Thirty

51K 2.8K 110
                                    

Untuk apa, untuk apa cinta tanpa pembuktian, untuk apa status kita pertahankan, bila tak sudah lagi cinta.

~Maudy Ayunda~

•••••

"Hahaha... apa kau benar David?" ucap seseorang yang tertawa saat mengetahui berita yang diberitahu oleh pria yang bernama David.

David hanya mengangguk tersenyum. Dia seolah menghormati pria yang ada dihadapannya. Pria yang tertawa mendengar berita dari David.

"Benar Alpha! Berita itu sudah tersebar semua pack. Alpha Ronald bahkan sampai ingin membunuh Peter."

Pria itu tersenyum. Rencananya kini sudah berhasil menghancurkan hubungan anak dan ayah. Padahal dia hanya ingin menghancurkan hubungan Peter dan Raisa.

Hubungan yang akan membuatnya hancur, tapi Moon Goddes memberkatinya. Hubungan Peter dan orang tuanya hancur.

Pria itu bahagia dan tidak sia-sia mempercayai adiknya untuk menghancurkan White Moon Pack dari dalam.

Sekarang tidak ada yang bisa mengalahkannya. "Hahaha... Devira memang hebat. Aku bangga dengan adikku."

Pria itu menyeruput anggur yang ada di gelas kecilnya. Senyumnya terukir dengan liciknya.

"Tapi saya mendengar jika Ny. Devira terluka akibat pukulan Alpha Ronald."

Seketika pria itu membanting gelas yang dia pegang. Matanya berwarna merah darah. Dia terlihat sangat marah saat mendengar berita yang satu ini.

Berita bahwa Devira terluka.

"APA?! Sialan Ronald!!! Awas saja, akan ku balas nanti dia."

Matanya masih berwarna merah darah. Uratnya muncul seakan ingin keluar dari tubuh pria itu. Rahangnya keras seperti batu. Siapapun yang melihat, akan tau dia sangat murka.

"Aku harus menjalankan rencana kedua."

Senyumnya terukir lagi.

•••••

"Dokter bagaimana dengan keadaaan Devira, Dok?" tanya panik Peter.

"Dia tidak apa Alpha. Sebentar lagi dia akan sadar," jawab pria berjas putih yang di panggil dokter itu.

"Devira sadarlah! Aku mohon, kau tidak tau aku menangis karenamu?" ucap Peter dengan sangat lirih.

Dia tampak sangat kacau sekarang. Dengan wajah yang sangat hancur, dan tubuhnya yang sudah tidak berbentuk, di tambah lagi dengan tangisnya yang sudah pecah.

Itu membuat Peter terlihat seperti orang pinggiran jalan.

Peter tidak menghiraukan semua mata yang menatapnya. Matanya fokus dengan Devira yang terbaring lemah dan memejamkan mata.

Raisa hanya terdiam. Dia tersenyum menahan sakit yang terdalam. Peter, bukankah itu air matanya? Bukankah itu air mata yang Peter keluarkan untuk dirinya? Bukankah tangisan itu yang biasa menyuarakan namanya?

Dan seharusnya Raisa yang terbaring dan diperlakukan oleh Peter dengan sangat lembut.

Peter, pria itu sudah berubah dimata Raisa. Pria yang pemaksa dan dingin itu yang sudah meluluhkan hati Raisa. Hati yang beku, karena adanya kekerasan.

Dan sekarang, Raisa mengalami hal yang membuatnya kembali ke masa lalu. Masa kelam yang bertambah kali lipat dia rasakan sakitnya.

Raisa terluka dan hanya bisa terdiam.

Oh terdiam, hal itu yang Raisa bisa lakukan saat ini. Entah sampai kapan dia terdiam dan menikmati hal menyakitkan seperti ini. Yang pasti, sekarang dia masih ingin bertahan. Untuk Peter, entah sampai kapan.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang