Ada banyak hal yang menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.
~R.A. Kartini~
•••••
Aku membuka mataku. Melihat sekelilingku yang sudah ramai dengan pelayan. Peery, Peter dan Avian pun ada dan sedang menatapku.
Peter terlihat membersihkan sisa air yang ada di matanya. Air yang menurutku adalah air matanya.
Aku menyadari bahwa diriku sudah berada di tempat tidur. Oh bahkan tanganku di infus dan aku merasa seperti orang sakit sekarang.
"Peter!" Lirihku saat melihat di dirinya menggenggam tanganku. Tangan satunya lagi seolah memerintahkan untuk semua keluar meninggalkan aku dan Peter.
Mereka lalu meninggalkan kami berdua.
Tangannya sangat panas seperti biasa. Tatapan kosong, tapi dia tersenyum. Seolah ada yang dia takutkan sekarang.
"Sayang!" Bulir air matanya kembali jatuh.
Peter menangis. Bibirnya bergetar seperti menahan marah. Aku di antara takut dan nyaman.
"Ehmm, apa yang terjadi? Erghh!!!" Aku merusaha bangun tetapi tubuhku lemas dan sulit untuk bangkit.
"Sssttt sayang! Sudah kamu tiduran saja!" Aku mengedipkan mataku.
Dia mengerti jika aku berkata, 'iya'. Tapi aku masih bingung apa yang terjadi.
Seingat aku, aku masih berada di ruang makan bersama Peter, Peery dan Avian. Tapi kenapa aku ada disini? Dengan tumpukan alat bantu sakit.
"Aku kenapa?" Aku menatapnya lekat. Ribuan pertanyaan terus menghampiriku.
Dia terus mengenggam tanganku, tanda dia akan menjawab semua pertanyaanku. "Kamu pingsan, sayang," jawabnya di sertai senyuman.
Peter mencium keningku. Rasa nyaman dan hangat terus menghampiriku dengan hebat. Rasa yang selalu ada jika Peter melakukan ini kepadaku.
Mencium atau memeluk. Dua hal yang membuatku semakin mencintainya.
"Pingsan? Kenapa aku pingsan? Lalu kenapa kamu menangis?" Tanyaku dengan tangan yang berusaha menggapai wajahnya.
Peter hanya terdiam, seolah dia menginjinkan apa yang aku lakukan.
Aku sudah menggapai wajahnya. Membersihkan sisa air mata yang keluar dari matanya. Peter tersenyum begitupun aku.
Aku menghilangkan sisa air mata itu yang seharusnya mustahil keluar dari mata seorang Alpha besar seperti Peter.
"Kamu pingsan karena keracunan sayang. Dan aku? Aku menangis karena kamu." Ucapnya santai tapi membuat hatiku pilu.
Menangis karena aku? Seorang Peter Mark Brayden menangis karena aku? Apa aku salah mendengar?
"Kau tau, selama tiga hari kau tidak sadar dan itu membuatku frustrasi. Kau tau tidak?" Peter sedikit menaikan nada bicara di akhir kata.
Ucapnya seakan membenarkan Peter frustrasi karena melihatku seperti ini.
Aku tidak bisa berkata-kata. Aku bingung dengan situasi ini. Situasi yang seharusnya aku tidak inginkan.
Tatapan mata Peter. Aku merasakan sepertinya tatapan itu pernahku lihat sebelumnya. Tatapan yang Peter baru keluarkan sekarang.
Remaja itu. Tatapan itu sama persis dengan Peter yang dulu. Tatapan sedih dan terluka seakan aku membuka luka lamanya.
Walau sikapnya berbeda dengan Peter dulu, tapi tatapan masih tetap sama.
Apa yang terjadi dengannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] I'm Alpha's Mate! ✔
WerewolfR : 16+ Maaf ceritanya masih belum direvisi. •••• Aku adalah Raisa Swan. Gadis berumur 16 tahun. Aku kelas 2 Senior High School. Aku nerd dan aku adalah bahan bully-an semua temanku. Tunggu apa aku bisa sebut mereka semua temanku? Entahlah. Aku sen...