"Paman, katakan padaku apa yang gawat?" tanya Alex heran sambil merapatkan badan di pintu perpustakaan.
Evelyn menyandarkan tubuhnya yang lemas di dalam pelukan Alex.
Paman Gheral berbisik, "gawat mereka sedang menuju kesini" katanya panik.
Alex dan Evelyn saling pandang sejenak.
"Siapa?" tanya Alex tidak mengerti.
"Pangeran Alfado dan beberapa orang pasukannya" jawab paman Gheral serius sambil mengunci pintu pelan-pelan.
Evelyn kaget mendengarnya, tanpa terasa dirinya menenggelamkan wajah ke dada Alex.
Paman Gheral khawatir melihat wajah Evelyn yang seketika berubah menjadi pucat.
Alex merasakan tubuh Evelyn gemetar karena ketakutan.
"Pangeran, sebaiknya anda membawa Princess ke sana" paman Gheral memberi isyarat agar Alex membawa Evelyn bersembunyi di salah satu ruangan yang penuh dengan buku.
Alex mengerti lalu membawa Evelyn berjalan perlahan ke sudut ruangan, lalu duduk di lantai menyandar pada lemari perpustakaan.
Paman Gheral menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan di luar.
"Cepat bawa kemari gadis keras kepala itu" perintah seorang pria bermahkota dengan umur 45 tahunan pada salah satu pengawalnya.
Suaranya terdengar jelas ke dalam ruangan perpustakaan.
Tubuh Evelyn gemetar di pelukan Alex.
"Tenanglah Princess, tidak akan ku biarkan mereka mendekatimu lagi. Tenanglah, aku akan menjagamu" bisik Alex pelan.
Evelyn sedikit tenang mendengarnya, dirinya sangat yakin Alex akan melindunginya.
Tidak selang beberapa lama terdengar suara langkah kaki yang berlari tergesa-gesa menuruni tangga.
Seorang pengawal dengan ragu-ragu menghadap.
"Lapor Yang Mulia, gadis itu sudah tidak ada disana" katanya gugup.
'Bukkk'
Pria itu menendang perut pengawalnya dengan keras.
"Ampuni aku Yang Mulia, ampuni aku" pengawal itu memelas.
"Bodoh, cari mereka" perintah pria itu kasar. Wajahnya memerah.
Para pengawal mulai sibuk mencari dan berlalu-lalang di sekitar lantai empat.
Paman Gheral terus waspada mendengarkan pembicaraan mereka, sesekali matanya mengintip dari lubang kunci.
"Maaf Yang Mulia Raja, ada noda darah segar di sepanjang tangga" kata seorang pengawal sambil menunjuk anak tangga.
"Darah?" orang yang di sebut Yang Mulia Raja menaikan alisnya sebelah.
Paman Gheral terkejut mendengarnya, lalu melihat ke lantai tempatnya berdiri. Ternyata di dekatnya pun ada beberapa tetesan darah segar yang mengotori lantai.
"Yang Mulia di sekitar sini juga ada darah" lapor seorang pengawalnya lagi sambil menunjuk lantai lorong dekat tangga.
Kemudian pria itu mengikuti jejak noda darah di lantai, lalu tersenyum merendahkan memandang pintu perpustakaan.
Paman Gheral panik mendengar pembicaraan di luar. Kemudian paman Gheral segera berjalan mengikuti noda darah yang ada lantai.
Alex duduk menenangkan Evelyn. Keringat dingin membasahi keningnya dan Evelyn mulai meneteskan air mata.
"Tenanglah Princess" bisik Alex sambil membelai rambutnya.
"Maaf Pangeran, apakah di antara anda berdua ada terluka?" tanya paman Gheral ragu-ragu.
Alex berpikir sejenak lalu memandang Evelyn yang menggelengkan kepala sebagai jawabannya.
"Lalu ini darah siapa?" paman Gheral menunjuk pada lantai.
"Entahlah, apa kau terluka Princess?" tanya Alex.
Evelyn kembali menggeleng, namun tiba-tiba matanya membesar melihat lengan Alex.
"A-Alex, kau terluka" pekiknya sambil menyentuh luka yang cukup panjang di lengan Alex.
Paman Gheral memandang Alex dengan wajah khawatir. Sementara Alex meringis pelan menahan perih karena lukanya di sentuh oleh Evelyn.
"Ini kesalahanku" Evelyn menangis lalu dengan gemetar segera menyobek ujung gaunnya.
"Bukan, ini bukan salahmu" Alex meringis kembali ketika Evelyn menggunakan kain untuk membalut lukanya yang cukup dalam.
"Ini salahku paman, kalau saja aku tidak..."
Kata...kata Evelyn terhenti karena mereka mendengar pintu perpustakaan di buka secara paksa dari arah luar.
'Braak'
Pintu perpustakaan terbuka, beberapa pengawal jatuh ke lantai karena mengunakan badan mereka untuk mendobrak.
Suara tawa renyah mengema keseluruh ruangan.
"Jangan main-main denganku princess, aku tau kau bersembunyi di sini" teriak pria yang di panggil Yang Mulia oleh para pengawalnya.
Evelyn terkejut, tubuhnya kembali bergetar sambil memegang erat kemeja Alex.
Alex bangkit dari duduknya lalu mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Evelyn berusaha menahan Alex agar tidak keluar dari tempat persembunyiannya, namun usahanya gagal.
Akhirnya paman Gheral hanya bisa menghela napas karena gagal pula menghalangi Alex mendekati pria itu.
"Jangan pernah kau berani-berani mendekati Princess lagi" geram Alex sambil melangkah ke hadapan pria yang berteriak tadi.
Seketika Alex memasang wajah kaget melihat pria bermahkota yang tengah berdiri di hadapannya ini.
Karena wajah pria itu sangat mirip dengan lukisan ayahnya,
Hanya saja terlihat sedikit lebih tua karena usia.
"Siapa kau? Berani-beraninya kau berkata seperti itu padaku" balas pria itu geram.
Alex berdiri mengatur napasnya untuk meredam emosi.
"Dia keponakan anda, Pangeran Alexander Setchfield putra kandung dari Yang Mulia Raja Alfard Setchfield kakak anda" paman Gheral berjalan perlahan lalu berdiri di samping Alex.
Tiba-tiba air muka pria itu berubah menjadi aneh. Matanya seperti hampir keluar dari tempatnya. Para pengawal yang ada di sekitarnya saling pandang satu sama lain.
"Kau? Jangan coba-coba membohongiku, siapa kau sebenarnya?" bentak pria itu seraya menarik pedang dari sarungnya.
"Maafkan hamba pangeran Alfado, hamba tidak berani berbohong" paman Gheral bersiap memegang gagang pedangnya-