujuanku mengajak Prilly makan bersama ini.
"Oia Prill, dulu sekolah di SMA mana?" tanyaku sesantai mungkin, sambil menyuapkan daging steak kedalam mulut.
Prilly tampak berpikir sejenak, meneguk air minumnya dan menjawab.
"Di Bhakti Siswa Sir. Bukannya ada di CV ya?" balas Prilly pula.

"Oia, saya lupa"ujarku terkekeh menggaruk tenggukku yg tak gatal.
" Dulu saya juga pernah sekolah SMP dekat2 sana."

"Oia? SMP?"
Aku mengangguk,
"Iya, dulu saya inget banget ada cewek yg nolongin saya pas saya jatoh dari sepeda" Dan akhirnya aku sengaja memancing2 kenangan masa lalu itu untuk mengingatkan lagi memory Prilly.
"Pasti Sir langsung suka?" tanya nya santai.

Tunggu! Kenapa Prilly tak tampak mengingat kejadian itu? Jelas2 dia yg membantuku saat aku terjatuh saat itu bukan?
Ok! Calm down Digo!

"Iya lumayan sih, tapi cuma sekali liat aja, abis itu gak pernah ketemu lagi" ujarku semakin gencar memancing2 kenangan Prilly.

Ekspresi Prilly masih tetap sama, bahkan ia terbilang sangat santai walaupun sudah ku ingatkan lagi secara garis besarnya.

"Sabar saja Sir, jika berjodoh pasti akan bertemu lagi." balas Prilly menguatkan dan menyunggingkan senyumnya.

Ingin sekali rasanya aku berteriak ditelinganya, bahwa gadis itu adalah dia! Tapi aku bisa apa? Selain hanya mengangguk dan terus menjalani hari2 dengannya saat ini. Masa lalu tidaklah terlalu penting bukan, setelah kita menemukan apa yg kita cari selama ini sudah didepan mata?
*
*
*
*
*

Prilly pov

Aku tak pernah menyangka bahwa akan semenyenangkan ini mengobrol dengan bosku,yg pernah Tia ceritakan sangat dingin dan kaku. Aku justru tak melihat aura itu didalam sikap Digo.
Digo banyak sekali bercerita dan bergurau yg membuatku sampai tertawa jumawa karna ulah konyolnya. Entah menguap kemana rasa grogiku kemarin dan tadi.

Digo juga menanyakan sekolah SMA ku yg dulu.
"Dulu saya juga pernah sekolah SMP dekat sana" ujarnya santai.
"Oia? SMP?" balasku, dan ia mengangguk.
"Iya, dulu saya inget ada cewek yg nolongin saya waktu saya jatuh dari sepeda" ungkapnya lagi seperti bernolstagia.
Bisa kulihat pancaran matanya yg sendu.
"Pasti Sir langsung suka?" celutukku tiba2 membuat ia sedikit terperanjat karna kaget?.. Rasanya2 aku juga seperti mengingat kenangan itu, tapi entahlah..

"Sabar saja Sir, jika jodoh pasti akan bertemu lagi" ujar ku menguatkan ia agar tak putus asa. Digo mengangguk lagi sambil tersenyum didepanku. Ada perasaan yg menghangat ketika ia tersenyum seperti itu.
Perasaan yg sama sekali tak pernah kurasakan sepanjang usiaku yg sudah 26 tahun ini.
Segera saja kutepis perasaan aneh itu dengan mengingat prinsipku. Aku tidak akan menyukai laki2 yg usianya dibawahku, tak perduli meskipun berbeda 1bulan! .
Dan aku tahu bahwa Digo usianya 3tahun dibawahku ditambah lagi dia adalah seorang bos besar, jangan harap yang muluk muluk Prilly, ucap batinku.

Jam makan siang sudah berakhir, aku dan Digo kembali kekantor dalam suana hening luar biasa didalam mobil. Kami sibuk dengan pikiran masing sepenjang perjalanan menuju kantor.
"Kamu masih single Prill?" tanya Digo membuyarkan keheningan antara kami.

"I..iya Sir" balasku gugup.

"Oh, kalau pacar?"tanya Digo lagi.

Loh kenapa Digo seperti mengintrogasiku begini sih.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang