Nin-Jek

2.5K 177 6
                                    

NinJek (Ninja Ojek-online)

.

Inspirasi : tempo hari naik grebyek dari tambun utara ujung ke stat Bekasi. Nunggu hampir satu jam, kebanyakan di cancel, padahal engga pakai promo loh. Mungkin karna jauh kali yak jaraknya.

.

Summary : Udah becek, gak ada ojek. Mungkin nasib Sakura dan Ino sama dengan ucapan Cincau Loreng yang pernah hitz waktu itu, bedanya? Cekidot saja.

.

Mempunyai kawan macam Hyuuga Hinata sangat menyenangkan dan menguntungkan, bisa diajarkan (hampir semua) matapelajaran yang susah, sering di jajanin, suka di dandanin, mau dijadikan 'tempat sampah' alias pendengar yang baik saat galau, de el el.  Bukan maksudnya memperalat loh, tapi fungsi sahabat give and take kan?
Selepas mengerjakan tugas belajar matematika bersama, baca: ngerumpi ngalor-ngidul dan nyemil-nyemil. Akhirnya tugas itu selesai juga, baca: presentasenya Hinata 85%, Sakura 10%, Ino 5%.

"Kami pamit pulang dulu ya, Hinata!" Sakura melambaikan tangannya yang diikuti Ino.

"Yaa, hati-hati di jalan. Maaf ya aku tidak bisa mengantar kalian soalnya ada acara keluarga sebentar lagi." Kepala gadis berambut indigo itu menunduk malu.

Ino menepuk pelan bahu Hinata, membuat gadis itu mendongak dan tersenyum. "Tidak masalah, toh kita sering merepotkanmu. Bye!"

Lima langkah melewati gerbang kediaman besar Hyuuga, Ino mendesah dramatis seraya menyeka peluh invisible di dahi. Sakura yang melihatnya hanya mendengus, pasti deh sebentar lagi si nyonya barbie akan mengeluh ini itu. Dan yeah! Lihat saja baru sampai gapura komplek perumahan Gammabunta, dia sudah misuh-misuh tidak jelas.

"Hihh kenapa engga ada kendaraan sih, Sak? Angkot kek, Becak kek, Ojek ato taksi gak masalah deh. Kaki gue udah baper, hiks!"

"Namanya juga komplek elit no. Kucing liar aja engga ada." Sakura mengikuti Ino menduduki plesteran halamana pos satpam yang kebetulan sepi. Aneh masa tidak ada orang jaga sih disini, kalau isi rumahnya di gondol orang kan berabe. "Toh, lu yakin naik taksi? Paling lu cuma bayar argometer awalnya doang!"

"Yaudah sih, gak usah ngehina orang miskin deh. Doa orang tertindas mujarab lo!"

"Palelu! Lu aja yang medit!"

"Tae."

Jangan ada yang percaya kalau Ino miskin, bullshit banget! Keluarga nya aja punya bisnis perkebunan bunga gitu yang hasil panennya saja bisa di impor ke bagian negara Eropa sana. Mungkin ingin rendah hati juga kaya Hinata, tapi lama-lama si kampret ini jadi ngerendahin diri sendiri. Puk puk, sabar ya No! Orang sabar pantatnya seksi.

"Hm kira-kira kita bakal dapet kendaraan umum 1 kilo lagi sampe jalan besar."

Langit yang mendung seperti pertanda akan datang hujan beberapa waktu kemudian, padahal sebelum mereka kerumah Hinata, sudah turun hujan. Sakura semakin mager buat jalan kaki, dan semakin bosan cuma untuk berdiam diri di pos ronda. Tangannya mencolek lengan terbuka Ino yang menoleh malas padanya.

"Disaat-saat seperti ini buat diri lo berguna kek."

"Dasar, kenapa gue seperti dimanfaatkan ya?" Sakura tidak menampik omongan Ino dan tiba-tiba kepala pirangnya terangkat spontan di iringi kekehannya. Sakura menatap penuh harap padanya. Tingkah seperti ini menandakan sahabatnya sudah mempunyai ide yang cemerlang ataupun... Gila.

"Ahaa! Seharusnya dari tadi gue ngabarin Sai aja yaa minta jemput!"
Naasnya ide itu hanya untuk dirinya sendiri.

"Lah gue, gimana?"

Cerita Sasuke & SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang