Sebelum pergi, ajarilah sepasang lenganku cara memeluk sepi, agar saat kau tiada, aku bisa melakukannya sendiri.
~Sabdaliar~
•••••
~Sebelumnya~
Raisa hanya terdiam dan tidak bisa berkata-kata. Dia masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Draco. Kenyataannya dia melihat jika Ronald dan Hermione tidak sesadis itu.
"Maaf!" ucap Raisa dengan pelan.
•••••
Draco tersenyum. "Hey Luna, kenapa kau harus meminta maaf? Ini bukan salahmu," ucap Draco.
"Maafkan jika pikiranku tidak selaras dengan ucapanmu."
"Memangnya kau berpikir apa?" Draco menaikan alisnya.
Raisa menunduk. "Aku berpikir jika ucapanmu hanya hoax saja. Kau tau, aku pernah tinggal bersama mereka. Walau tidak lama, tetapi aku sudah sangat mengenal mereka."
Draco menghela napasnya. Dia tau jika Lunanya tidak akan mudah mempercayai ucapannya. Faktanya yang terjadi dulu. "Aku tau maksudmu. Luna, biar aku lanjutkan ceritaku. Mungkin ini akan membuatmu percaya, bahwa ucapanku adalah fakta." Raisa mengangguk saja. "Setelah kematian Alpha, kami sangat berduka. Setengah dari kami ada yang membantu mengungsikan rakyat dan beberapa lainnya mengawetkan jasad Alpha agar tidak hancur. Sedangkan aku, aku berusaha mencari Luna berada. Luna selalu saja berpindah tempat sehingga kami kehilangan jejaknya..."
"Beta, sekarang apa yang kami lakukan? Luna Olivia tidak bisa kami temukan."
Draco duduk dan berusaha berpikir. Bodoh, pasti Lunanya sudah memakai kekuatan agar tidak tercium wolf lain yang ingin membunuh. Pasti ini sudah berdampak kepada pasukannya yang mencari Lunanya.
"Aku juga bingung. Sial, kenapa harus seperti ini. Kau!!! Coba kau cari di penjuru kota Los Angeles dan beberapa kota kecil sekitarnya. Pastikan kalian menemukan Luna." Semua mengangguk dan meninggalkan Draco sendirian.
"...Kami terus mencari keberadaan Luna dimana. Selama beberapa bulan kami mencari Luna yang hilang bak di telan bumi. Sampai akhirnya..."
"Betaaa!!!" teriak seorang warior yang sangat panik. Pria itu membuat Draco terkejut. "Ada apa?" tanya Draco.
"Beta kami menemukan Luna." Draco tersenyum. Sekian lama dia mencari Olivia, dan sekarang ditemukan. Tapi berbeda dengan pria itu. Dia tampak sedih dan takut. "Dimana Luna sekarang?" Pria itu terdiam dan Draco langsung meninggalkan pria itu dengan senyum diwajahnya.
"Luna, kau sudah kem-" Draco berhenti. Dia melihat mayat yang terbaring di lantai. Dia juga melihat beberapa warior yang menatap dia dengan sendu.
"Luna!" panggil Draco tidak percaya. Dia yakin dia salah melihat. Wanita anggun itu sudah terbujur kaku tak bernyawa di matanya. "Kenapa dengan Luna?!" bentak Draco dengan keras kepada warior yang ada didepannya. Dan warior itu hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan Draco.
Draco melihat Lunanya kembali. Mayat itu terlihat sangat mengenaskan. Tubuhnya sudah membusuk, tapi disertai wangi yang sangat harum. Wangi lavender yang menenangkan.
Draco terdiam tanpa bergeming. Dia merasa bersalah dan bodoh. Kenapa wanita sebaik Lunanya harus mati di tangan orang jahat. Baru saja kematian Nicolas yang membuat bersalah dan sekarang Olivia.
Sekarang dia harus bagaimana? Kedua pemimpin pack ini sudah mati dan lalu siapa yang akan memimpin pack ini. Yang pasti bukan dirinya. Dirinya hanyalah sahabat Nicolas yang beruntung bisa kenal dengan Nicolas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] I'm Alpha's Mate! ✔
WerewolfR : 16+ Maaf ceritanya masih belum direvisi. •••• Aku adalah Raisa Swan. Gadis berumur 16 tahun. Aku kelas 2 Senior High School. Aku nerd dan aku adalah bahan bully-an semua temanku. Tunggu apa aku bisa sebut mereka semua temanku? Entahlah. Aku sen...