Perasaan Ray

5.7K 388 0
                                    

Ray baru saja tiba dari bandara setelah 3 hari berada disingapore mengurus project cabang kantor Singapore.
Ia membetulkan jas berwarna kream dengan kemeja putih yg membalut tubuh atletisnya, juga celana kream yg senada dengan jasnya.

Ia memasuki loby utama kantor pusat Marrion dengan disambut tatapan memuja dari para staf kantor terutama kaum hawa.

Hal seperti ini sudah biasa bagi Ray, apalagi jika ia berjalan bersama Digo, semua mata manatap lapar pada mereka.

Ray melangkahkan kakinya menuju lift khusus para tetinggi disana, ditekannya angka yg ingin dituju menuju ruangan Digo.

Ting!!

Suara dentingan lift berhenti dan terbuka, kemudian Ray berjalan keluar menuju ruangan Digo.

Langkahnya terhenti ketika melihat pemandangan indah didepannya. Pemandangan dengan seorang gadis yg sedang berkutat dengan komputernya dengan tatapan serius.
Gadis itu yg sudah mengganggu pikiran Ray selama berhari2 ia di singapore. Dan Gadis itu bekerja disini? Jadi sekertaris Digo? Really? gumam batin Ray.

"Ekhem" deheham Ray membuyarkan tatapan gadis itu dari komputernya.

"Eh, Iya selamat pagi" sapa Gadis itu pada Ray dengan senyum kikuk.

"Pagi, kamu yg kemarin nabrak saya kan?" tegur Ray to the point.

"Na..nabrak?"

"Iya, kamu kemarin di loby nabrak saya"
Gadis itu tampak sedang berpikir keras,

"Haha lupakan. Lagipula saya juga salah" lanjut Ray kembali.
"Digo ada?"

"A..ada" jawab gadis itu masih gelagapan.

"Kamu aslinya emang gagap ya?" canda Ray membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Saya gak gagap. Terus ngapain bapak nanyain Sir Digo? Udah ada janji?" balas Gadis itu membuat Ray tak berhenti tersenyum.

"Perkenalkan, saya Ray.. Ray Sefano" Ray mengulurkan tangannya didepan gadis itu.
Gadis itu tampak berpikir sejenak lalu membalas uluran tangan Ray.

Hangat batin Ray.

"Saya Prilly.. Eh tunggu..Ray, Ray..astaga!!" pekik Prilly melepaskan jabatan tangannya buru buru.

Ray memandangi Prilly bingung.
"Kenapa?"

"Maa..maaf Sir saya gak tahu, Sir wakil Presiden disini" ujar Prilly menundukkan wajahnya takut.
Ray tersenyum, "Nyantai aja, saya gak galak kaya bos kamu kok" balas Ray.
Prilly mendongah dengan raut wajah sumringah.

"Hehe..maaf ya Sir. Saya gak tahu, kan masih baru" balas Prilly terkekeh.

Prilly terkekeh membuat Ray mau tak mau ikut tersenyum menatap gadis didepannya ini

Betapa mudahnya ia bergaul dengan orang yg baru dikenal tanpa ada rasa canggung sekalipun, dan Ray menyukai itu.

"Iya gak apa2 Prilly. Saya mau ketemu Digo, dia udah dateng kan?" tanya Ray.

"Sudah Sir, silahkan masuk aja." balas Prilly.
Ray mengangguk lalu berjalan menghampiri ruangan Digo, sebelum masuk Ray kembali menoleh pada Prilly yg kembali berkutat dengan komputernya.

Dibukanya pintu ruangan Digo oleh Ray, sang empunya sedang berada dibalik meja kebesarannya dengan bersandar dipunggung kursi dengan menopang kedua tangannya.

"Gue gak salah liat nih?" tegur Ray yg hanya mendapat lirikan dari Digo.
Ray segera duduk didepan Digo.

"Lo kenapa sih?"tegurnya lagi.

We Found The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang