--->
"Dan aku tidak ingin melihatnya menangis" Alex kembali berbisik.
Isak tangis Evelyn semakin menjadi.
"Sebegitu besarkah rasa cintamu pada calon tunanganmu itu?" tanya Evelyn dihati.
Semakin ia mendengar pengakuan Alex, semakin hancur lebur hatinya.
Alex mengulum senyumanya, ada perasaan bersalah dihatinya, karena telah mengoda Evelyn sampai menangis seperti ini. Alex tidak tahan lagi ia ingin segera mengakhiri semua ini. Ia yakin, Raja Kevin maupun Alvin belum mengatakan apa-apa pada Evelyn.
Alex memainkan rambut Evelyn yang panjang kemudian kembali berbisik lembut.
"Maka dari itu, aku mohon berhentilah menangis."
Evelyn terkejut mendengarnya.
"Jangan menangis lagi." Alex memandang wajah Evelyn yang basah oleh Air mata.
"A-apa?" tanya Evelyn tidak percaya.
"Jangan pergi lagi dariku Princess, aku ingin membahagiakanmu."
"Ta-tapi mengapa? Bagaimana dengan gadis itu?"
"Tidak ada gadis lain, hanya kau yang ada dihatiku, aku sangat mencintaimu."
"A-apa? Ta-tapi gadis berambut pirang tadi....ia..."
Alex membiarkan senyumnya terus mengembang.
"Apa yang kau maksud gadis di taman tadi? Apa kau tidak mengenalnya?"
Evelyn diam saja tidak menjawab.
"Gadis tadi adalah sainganmu."
Tangan Alex sibuk membersihkan wajah kaget Evelyn dengan saputangannya.
"Ia adalah gadis yang selalu merebut perhatian Pangeran Alvin darimu." lanjutnya tenang.
Evelyn berpikir sejenak mengingat-ngingat masa kecilnya.
Ya, dia ingat sekarang hanya satu orang gadis selain dirinya yang selalu mengikuti kemanapun Alvin melangkah. Gadis itu berambut pirang ikal bermata biru, wajahnya seperti boneka cantik dan mungil. Ia juga gadis yang tidak mau diam, dan sangat cerewet.
"Sharon???"
"Ya, ia si kecil Sharon Dekker sepupuku maksudnya sepupu angkatku, putri dari dokter Luke" kata Alex menjelaskan.
"Ta-tapi bukankah ia sedang bersekolah di paris?"
"Ia baru saja kembali."
"Aku yakin Alvin pasti akan kaget bila melihatnya."
Alex hanya menjawabnya dengan senyuman, Evelyn sudah tidak menangis lagi sekarang.
"Jadi..." Alex mengantung kata-katanya, Evelyn memandang tidak mengerti.
"Maukah kau menjadi istriku?" tanya Alex penuh harap.
Evelyn mematung kembali, Alex terus menerus membuatnya terkejut.
Pertama Alex membuat hatinya terbakar lalu membuat hatinya hancur karena segala pengakuaannya. Kemudian Alex membuat diri Evelyn membeku karena ternyata pengakuaan itu ditujukan kepadanya, dan sekarang Alex kembali membuatnya terkejut dan tidak percaya pada apa yang telah didengarannya.
Tanpa sadar Evelyn menggelengkan kepala sambil menutup kedua telingannya.
"Tidak mungkin, tolong katakan padaku ini semua hanya mimpi..." guman Evelyn.
Alex sedih mendengarnya kemudian mengecup lembut kening Evelyn.
"Sekarang katakan padaku apa kau masih merasa ini semua mimpi?"
Wajah Evelyn bersemu merah, tangan mungilnya menyentuh kening yang tadi dicium Alex. Ia berusaha meyakinkan hatinya yang masih belum sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi. Jatungnya berdebar sangat kencang.
"Atau kau memang tidak ingin menjadi istriku?" rajuk Alex manja.
Evelyn diam saja, mulutnya seakan terkunci. Matanya terus memandang wajah tampan itu yang nampak tidak sabar menunggu jawaban darinya.
"Ku mohon, jawablah dengan jujur. Apakah sudah ada pria lain yang merebut hatimu dariku?" tanya Alex tanpa menyembunyikan rasa cemburunya.
Tangan Evelyn menyentuh pipi Alex perlahan.
"Tidak pernah ada pria lain dihatiku. Sebelum aku menjawab katakan padaku bagaimana nasib gadis yang orangtuamu pilihkan untuk menjadi istrimu?"
Alex diam sejenak kemudian tersenyum geli, ternyata Raja Kevin benar-benar belum memberitahunya, pikir Alex dihati.
"Emm....aku kira dia juga akan bahagia, mungkin sangat bahagia. Karena gadis itu adalah kau."
"A-apa?!"
Mata cantik Evelyn melotot tidak percaya.
"Didalam kertas itu tertulis gadis yang di maksud adalah putri dari Raja Kevin Windsor, begini disana tertulis bila sahabatku Raja dari kerajaan Celova yaitu Yang Mulia Raja Kevin Windsor memiliki anak perempuan. Jadi...?" Alex mencoba menjelaskan isi surat wasiat itu.
Evelyn tidak habis pikir, ia bingung entah harus berkata apa atas semua kenyataan ini. Kalau benar demikian adanya mengapa Ayahnya tidak mengatakan apapun kepadanya?
"Jadi, katakanlah?" suara Alex menyadarkannya kembalì.
Tangannya meraih wajah Evelyn mendekat.
"Ku mohon Princess, katakan sesuatu..."
Suasana hening sejenak, Evelyn berusaha menenangkah hatinya yang melompat-lompat senang.
"A-aku rindu padamu" lirih Evelyn pada akhirnya.
Alex tersenyum kemudian mengecup mata kanan Evelyn yang kembali basah oleh airmata.
"Ku mohon, katakan lagi."
"A-aku cinta padamu."
Alex mengecup mata kiri Evelyn.
Perasaan bahagia merasuk kehatinya.
"katakan lagi..."
"A-aku sangat-sangat cinta padamu"
Alex mengecup pucuk hidung Evelyn yang mancung.
Gemuruh tepuk tangan dan siulan membuat Evelyn dan Alex saling pandang.
Mereka berdua menengok kesamping dan mendapati banyak orang tengah berdiri agak jauh dari tempat mereka berada.
Entah sejak kapan orang-orang itu ada disana. Evelyn menunduk malu, wajahnya semakin memerah. Dari tempatnya Alex dapat melihat wajah orang-orang yang terharu dan bahagia.
Raja kevin nampak merangkul Ratu Nesha yang menangis bahagia. Laura menyandarkan kepalanya dengan manja di bahu Leo, mereka berdua tersenyum kemudian melambaikan tangannya pada Alex.
Mrs.Anne duduk sambil menangis sesegukan.
Sedangkan Sharon tersenyum nakal sambil bergelayut manja di lengan ayahnya, dokter Luke. Mereka tertawa keras bersama gustaf yang tengah memeluk bibi marlena yang menangis.
-->