Twenty Two

66.2K 3.7K 41
                                    

Biarkan Tuhan yang membukakan matanya. Ketika kita yang berjuang tetapi dia lebih senang berusaha mendapatkan perhatian dari orang lain.

~Diozxjep~

•••••

Aku dan Peery berjalan memasuki istana. Aku tersenyum saat melihat pengawal atau apalah aku kurang tau namanya, itu menunduk hormat kepadaku.

Oh bahkan aku sekarang merasa seperti ratu sekarang. Walau jujur, aku sangat risih di hormati seperti itu.

Aku hanya remaja dan belum dewasa, mana mungkin aku bisa menjadi pendamping pemimpin di pack ini. Pack terbesar ini dan terindah ini.

Pack yang berisi makhluk yang sangat tidak nyata di kalangan manusia kota. Manusia yang sudah bergugat dengan teknologi yang sudah menjadi zamannya.

Aku melihat Peter dan Avian tersenyum kepada kami. Peter baru saja keluar dari ruang kerjanya dengan wajah yang tidak mengurangi ketampanannya sedikit pun.

Mata birunya seolah menghangatkan setiap titik darah yang ada di tubuhku. Tubuh atletisnya yang tertutupi oleh kaos oblong hitam di sertai celana jeans yang melekat di tubuhnya itu adalah tempat dimana aku bersandar.

Pria idaman sekali Peter.

"Hai sayang! Maaf ya aku lama." Peter langsung menangkupkan tangan hangatnya di pipiku.

Pipiku memanas saat melihat senyum dan matanya yang membuat setiap buluku berdiri.

"Gak apa Peter. Aku juga tadi habis bercerita dengan Peery." Peter tersenyum.

Peter langsung memeluk pingangku dengan posesif. Seakan dia takut aku di ambil oleh seseorang.

Hey, siapa yang mau mengambil aku dari Peter? Lagi pun apakah ada pria lain yang suka denganku?

"Apa kamu lapar?" Aku mengangguk di sertai senyumku.

Peter terkekeh melihatku. "Kalau begitu ayuk kita makan! Dari tadi kan kamu belum makan." Aku dan Peter lalu berjalan ke meja makan yang tak jauh dari kami.

Kami duduk di meja makan dan seperti biasa pelayan sedang menyiapkan makanan untuk kami.

Aku melihat Peery da Avian sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Astaga betapa serasinya mereka. Peery yang wajahnya cantik alami dan Avian yang mempunyai ketampanan tak kalah dengan Peter.

Aku selalu membayangkan bagaimana anak mereka nanti. Pasti sangat cantik atau tampan anak mereka.

Oh bahkan aku sudah memikirkan anak. Nikah saja belum, tapi sudah berpikir jauh. Aku menepuk jidatku dengan pelan. Mengerutuki pikiran bodohku ini.

"Kamu kenapa?" Peter menatapku dengan tatapan bingung.

Oh sekali lagi aku buat keanehan. Aku melupakan jika Peter berada di sampingku.

Aku sekarang merasa seperti orang gila saat di dekatnya.

"Gak, aku tidak apa Peter." Bohong dan membuat dia melotot karena mungkin tau aku berdusta. "Oke, oke aku hanya..."

Aku menjeda omonganku dan membuat Peter mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kini wajah kami tinggal beberapa senti lagi.

"Hanya?" Peter mengelus pipiku.

Oh astaga sekarang pipiku panas karena di sentuh pak tua itu. "Aku hanya membayangkan..."

"Apa?"

"Membayangkan jika Peery dan Avian mempunyai anak. Pasti anak mereka sangat cantik dan tampan bukan." Peter tersenyum penuh misterius saat aku selesai berucap.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang