Andilau

1.5K 116 19
                                    

Inspirasi : Saat matakuliah Perencanaan Pembelajaran dan baru kesampaian ngetik dua bulan setelahnya hehe, coz bosen oi nunggu lama dari stat Depok ke Bekasi Timur. Status saya saat ini semi-hiatus ya atau setidaknya slow update.

.

Summary : Antara dilema dan galau yang dialami Sakura, Sasuke bersikeras mencari solusinya.

.

Hujan deras di luar sana membuat jalan raya lenggang, kecuali beberapa kendaraan yang melintas termasuk pengendara motor nekat menerobos hujan dan angin yang walaupun sudah memakai jas hujan dan  tetap saja akan menembus sampai dalam pakaian.

Haruno Sakura beruntung bisa menikmati cuaca dingin ini di dalam warung kopi bersama teman-temannya yang ditemani cemilan macam tempe mendoan, bakwan udang dan sate telur puyuh.

Teman-teman Sakura? Akan saya perkenalkan. Terdiri dari lima orang, yaitu Uzumaki Naruto yang menyantap rakus tempe mendoan dan tidak mempan diberi tatapan tajam oleh Yamanaka Ino, kemudian Nara Shikamaru yang lebih memilih menopang dagu dengan kedua tangan melihat kelakuan duo pirang, lalu Shimura Sai yang masih bertekur mengerjakan entah tugas apa yang katanya untuk minggu depan, dan terakhir ada Uchiha Sasuke yang menatap intens dirinya sambil memainkan game online di ponsel.

Ahaydeuu, bikin grogi aja maz.

Saat Sakura memandang balik tatapan Sasuke, pemuda berambut badass itu malah melengos, hm.

"Tadi kuliah kalian gimana?" tanya Ino yang berhasil mendapatkan tempe mendoan terakhir dari cengkraman maut Naruto. Itu dua temannya cukup heboh dan mengundang beberapa delikan dari pengunjung lain, Sasuke yang merasa malu punya teman kaya bocah begitu langsung melemparkan selembar uang dua puluh ribuan di atas meja.

"Beli tempe mendoan lagi gih dua piring, malu-maluin banget lu pada."

"Ayayay capt!" Naruto melesat secepat kilat dari meja mereka. Menyalip beberapa orang yang berkerumun di depan dapur warung, mengantri gorengan. Tersandung dua kali dan seakan itu tidak masalah, harga dirinya sekeras baja.

"Soal makanan dia nomor satu ya," Shikamaru terkekeh melihat kelakuan Naruto kemudian beralih pada Ino yang mencebikkan bibirnya kesal. "Kenapa sih, Mbak Ino?"

"Tau ah, abis gue nanya dikacangin. Taik!"

Sakura menggeplak kepala berambut pirang sahabatnya, heran kenapa punya temen cantik tapi mulutnya kaya selokan padahal dia anak ulama besar se-Jabodetabek, memang petuah bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya itu tidak selalu benar. "Heh ngomongnya dijaga, No! Inget Abi Inoichi bin Azim Zaelani yang lagi shalawatan dirumah."

"Akan hamba ingat, wahai mata-mata Abi-ku!" gerutu Ino sembari mengusap kepalanya yang terasa sakit.

Sai yang sedang merapihkan beberapa kertas A4 dan mengumpulkannya menjadi satu, melirik Ino sejenak sebelum ia tersenyum sambil menjawab, "tadi pagi di kelas Ne- eh Ibu Tsunade ada kuis dadakan, untungnya malah engga jadi!"

"Iyakah?" Ino bertanya antusias, karena dosen senior bernama Ibu Tsunade yang sering Sai ceritakan, orangnya termasuk galak dan penuh disiplin tinggi.

"Karena bocah cucunguk ini berpura-pura ayan, menghebohkan satu kelas hingga fakultas teknik dan kuisnya diundur besok." Sasuke dengan senang hati melanjutkan detailnya yang membuat Sai meringis.

Sekedar informasi bahwa Sai dan Sasuke berbeda kampus dengan Ino, Naruto, Shikamaru dan Sakura. Duo pria flat itu satu jurusan di kampus negeri elit sedangkan sisanya di kampus swasta biasa saja. Sebenarnya Shikamaru bisa saja bersama Sai dan Sasuke tapi karena cintanya pada Ino, dia mengikutinya sampai satu jurusan ; filsafat, jurusan yang sangat dibencinya karena tidak menemukan hasil yang pasti seperti hitung-hitungan.

Cerita Sasuke & SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang