Nineteen

64K 3.9K 11
                                    

Malam. Gelap terjalin dari benang-benang tipis; merintangi isyarat dan gerak-gerik. Ada yang lolos dari pengelihatan: kita, detik demi detik.

~Adimasnuel~

•••••

Author's Pov

"Aku adalah aku. Seseorang yang membenci kata 'kita'. Aku benci kata 'damai'. Karena mereka adalah hal yang membuatku lemah, jatuh dan terinjak.

Aku adalah aku. Seseorang yang akan menguasai dunia. Membuat semua kaum tunduk akan ucapanku. Aku benci diperintah.

Aku berjanji akan menghancurkan siapapun yang merusak semua rencanaku. Aku akan pastikan itu semua..."

Seseorang tersenyum penuh licik. Dia tau masa depan yang akan menghancurkan rencananya yang sudah dia buat selama ini.

•••••

Raisa's Pov

Aku berdiri menatap dunia luar. Suasana sangatlah sejuk dan segar sepanjang mata memandang. Banyak kicauan burung yang seakan menghiburku dengan nyanyiannya.

Aku pun melihat sekumpulan bunga mawar berwarna ungu yang sangat cantik. Bunga yang tumbuh dengan sangat subur.

Oh bahkan rasanya aku ingin sekali mengambil bunga itu.

Aku menekukan lututku untuk menyentuh bunga itu dengan perlahan. Aku tidak ingin merusak keindahan bunga mawar itu.

Aku mencium wangi bunga itu. Aku menarik napas panjang. Oh astaga bahkan wanginya sangat harum. Ingin rasanya aku mencabut satu bunga itu.

Entah kenapa tempat seindah ini tidak ada satu pun yang mendatanginya. Padahal tempat ini adalah tempat yang paling indah yang pernah aku lihat.

Dengan suasana yang masih asri dan bahkan tidak ada polusi sama sekali menurutku.

Aku terkejut. Aku merasakan seseorang memelukku dari belakang. Aku merasakan hembusan napas di jenjang leherku.

Aku tau dia. Siapa lagi kalau bukan Peter. Selalu saja begitu, memelukku dari belakang.

"Sayang!" Suara sexy-nya terdengar jelas di telingaku.

"Kau tau Peter, kau membuatku terkejut!" Dia terkekeh mendengar ucapanku yang kesal.

Aku hanya mengerucutkan bibirku.

"Astaga sayang, bibir kamu jangan seperti itu. Sama saja kau menggodaku sayang." Ucapnya dengan nada menggoda.

Sial, kenapa pipiku panas sekali. Bisa-bisanya Peter menggodaku lagi. Apa dia tidak tau, jika jantungku sekarang berpacu dengan cepat.

Aku berharap dia tidak mengetahuinya.

"Aku tau sayang, aku tau jika jantungmu berpacu dengan cepat saat bersamaku. Aku pun sama sepertimu sayang." Aku melotot.

Dia tau? Apa dia bisa membaca pikiranku? Oh kelicikan apa lagi yang dia akan perbuat kepadaku?

"Aku tidak bisa membaca pikiran sayang. Aku hanya bisa membaca raut wajahmu." Aku melepaskan pelukan Peter.

Bisa mati aku jika berdekatan dengan manusia satu itu. Oh ralat aku melupakannya. Makhluk mitos itu.

Aku berjalan perlahan. Menikmati setiap inchi bunga mawar berwarna ungu ini. Aku mencium harum wangi bunga mawar dengan perlahan.

Apakah boleh aku mengambil satu bunga ini?

Mungkin aku harus bertanya terlebih dahulu kepada. Aku takut aku salah mengambil tindakan.

"Peter!" Aku menengok kebelakang. Aku melihat Peter sudah duduk di bangku yang ada tidak jauh dari taman bunga yang aku pijak.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang