Cinta itu burung yang Indah, yang mengemis untuk ditangkap tapi menolak tuk dilukai.
~Khalil Gibran~
•••••
"Kemana saja kau, Hogg? Kenapa kau tidak bersama Jersey Devil lainnya? Apa kau berusaha melarikan diri dariku?!" teriak Devira saat melihat Hogg baru saja tiba di istana. Istana Red Eclipse yang berubah menjadi istana kegelapan dan kejam.
Hogg bersujud dengan tangan yang menjadi sanggahan kepalanya, lalu bangkit kembali. "Maafkan saya Tuan. Saya tadi tertangkap oleh Peter dan pasukannya. Tapi saya bisa melarikan diri Tuan. Maafkan hamba sekali lagi. Semua perintahmu adalah tugasku," ucap Hogg dengan sangat sopan.
"Apa katamu? Kau tertangkap? Apa kau memberitahu mereka tentang rencana kita?"
Hogg menunduk kembali.
"Tidak Tuan, saya tidak mengatakan apapun Tuan," ujar Hogg dengan sangat sopan, lalu dia berkata kembali di pikirannya, "bukan hanya rencanamu, tapi semua yang kau lakukan Tuan keberitahu.""Apa kau yakin Hogg? Jika sampai kau memberitahu mereka, aku akan membunuhmu. Apa kau mengerti Hogg?!"
"Semua perintahmu adalah tugasku, Tuanku."
•••••
Rembulan kembali lagi pada tempatnya. Kali ini rembulan itu bersinar tidak pada semestinya. Pantulan cahaya putihlah yang terpantul pada Bulan tersebut.
Begitu pun Raisa yang masih menatap gelapnya malam yang di temani oleh sang Bulan putih. Sang Bulan yang belum berada tepat di atas kepala itu pun menyaksikan Raisa yang tanpa sadar mengeluarkan air mata.
Air tidak tau apa yang dia rasakan sekarang. Dia hanya merasakan sesak di dadanya saat mengingat seseorang yang mencintainya dan menyakitinya.
Dengan hamparan pohon besar yang menjulang tinggi dan suara hewan malam, Raisa masih merasa jika dirinya sendirian. Jika boleh jujur, Raisa merindukan segala apapun tentangnya. Walau dia pernah berjanji untuk tidak mencintai pria itu, tapi seperti itu hal termustahil yang dilakukan oleh seorang Raisa untuk melupakan bahkan meninggalkan prianya.
Dengan segala perasaan yang dia rasakan saat mengetahui bahwa dirinya menderita karena pria itu, tapi Raisa mengakui jika dirinya pernah bahagia bersama pria itu.
Yah, dia baru tahu jika pria itulah yang secara tidak langsung, atau mungkin secara langsung membuat hidupnya hancur sejak Raisa lahir. Dengan hidup tanpa orang tua kandungnya dan membuatnya jatuh Cinta, bukankah itu penyiksaan secara tidak langsung?
"Hikksss, Peter!" Tanpa Raisa sadari lagi dia mengucapkan nama pria itu lagi. Semua yang dia lakukan adalah tanpa dia sadari. Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Rasanya, jika dia berbohong kepada dirinya sendiri, dia merasa sangat tersiksa.
"Sekarang aku harus apa? Kukira Cinta itu bahagia, ternyata Cinta itu menyakitkan," lanjutnya lagi.
Raisa menarik napasnya dengan sangat panjang, berharap apa yang dia lakukan dapat membuatnya sedikit tenang. Walau terlalu banyak pertanyaan yang membuat dia memikirkan pria itu dan melupakan apa yang dilakukan pria itu.
Jika dia boleh memilih, lebih baik Raisa tidak bertemu Peter daripada harus menahan rasa sakit. Sangat sakit. Sampai dia berpikir, apa Peter memikirkannya juga?
'Sudah kukatakan jika kau tidak bisa melawan Cinta. Kita memang sudah ditakdirkan untuk bersamanya.'
'Lalu aku harus apa sekarang? Aku tidak tahu berbuat apa? Aku merindukannya. Tapi aku takut bertemu dengannya. Kau tau kan, jika dia sudah bahagia bersama...'
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] I'm Alpha's Mate! ✔
WerewolfR : 16+ Maaf ceritanya masih belum direvisi. •••• Aku adalah Raisa Swan. Gadis berumur 16 tahun. Aku kelas 2 Senior High School. Aku nerd dan aku adalah bahan bully-an semua temanku. Tunggu apa aku bisa sebut mereka semua temanku? Entahlah. Aku sen...