--->
Sudut bibir Evan berdarah.
Perlahan ia menyusut darah itu dengan punggung tangannya.
"Ya, aku juga sudah menduganya. Sejak pertama aku sudah yakin kalau kau akan menang dariku" kata Evan ceria.
Tangannya menyambut tangan Alex yang membantunya berdiri.
Setelah berdiri tegak, Evan balik memukul keras wajah Alex. Hingga membuat Alex jatuh ke atas rumput.
Sekali lagi para wanita menjerit histeris, para pengawal langsung menodongkan pedang dan tombak mereka ke arah Evan. Namun Alex segera memberi kode perintah agar mereka tidak ikut campur. Sudut bibir Alex juga berdarah.
Evan tersenyum sambil meringis menahan perih di bibirnya yang sobek, tangannya terulur ke arah Alex.
"Pukulan itu untuk kemenanganmu tuan aneh, jaga Princess baik-baik, jangan sakiti dia atau aku akan merebutnya darimu dan membuat perhitungan denganmu."
Alex menyambut uluran tangan itu kemudian mereka saling berpelukan.
Walau hati Evan terasa sakit, namun dirinya merasa tenang dan lebih baik sekarang.
"Aku harap kau cepat-cepat menemukan pengantinya" bisik Alex pelan.
Evan hanya mengangguk dan berusaha melapangkan hatinya.
Evelyn melangkah mendekat kemudian berkaca pinggang di hadapan mereka.
"Bodoh!! apa yang kalian lakukan?!" teriaknya kesal kemudian menarik paksa tangan Alex dan Evan ke dalam istana. Evelyn berjalan sambil mendesah dan mengomel panjang lebar. Alex dan Evan saling pandang kemudian tersenyum geli melihat Evelyn yang nampak kesulitan menarik tangan mereka berdua. Alex mengedipkan mata ke arah Evan memberi tanda. Setelah evan membalas kedipan matanya.
Alex memangku Evelyn dari belakang sedangkan Evan berjalan sambil merangkul Alex.
Mereka tertawa lepas melihat Evelyn berteriak marah.
Semua orang yang melihat mereka bertiga berjalan menuju pintu istana ikut tertawa.
Alvin mendesah kemudian menggelengkan kepalanya melihat mereka bertiga. Kemudian ia tersenyum memandang ibunya yang dari tadi berdiri sambil memeluk lengannya karena ketakutan melihat sikap Alex dan Evan.
"Ibu, sekarang tugasku sudah selesai. Aku sangaaaat lapar" kata Alvin manja sambil mencium kedua pipi ibunya.
Seorang gadis berambut pirang mendelik kemudian pura-pura batuk dengan Keras.
Semua orang tersenyum melihatnya lalu pura-pura sibuk kembali dengan kegiatannya.
Alvin terus berjalan menuju sebuah kursi kosong tempat Evelyn duduk tadi tanpa memperhatikan kanan-kirinya. Yang dilihatnya saat ini hanya berbagai macam makanan yang ada di atas meja. Dua belas jam berkuda tanpa istirahat dan makan, membuatnya benar-benar sangat lapar.
Sharon kembali mencari akal, ia pura-pura bersin dengan keras untuk menarik perhatian Alvin. Akan tetapi Alvin tetap tidak memperhatikannya. Merasakan hawa bahaya di sekitarnya Laura yang ada disamping Sharon cepat-cepat pergi meninggalkan kursinya lalu duduk didekat Leo.
Alvin benar-benar tidak menyadari kehadiran gadis itu, mata hitam keunguannya tertarik melihat sepotong kue pai besar dengan selai strawberi di atasnya.
Saat tangannya hendak mengambil kue itu, seseorang mendahului mengambilnya.
"Terlalu...!!! Tidak ada kue untukmu karena kau belum menyambutku!" suara nyaring yang kesal itu membuat Alvin memandang keasal suara.
Mata Alvin membulat kaget melihat seorang gadis berambut pirang dan ikal tengah memanyunkan bibirnya, sambil menatap Alvin dengan kesal.
"Sharon...kau...?!" Alvin memandang tidak percaya.
Sharon berdehem keras sambil mendelik kesal.
"Kau....kau semakin cantik" tambah Alvin takjub.
Sharon mematung mendengarnya, seketika pipinya memerah.
Alvin bergerak cepat mengambil kue pai yang berada di tangan Sharon. Dengan cepat pula ia menempelkan selaì strawberi di hidung Sharon kemudian memakan kue itu sambil berlari.
"Alvin....!!! Akan ku balas kau!" teriak Sharon kesal sambil berlari mengejarnya.
Semua orang yang ada di sana tertawa melihatnya.
"Tolong maafkan sikap putri saya yang tidak sopan itu paduka" kata dokter Luke sopan.
Raja Kevin hanya tertawa sambil menepuk-nepuk Pundak dokter Luke.
"Tidak apa-apa Luke, dari kecil mereka memang seperti itu." kata Ratu Nesha di balas dengan anggukan Raja Kevin yang masih terus tertawa.
"Bukankah mereka sangat serasi Marlena?" Ratu Nesha memulai kembali perbincangannya.
---
Sore hari yang indah dan ramai di istana Naply. Matahari semakin tenggelam diufuk barat.
Laura dan Leo duduk santai di pinggir kolam taman istana.
"Katakan padaku cantik, apa yang sedang kau pikirkan saat ini?"
Leo memperhatikan Laura yang tengah melamun memandangi air di dalam kolam.
"Aku bahagia melihat mereka bahagia."
"Hanya itu?" Leo mendekati Laura kemudian memeluknya dari belakang.
Laura berbalik memandang wajah Leo yang dekat dengannya. Dirinya benar-benar merasa bahagia dan tenang sekarang.
Alex dan Evelyn sebentar lagi bertunangan dan menikah.
Evan sudah merelakan Evelyn seperti dirinya yang telah merelakan Alex.
Mata Laura memandang genit wajah kekasihnya yang nampak gelisah menunggu jawaban darinya.
"Aku juga sangat bahagia karena bisa memiliki hatimu" Laura tersenyum manis. Mata hijau beningnya memancarkan ketulusan.
"Hatiku seluruhnya untukmu cantik, hanya untukmu" bisik Leo pelan.
"ALVIN...!!! Cepat turun dari sana!!"
"tidak, kau saja yang naik kesini!"
"Apa?! Kau menangtangku hah?! Kau benar-benar membuat aku kesal!! Tunggu disitu, pohon ini tidak begitu tinggi. lihat saja aku akan naik"
Mereka berdua menoleh ke arah belakang lalu tersenyum melihat tingkah Sharon dan Alvin.
***
Dua hari kemudian Alex dan Evelyn bertunangan di hadapan seluruh rakyat dan para tamu yang menghadiri pesta.
--->