Thirty Six

50.1K 2.8K 95
                                    

I've loved you forever
In lifetimes before
And I promise you never
Will you hurt anymore

~N Sync~

•••••

"Bodoh!!!" teriak seseorang itu dengan melempar sebuah gelas kaca yang dia pegang. Matanya berubah menjadi warna hijau daun. Rahangnya mengeras menandakan dia sedang murka.

Siapapun yang melihat akan tau itu. Bahkan pelayang yang lewat pun hanya bergedik ngeri melihat tuannya murka. Siapapun akan tau jika tidak akan lama lagi ruangan ini akan hancur.

"KENAPA DIA HARUS SELAMAT??? AH, SIALAAN!!!" Pria itu melemparkan semua benda yang ada didepannya di sembarang arah. Dia sangat marah.

Kenapa gadis itu bisa selamat dari racunnya? Siapapun akan tau jika racunnya tidak akan bisa di hilangkan. Bahkan seharusnya gadis itu sudah mati saat dia tinggalkan.

Lalu mengapa gadis itu sadar? Berarti rencana dia hanya sia-sia.

Pria itu melihat kearah orang yang menunduk dan bergetar melihat Alphanya murka. "KAU!!! APA KAU TIDAK SALAH INFORMASI???" bentak Alpha itu.

Pelayan itu mengangguk. Dia bahkan tidak berani untuk menjawab. "Betul, Alpha. Saya dengar sendiri dan saya sudah memastikan itu. Gadis itu sadar, bahkan keadaannya sangat baik," ucap pelayan itu dengan sangat hati-hati. Dia takut kalau Alphanya marah lagi.

Oh bahkan sampai membunuhnya.

Seseorang yang di samping Alpha itu hanya tersenyum. Entah apa yang membuatnya tersenyum. Dia hanya tersenyum saja.

Alpha itu menengok kearah Betanya. Betanya bahkan tidak takut kepadanya. "David! Kenapa kau tersenyum?!"

David hanya tersenyum. "Kenapa kau harus murka Alpha?" tanya balik David dengan santai.

Alpha itu hanya mengerutkan alisnya. Apa maksudnya? "Apa maksudmu?"

"Kau tidak perlu marah Alpha. Bukankah itu bagus jika gadis itu masih hidup." Ucapan David membuat kakak dari Devira itu murka.

Apa maksudnya bagus jika gadis itu hidup? Apa dia tidak tau jika gadis itu mempengaruhimya. Oh astaga, apa yang dia pikirkan.

Gadis itu? Senyumnya? Matanya? Bibirnya? Ah itu membuatku gila, batin Alpha itu jika mengingat gadis bernama Raisa Mallory Swan itu.

"Apa maksudmu?! Jawab yang benar, jika tidak akan kubunuh kau!" Ancaman Alpha itu tidak mempengaruhi David sedikit pun.

"Kau tau gadis itu, siapa namanya? Riasa, hmmm Rirasa atau-"

"Raisa, David!!! Riasa!!! Ingat itu!!!" Pria itu tampak kesal karena David selalu melesetkan nama Raisa.

Oh sekarang apa yang dia rasakan?

"Oh ya, namanya Raisa. Yah, bukankah bagus, maksudku Alpha bisa mendekati Raisa dengan leluasa. Terlebih lagi adikmu, Devira sudah memisahkan Raisa dengan Peter. Kau bisa mendekati dia lalu kau bunuh dia secara halus. Atau kau bisa menguasai Silver Moon Pack secara utuh. Bukankah itu tujuanmu sebenarnya?" jelas David dengan jelas.

Pria itu tampak berpikir. Benar juga apa yang di katakan David. Dia tidak perlu membuang tenaga untuk menguasai Silver Moon Pack. Bukankah dia bisa mendekati gadis itu.

Ide yang sangat brilian. Dia harus mencobanya. Setidaknya dia tidak perlu membuang tenaga untuk melenyapkan gadis malang itu.

Senyum pun terukir kembali. Bukankah itu rencananya? "Kau sangat pandai, David!"

•••••

"Kau?" Pria itu bediri dengan keadaan yang sangat cemas. Matanya menunjukan kekhawatiran yang terlihat jelas.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang