The Vow

4.1K 263 4
                                    

Inspirasi : coret, tapi ini adalah cerita lama saya yang dirombak ulang. Maaf kalau bahasanya sedikit amatir. Cast dulunya, Justin dan Caitlin. Siapa yang penggemar JD disini? Pasti tidak asing dengan kedua nama itu. :emotsenyum:

.

Summary : "Ke-kenapa harus aku Ibu?" mengalihkan emosi dengan meremas pinggiran meja rias, tak peduli tangannya memerah hingga buku jarinya memutih. Sakit, tapi tak bisa mengalahkan apa yang dirasa hatinya.

.

Sakura centric.

.

Di pagi hari yang cerah ini, setengah jam lagi tepat pukul delapan acaranya dimulai. Acara yang sudah dinantikan semua orang, bagaimana tidak? Segala sesuatu yang berhubungan dengan kelangsungan acara dibuat seapik dan sedetail mungkin. Dari mulai yang ber-embel-embel hingga tata panggungnya, tak ada yang mau dilewatkan. Bahkan ikut melibatkan pembesar kota yang juga turun tangan.

Tapi lihatlah gadis itu, sebagai orang yang penting dalam acara yang dianggap sakral itu. Ia hanya duduk termangu menatap kosong hamparan depan altar gereja - lewat jendela ruang rias -yang sudah disulap menjadi bak taman surga dengan beribu bunga indah serba putih. Ada apa dengannya? Kenapa ia tak sebahagia orang-orang di gereja itu? Semuanya sibuk menghias dekorasi taman atau setidaknya menata jamuan tapi tidak dengan dia, tak ada yang bisa dikerjakannya. Bahkan sejak satu jam yang lalu ia tak mau beranjak dari tempatnya saat itu, juga mengabaikan ketukan pintu-dari bervolume rendah hingga kencang- pertanyaan dan teriakan dari orang-orang yang menanyakan kedaannya, peduli persetan apa? Pintu ruangan ini memang sengaja ia kunci sejak penata rias profesional itu menyelesaikan tugas dan pergi meninggalkannya.

Lalu ia menatap pantulan dirinya di cermin ruangan itu, setidaknya aku tidak terlalu buruk hari ini. Berbatin sarkastik seraya memainkan kunci logam dengan tangannya beberapa saat dan membuangnya begitu saja keluar jendela

Tiba-tiba masuklah seorang wanita paruh baya dan tersenyum melihat puteri sulungnya yang sudah cantik mengenakan gaun sutra berwarna putih keperakan "Kau sudah siap untuk hari ini, Sayang?"

Gadis itu tidak menjawabnya, terlalu sungkan. Bahkan tidak terlalu terkejut mengetahui ibunya bisa masuk keruangan ini, tidak berpikir bodoh, tentu saja Ibunya mempunyai kunci cadangan lainnya. Hening beberapa menit hingga akhirnya ia menyerah untuk terus bungkam dan terdengar isakan kecil .

"Ke-kenapa harus aku Ibu?" mengalihkan emosi dengan meremas pinggiran meja rias, tak peduli tangannya memerah hingga buku jarinya memutih. Sakit, tapi tak bisa mengalahkan apa yang dirasa hatinya.

Haruno Mebuki hanya tersenyum lalu mengambil sisir keperakan dan menyisir lembut rambut merah muda panjang anaknya. Dan menatap pantulan mereka di cermin, menemukan seberkas rasa kehampaan pada lawan bicaranya. Ia sudah cukup-amat- tau walaupun gadis itu membuang pandang ke objek lain.

"Semoga kau tidak menyesal, anakku."

.

.

Alunan lagunya mengalun sungguh merdu, disertai harmoni indah yang memadukan ketenangan jiwa dari permainan syahdu sang pianis terkenal. Seperti nyanyian Tuhan. Terasa damai. Juga dibarengi dengan gerakan derap dua pasang kaki yang semakin mendekat. Semua kepala tertoleh, alangkah terkejutnya tokoh utama dalam acara sudah siap seperti lakon pemain dalam kontes teather.

"Saudara-saudara, lihatlah pengantin wanitanya sudah datang, begitu cantik ditemani Ayahnya yang mengantarkannya kepada mempelai lelaki yang sudah menunggunya di altar utama."

Terdengar riuh para tamu, terlalu ramai. Kau ingin tau kenapa? Ini adalah acara sederhana tetapi jika otakmu masih waras, tentu saja tidak. Ya tidak ada se-sederhana yang kau bayangkan jika yang dihadiri tamu-tamu, penjabat penting bahkan para paparazi pun ikut menyorot PESTA PERNIKAHAN spektakuler besan ternama antara anak Menteri Indonesia dengan pengusaha muda sukese terkenal se-Asia! Tidak bisa disembunyikan decak kagum para tamu. Ya, pesta mewah klasik yang sederhana, mungkin.

Cerita Sasuke & SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang