Twelfth

103K 6.1K 90
                                    

Disudut kedai tua, cinta memesan airmata -- sebagai hidangan pembuka.

~Cocodarz~

•••••

Author's Pov

Peter duduk di ruang kerjanya. Entah apa yang dia rasakan sekarang. Dia terlalu emosi jika Raisa bertanya hal yang menurutnya tidak patut ditanyakan.

Kenapa Raisa harus bertanya, mengapa dirinya memilih Raisa, daripada perempuan lain. Bukankah jawabannya sederhana, Raisa adalah matenya. Raisa adalah miliknya.

Peter menarik rambutnya dengan frustrasi. Terlebih lagi tadi dia sudah membentak Raisa. Pasti Raisa sangat tersinggung akan bentakannya.

Dan lagi Raisa sedang sakit. Ah bodoh sekali, mengapa Peter tidak bisa menjaga emosinya.

Kau bodoh Peter! John mengeram dan selalu berkata Peter bodoh. Yah memang Peter bodoh. Dia terlalu takut pertanyaan itu adalah penolakan secara halus Raisa terhadap dirinya. Bagaimana jika Raisa tidak ingin menerimanya?

Raisa mempunyai alasan kuat jika Raisa ingin menolaknya. Contohnya Raisa menolak dirinya sebagai werewolf atau mungkin menolak dirinya karena umur mereka terlampau jauh. Dan seharusnya Peter lebih pantas di panggil paman, bukan sayang.

Bersikap lembutlah Peter, aku tidak ingin kau membuat mate kita menjauhi kita. Kalau itu sampai terjadi, jangan salahkan aku jika tubuhku ini hancur. Ancam John yang sangat marah dengan sikap Peter yang terlalu sensitif.

Aku tau John. Aku hanya takut saja. Entah perasaan ini terlalu takut kehilangan Raisa, John.

Aku tau Peter. Aku juga merasakannya. Tapi kita harus tenang. Kau tidak boleh gegabah atau tidak mate kita akan beneran meninggalkan kita.

Peter tidak menjawab mindlink John. pikirannya sangat kacau. Dia butuh ketenangan saat ini juga.

"Peter!" Panggil seseorang yang sangat dikenal oleh Peter.

Peter pun langsung mendongkakan kepalanya yang tertunduk ke meja kerjanya.

"Ya ibu, ada apa?" Hermione tersenyum melihat anak semata wayangnya sedang di ambang labil.

"Apa kamu ada masalah dengan Raisa, sayang?" Hermione duduk disamping Peter.

"Tidak bu, apakah wajahku terlihat ada masalah dengan Raisa?" Tanya Peter dan membuat Hermione terkekeh.

"Ibu tau, ada rasa takut yang kamu rasakan, bukan." Peter menatap ibunya penuh lekat. Tatapannya ingin tau benarkah ibunya mampu menbaca masalahnya.

Membaca semua pikiran yang entah datang dari mana. Apa semua makhluk dirinya akan merasakan seperti ini. Takut kehilangan saat sudah bertemu mate.

"Apa maksud ibu? Aku tidak mengerti." Hermione menepuk pundak Peter. Seakan menyakinkan Peter, semua baik-baik saja.

"Wajar saya kau merasa takut kehilangan saat sudah bertemu matemu. Wajar aja sayang. Itu berarti dia beneran mate yang Moon Goddess kirim untukmu. Lagipun bukan hanya kamu yang merasakan, tapi semua, sayang. Semua merasakan termasuk ayahmu dulu." Peter sekali menatap Hermione dengan tatapan ragu dan sulit diartikan.

"Kau tau sayang, bahkan ayahmu lebih posesif dari pada dirimu. Dia bahkan mengurung ibu dikamar, karena ibu mau kembali negara asal ibu. Indonesia."

Peter semakin penasaran. Apa sampai seperti itu ayahnya memperlakukan ibunya. Tapi kenapa hubungan mereka bertahan?

"Lalu ibu bersikap apa ke ayah?" Tanya Peter penuh penasaran. Bahkan masalahnya yang tadi dia pikirkan, hilang seketika.

"Awal ibu marah dengan ayahmu, tapi karena ayahmu bersikap baik dan menjelaskan alasannya. Ibu menjadi luluh dan perlahan mulai mencintai. Walau saat itu ibu dan Emma (Wolf Hermione) bertentangan karena ibu sempat mendiamkan Ayahmu selama dua minggu dan membuat ayahmu stres karena ibu." Hermione tersenyum saat mengingat masa dimana dia baru menjadi mate seorang Alpha besar seperti Ronald.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang