"Jangan Pangeran, nanti mereka melihat kita" paman Gheral menunjuk orang-orang yang berdiri siaga di atas dinding benteng istana yang kokoh.
Mata Alex melihat ke arah benteng, benar saja para prajurit berlalu lalang sambil memenggang tombak dan perisai.
Alex berusaha berjalan di tengah kegelapan malam, hanya cahaya bulan yang remang-remang menerangi semak belukar yang mereka lalui.
Alex sangat mencemaskan evelyn, perasaannya tidak tenang sehingga bibirnya hanya diam sambil mendengarkan paman Gheral memberi petunjuk jalan.
"Di sekitar sini Pangeran" paman Gheral berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya.
Alex memandang tidak mengerti
"Apa yang paman cari?".
Paman Gheral menjawab "pintu rahasia, bantu hamba untuk menemukannya" paman Gheral terus menghentakan kakinya sambil melangkah perlahan.
"Bagaimana cara mencarinya di sini gelap sekali" kata alex sambil mengikuti langkah paman Gheral.
Mereka berada tepat di belakang tembok benteng luar istana, di sana masih terdapat banyak pohon besar yang sudah berusia tua dan rumput-rumput liar tumbuh memenuhi setiap jengkal tanahnya.
Paman Gheral terus berjalan dalam gelap malam, sambil tidak henti-henti menghentakkan kakinya di setiap tempatnya berpijak.
'Bruuk...!!' Alex jatuh karena tersandung lagi.
"Pangeran anda tidak apa-apa?" nada suara paman gheral menunjukan kekhawatirannya.
"Aaaw...!" keluh Alex.
"Pangeran anda berada dimana? Apa anda terluka?" paman Gheral kesulitan mencari alex karena gelap.
"aku di sini paman, kakiku terkilir" Alex berusaha berdiri.
"Aww...!" rintih alex lagi, kakinya terasa sangat sakit bila di pakai berjalan.
Tidak sengaja tangan paman Gheral menyentuh pundak Alex "Duduklah dahulu Pangeran, biarkan hamba memeriksa kaki anda".
Alex menurut lalu membuka sepatunya.
"Paman tadi sepertinya aku tersandung benda keras, Aww...!" kata Alex pelan sambil menahan sakit.
"Tahan sebentar Pangeran " paman Gheral tengah memijit pergelangan kaki Alex.
Setelah beberapa saat, "nah sudah selesai, untunglah kaki anda hanya terkilir biasa. Coba sekarang anda berdiri lalu gerakan kaki anda pelan-pelan. O ya, tadi anda terjatuh di sebelah mana?" bisik paman Gheral.
Alex menepuk tanah di sebelah kanannya "di sebelah sini paman".
'Braang braang' suara yang di timbulkan terdengar seperti bunyi besi tipis yang di ketuk.
"Syukurlah kita telah menemukannya Pangeran" kata paman Gheral senang. "Apakah anda sudah bisa berjalan sekarang?" katanya lagi dengan cemas.
"Tentu paman" Alex menggerakan kakinya.
"Syukurlah, ayo kita masuk sekarang" paman Gheral mengangkat daun pintu itu setelah membersihkan rumput-rumput yang menutupinya.
Setelah pintu di buka paman Gheral menuruni tangga kayu yang bersandar di sisi dindingnya, "hati-hati Pangeran kayu tangga ini sudah lapuk".
Alex mendengar bunyi kayu yang rapuh bahkan ada beberapa anak tangga yang hancur ketika di pijak oleh paman Gheral. Alex mengangguk lalu mengikuti paman gheral serta menutup kembali pintu itu.
Setelah mereka berhasil menuruni tangga, paman Gheral menyalakan api "tunggu di sini sebentar Pangeran" katanya sambil berlalu.
Alex hanya diam berdiri di kegelapan, perasaannya bercampur aduk karena memikirkan keadaan Evelyn. Tidak lama kemudian paman Gheral datang sambil membawa lampu minyak yang menyala.
Alex mencoba melihat kesekeliling ruangan, terdapat banyak sarang laba-laba di sana.
"Ini tempat apa paman?" Alex berjalan mengikuti paman Gheral yang terus melangkahkan kakinya melewati lorong-lorong gelap.
"dahulu ini tempat para prajurit rahasia beristirahat Pangeran, tetapi sepertinya ruangan ini sudah tidak pernah di pakai lagi".
Alex tersenyum getir, setelah 20 tahun lamanya dirinya baru menginjakan kaki di tempat kelahirannya.
Setelah melewati lorong yang berliku-liku dan menaiki beberapa anak tangga batu sampailah mereka di depan pintu kayu tua. Paman Gheral mengintip dari celah-celah pintu "Pangeran di balik pintu ini terdapat dapur istana".
Paman Gheral mencoba memutar kenop pintu lalu menariknya pelan.
Bunyi kayu berdenyit terdengar menggema di seluruh ruangan "syukurlah, pintunya tidak di kunci" katanya riang sambil masuk keruangan itu.
Alex mengikuti dan terkejut karena melihat seorang pelayan wanita tua hendak melemparkan panci yang tengah di pegangnya ke arah paman Gheral.
"Siapa kalian?" Bentaknya, suaranya gemetar.
"Tenanglah Yoan, ini aku" paman Gheral berjalan mendekat sedang Alex diam mematung di tempatnya.
"Gheral apa itu kau?" kata bibi Yoan ragu-ragu matanya tampak berbinar.
Paman Gheral tersenyum lalu mengangguk, bibi Yoan diam sejenak kemudian segera berlari memeluk paman Gheral.
Alex terkejut melihat mereka saling berpelukan.
"Kau terlihat tua Gheral" kata bibi Yoan sambil menangis tetapi bibirnya berusaha tersenyum.
Paman Gheral tertawa pelan mendengarnya "tentu saja telah 20 tahun berlalu tetapi kau tetap terlihat cantik di mataku Yoan, terimakasih karena telah menungguku selama ini. Aku sangat merindukanmu" bibi Yoan menganggukan kepala mendengarnya tangisnya pecah.
Alex terkejut lalu tersenyum getir mendengarnya, selain orang tuanya ternyata paman Gheral juga rela mengorbankan kehidupan dan kisah cintanya demi menyelamat dirinya.
"Pangeran perkenalkan ini Yoanda tunangan hamba, dia juru masak paling hebat di istana ini" puji paman Gheral sambil tersenyum jahil memandang bibi Yoan.
Bibi yoan mendelik sekilas lalu mencubit lengan paman Gheral "huh... kau tidak berubah" katanya. "Hormat hamba Pangeran" katanya lagi sambil membungkuk pelan Alex membalasnya dengan senyuman.
"Sembunyi" bisiknya panik-