I love u princess 17 of 4-4

2.5K 24 3
                                    

Rasa kesal ,kecewa dan marah telah menguasai diri Evelyn.

Mungkin sesuatu yang tidak diinginkan telah terjadi sekarang. Tangan mungilnya menarik paksa kalung pemberian dari Alex hingga terlepas dari lehernya.

Cukup lama ia memandangi kalung dan bandul itu.

"Alexander...." lirihnya sedih ketika membaca rangkaian huruf yang nampak bersinar di dalam bandul itu.

"Bagaimana perasaanmu padaku sekarang? Apa kau tidak pernah merindukanku?"

Berbagai bayangan muncul di dalam benak Evelyn. Berbagai kemungkinan hadir mengganggu pikirannya yang kacau balau.

"Tolong beritahu aku, apa kau sudah bertemu dengan wanita itu?! Apa kau lebih memilihnya?! Sehingga kau tega melupakan aku, tega membuat aku menderita seperti ini karena rindu" lirih Evelyn di sela tangisnya. Evelyn merasa dirinya sudah seperti ikan yang melompat keluar dari air. Ia sudah tidak sanggup menahan semua perasaan dan segala kegundahannya ini lagi.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak bisa melupakanmu, aku tidak bisa tidak memikirkanmu, aku tidak bisa!!!"

Airmatanya semakin deras keluar. Kalung itu dilempar dengan kasar.

"Aku benci padamu Alex, aku sangat benci, kau jahat padaku, kau melupakanku, kau bohong padaku. Aku benci, aku benci....!!" Evelyn menengelamkan wajah di kedua lututnya, tangisannya semakin keras.

Jawaban apa yang tepat untuk semua pertanyaan Evelyn tentang Alex? hanya kemungkinan Alex telah bertemu calon istrinya, telah terpesona dan jatuh cinta pada calon istrinya saja yang terpikir oleh Evelyn melihat semua kenyataan yang menghampirinya selama ini. Sudah setahun mereka berpisah, Evelyn tidak pernah menerima sepucuk surat pun dari Alex.

Evelyn merasa Alex telah melupakannya dan membuangnya, karena waktu itu Alex berkata akan mengiriminya surat untuk meluapkan perasaan rindunya.

Suara pintu yang di ketuk menghentikan tangisan perih Evelyn. Laura yang tiba-tiba masuk nampak kaget melihat Evelyn yang nampak kusut dengan posisi terduduk dilantai sambil menangis.

"Ya ampun, apa yang terjadi padamu Evelyn? Kenapa kau menangis?"

Laura memeluk Evelyn yang nampak mungil karena duduk meringkuk.

Evelyn masih menangis kemudian menjawab, "aku benci padanya, aku benci...!"

"Siapa? Siapa yang kau benci? Siapa yang mengganggumu? Akan aku kunyah sampai remuk"

Laura berkata cemas dan gemas.

Evelyn diam sejenak kemudian berbisik lemas, "Alex, aku benci padanya."

"Apa?!" pekik Laura kaget tidak percaya.

Laura membeku ditempatnya, dirinya merasa ada yang salah dengan telinganya.

Evelyn tidak mengulang kata-katanya, dia tidak peduli pada wajah kaget yang tidak bisa disembunyikan oleh Laura. Evelyn hanya terus menangis sambil memeluk sahabat dekatnya yang dahulu pernah menjadi musuhnya ini.

Laura mulai mengerti melihat sikap Evelyn yang berubah selama setahun terakhir ini. Dirinya hanya bisa terus memeluk dan menenangkan Evelyn karena baru kali ini Laura mendapati Evelyn menangis dan terlihat kacau seperti ini.

"Apa yang terjadi pada mereka berdua? Bukankah mereka saling mencintai?" pikir Laura di hatinya.

Suara pintu yang diketuk kembali, membuat mereka berdua kaget. Laura cepat-cepat menghapus air mata Evelyn lalu berjalan menuju pintu.

"Siapa?"

"Maaf menganggu, makan siang sudah siap, anda dan Princess diminta segera bersiap."

Laura cepat-cepat membuka pintu karena kenal dengan suara orang yang menjawab pertanyaannya.

"Mrs.Anne, syukurlah kau kemari, tolong bantu Princess merapihkan diri."

Laura berbisik kemudian memersilahkan wanita paruh baya itu masuk.

Mrs.Anne nampak kaget dan cemas melihat Evelyn. Selama dirinya menjadi pengasuh sang Princess, belum pernah ia mendapati keadaan Princess yang terlihat mengkhawatirkan seperti ini.

"Kau tidak ingin terlihat seperti ini di ruang makan nanti bukan? Ya ampun, apa yang akan Paduka Raja, Pangeran dan Evan lakukan bila melihatmu kusut seperti ini. Mereka pasti akan panik dan melupakan makan siang mereka. Aku juga yakin Paduka Ratu akan bersedih. Kau harus terlihat cantik Evelyn, coba kita lihat gaun mana yang cocok di pakai olehmu di siang yang menyengat ini."

Laura terus berbicara sambil membimbing Evelyn berdiri.

Kemudian Laura membuka lemari pakaian Evelyn untuk memilihkan gaun untuknya.

Itulah kebiasaan baru Laura dalam setahun kebelakang ini. Evelyn harus menurut memakai gaun yang Gadis itu pilihkan. Laura sudah menganggap Evelyn seperti adiknya sendiri begitu pula sebaliknya.

Setelah beberapa saat berlalu Evelyn sudah terlihat segar kembali.

Laura tidak berhenti berbicara dan mengagumi kecantikan Evelyn yang semakin cantik dengan Gaun hijau muda berenda, berleher rendah dan berlengan pendek yang membalut tubuhnya yang mungil.

"Nah, sepertinya kau sudah siap, terimakasih Mrs.Anne."

"Itu sudah menjadi kewajiban hamba Lady Laura."

Laura mengangguk kemudian menuntun Evelyn keluar kamarnya setelah merapikan rambut merahnya yang ditata tinggi-tinggi.

Mereka berdua berjalan santai menuju tangga untuk turun ke lantai satu. Di sepanjang jalan, Laura terus berbicara dan menghibur Evelyn yang murung.

"Selamat siang, maafkan kelancangan hamba yang telah berani mengganggu perjalanan anda Princess."

Seorang pemuda tinggi, berambut hitam memberi hormat dengan membungkukan badannya.

Evelyn terkejut karena kehadiran pria itu yang tiba-tiba, akan tetapi Laura lebih terkejut dari Evelyn saat melihat pemuda itu berdiri tegak.

"Leo, apa yang kau lakukan disini?!" tanya Laura masih dengan wajah kagetnya.

"Ah, Lady Laura lama kita tidak berjumpa" Leo tersenyum manis kemudian mengecup punggung tangan Evelyn dan Laura.

--

I love u PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang