Twenty Five

50.6K 2.9K 86
                                    

Karena cinta akan datang disaat kita jenuh dan pergi disaat kita butuh. This is real love.

~Rakinsavers~

•••••

"Peter!" Lirih Raisa yang tidak menyangka.

Peter menunjukan senyumnya. Dia belum melepaskan pelukan dari gadis yang memeluknya. Bahkan saat sudah di depan Raisa.

Raisa hanya terdiam. Siapa gadis cantik yang ada didepannya? Gadis itu terlihat tak jauh dari umur Peter. Matanya cokelat, pipinya tirus, bibirnya sangat sexy dan jangan tanya dengan tubuhnya. Tubuhnya sangat ramping dan langsing. Mungkin bisa di sejajarkan dengan model papan atas.

Dia tersenyum manis, membuat siapa yang melihat gadis itu langsung jatuh hati. Bahkan bertekuk lutut.

"Oh hai sayang!" Sapa Peter, tapi tidak melepaskan pelukan gadis yang memeluknya.

Tatapan Peter sangat santai, berbeda dengan tatapan Raisa. Raisa seperti menahan rasa yang entah dari mana datang. Nyesek dan sakit. Tubuhnya lemas, tapi ditutupi dengan senyumnya.

"Hai Peter. Ehmm, kau sudah pulang ternyata."

Raisa masih terdiam. Dia berharap pelukanlah yang dia dapat dari Peter. Tapi sekarang apa. Dia merasakan Peter menjauh darinya. Apa dia sudah bosan dengan Raisa?

"Ya sayang." Peter melepaskan pelukan gadis itu.

Gadis misterius yang membuat hati Raisa sangat tidak enak.

"Hmmm Peter, who is her?" Suara gadis itu keluar.

Sangat pelan, tapi terdengar seperti suara gadis penggoda. Yah, jelas terdengar seperti itu. Sangat pelan, tapi berusaha lembut dan sexy.

"Oh ya Devira, she is my mate. And Raisa, she is Devira and she is my bestfriend." Peter memperkenalkan gadis itu dengan bangga, tanpa mengetahui perasaan Raisa.

Raisa tersenyum kecut. Apa benar mereka sahabat? Kata-kata itu yang terus terlontar dari pikirannya. Sahabat, tapi kenapa mereka sangat mesra. Bahkan di depan Raisa.

"Hai my name is Devira. Hmmm, nice to meet you." Gadis yang mengaku bernama Devira itu mengulurkan tangannya.

Raisa tersenyum. Semoga mereka hanya sahabat. Batinnya yang terus berdoa.

Raisa mengulurkan tangannya dan menyambut tangan Devira. "Hai nama aku Raisa. Senang bisa bertemu denganmu juga." Itulah kata-kata yang keluar dari mulut tulus Raisa.

Mereka melepaskan genggaman tangannya. Devira tersenyum, begitupun Raisa.

"Oh ya Raisa, Devira akan tinggal disini untuk sementara. Hmmm, apa kau keberatan?" Tanya Peter dengan hati-hati.

Keberatan? Entahlah, tapi perasaan Raisa semakin takut jika Devira tinggal di sini. Dia merasakan hawa yang tidak enak.

"Keberatan? Tentu saja tidak Peter. Dia kan sahabatmu. Lagi pun ini tempatmu, bukan tempatku. Kenapa kau harus bertanya seperti itu?"

Peter berjalan mendekati Raisa. Dia menangkupkan wajah Raisa yang tersenyum. "Hey, kau lupa jika ini tempatmu juga. Ini adalah rumah kita sayang," ucap Peter dengan senyum di wajahnya.

Peter mencium bibir Raisa sekilas. Raisa hanya terdiam. Darahnya berdesir kencang. Jantung berdetak tak beraturan.

Kenapa dia masih saja merasakan ini dari sekian lama dia bersama Peter? Kenapa? Apa ini masa remajanya? Oh salah besar, bukan remaja tapi bertahap ke dewasa. Bagaimana tidak, dia menjadi kekasih seorang yang jauh lebih tua darinya.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang