***
Sudah tujuh hari berlalu, suasana di istana Naple selalu nampak ramai dan sibuk setelah hari pertempuran itu.
Para menteri dan para penasehat kerajaan mengadakan rapat setiap hari. Para pengawal dan pelayan istana bekerja sama membersihkan istana dari sisa-sisa pertempuran. Rakyat bergotong royong membersihkan pusat kota Nappoly yang hangus terbakar.
Para duke dari setiap wilayah berkumpul di istana setiap hari sejak beredar kabar Yang Mulia Raja palsu telah tewas dan Pangeran sang Putra Mahkota telah berhasil di temukan.
Para wartawan surat kabar keluar dari tempat persembunyiannya, mereka menata kembali kantornya dan mulai sibuk mencari serta menerbitkan berita setelah selama dua puluh tahun mereka bergerak di bawah tanah karena larangan dari raja palsu yang tidak masuk akal.
Begitu pula dengan para dokter kerajaan, mereka sibuk terus memantau keadaan Alex yang hingga kini belum sadarkan diri juga.
Setelah acara pemakaman Alfado dan membuktikan bahwa raja yang selama ini memimpin kerajaan Nappoly bukan Raja Alfard, kemudian setelah membeberkan semua kebenaran yang ada Raja Kevin dan Ratu Nesha kembali ke istana Venella.
Sedangkan Evelyn dan Pangeran Alvin berdiam di istana Naple untuk menunggu Alex tersadar dari tidur panjangnya.
Sering kali para menteri mengajak Alvin untuk ikut serta dalam setiap rapat-rapat dan diminta pendapatnya, karena statusnya sebagai putra mahkota dari kerajaan besar yang telah memiliki banyak pengalaman dalam mengambil berbagai kebijakan pemerintah.
Tidak mudah membuat mereka percaya bahwa Alex adalah putra kandung dari raja Alfard, kesaksian dari raja Kevin dan paman Gheral tidak cukup untuk membuktikan segalanya.
Setelah melihat tanda lahir langka yang ada di punggung Alex dan terbukanya beberapa ruangan terkunci yang hanya bisa di buka dengan memasukan rambut Alex ke dalam lubang kuncinya, barulah mereka semua percaya.
Kehadiran seekor harimau putih peliharaan raja Alfard di istana yang sangat manja pada Alex, membuat mereka bertambah yakin bahwa Alex adalah putra mahkota yang selama ini diam-diam di cari oleh para menteri. Karena hanya raja Alfard dan Alex yang bisa menundukannya.
Perbedaan watak raja Alfard dan saudara kembarnya Alfado membuat para menteri dan berbagai pihak curiga. Dari seorang raja yang sangat bijak dan menyayangi rakyatnya, dalam beberapa hari berubah menjadi raja yang kejam dan egois. Para menteri istana tidak dapat berbuat apa-apa untuk membuktikan kepalsuan sang raja. Mereka hanya dapat berharap dan diam-diam mencari sang putra mahkota yang tidak jelas kabarnya antara hilang dan sudah meninggal. Karena peristiwa pengejaran terhadap ratu Wina dan raja Alfard yang di perintahkan oleh raja palsu yang mengaku sebagai raja Alfard atau Pangeran Alfado 20 tahun yang lalu.
Sinar matahari pagi menembus tirai-tirai sutra berwarna putih di dalam ruangan besar di lantai dua tempat dimana Alex beristirahat setelah pertempuran itu. Angin yang bertiup membuat tirai-tirai itu seperti menari dengan gemulai.
Seperti hari kemarin setiap pagi hari Evelyn pergi ke taman belakang istana untuk memetik beberapa jenis bunga. Setelah keranjangnya penuh dengan bunga Evelyn pergi ke kamar Alex untuk menyusun bunga-bunga di dalam pot dan mengganti bunga-bunga yang layu dengan yang masih segar. Istana Nappoly memiliki taman yang indah dengan kolam air mancur di tengahnya. Rumput-rumput yang terawat, tanaman perdu yang mengelilinginya dan berbagai bunga yang tumbuh di setiap musim semakin sedap dipandang mata. Ditambah dengan bangku-bangku kayu yang tertata menambah kenyamanan suasana taman.
Evelyn membuka pintu kamar tidur Alex perlahan.
Langkah-langkahnya yang ringan membuat rambut ungu panjangnya seolah melambai-lambai.
"Selamat pagi" seperti biasa Evelyn menyapa Alex yang masih belum sadarkan diri dengan tersenyum.
Kemudian ia mendekati Alex yang tidur telungkup di tempat tidurnya yang besar.
Evelyn duduk di atas permadani tebal berwarna biru, tangan kirinya berada di sisi ranjang dengan kepala bertumpu pada tangan kirinya menghadap ke wajah Alex yang terlihat tenang dalam tidurnya. Perlahan tangan kanan Evelyn bergerak membelai rambut hitam Alex yang terlihat berantakan dan sedikit menutupi keningnya.
"Alex apa kau mendengarku? Kapan kau akan bangun? Sudah terlalu lama kau tertidur. Apa kau tidak ingin bermain denganku lagi?"
Evelyn mendesah, disatu sisi Evelyn merasa senang karena dapat bertemu lagi dengan Alex sehingga semua kerinduannya telah terobati. Akan tetapi disisi lain Evelyn merasa sedih, melihat keadaan Alex yang terluka dan belum juga sadarkan diri.
Ditambah dengan kenyataan bahwa kini Alex bukan lagi pengawalnya sekaligus teman yang selalu menemani dan melindunginya. Karena ia adalah seorang putra mahkota kerajaan Nappoly, yang sebentar lagi akan di nobatkan menjadi raja kerajaan nappoly.
Tanpa terasa
Evelyn meneteskan airmatanya.
Alex yang sekarang adalah seorang raja milik rakyatnya dan seorang raja yang telah memiliki calon istri pilihan orang tuanya.
Evelyn merasakan sakit di hatinya, kenyataan memang pahit tapi begitulah adanya.
Evelyn menghapus airmatanya dengan kasar. Ia tidak mau Alex sampai melihat airmatanya.
Seseorang tiba-tiba mengagetkan Evelyn dengan memegang pundaknya.
"Maaf Princess, Pangeran Alvin
sudah menunggu di ruang makan"
"Katakan padanya aku tidak lapar bibi Marlena"
Evelyn masih tetap pada posisinya, bibi Marlena duduk di samping Evelyn kemudian memeluknya.
"Bibi yakin Alex dan Pangeran akan sedih bila melihat anda menangis"