PART 1

8.1K 200 16
                                    

"Dia si populer, si pemaksa dan si malaikat pelindung gue"

-Kinandya-

Suara sorakan menggema di lapangan Indoor SMA Alvano. Hari ini merupakan hari terakhir Masa Orientasi Siswa (MOS), yang berarti ini merupakan hari terakhir penyiksaan mereka. Jika biasanya para anak osis akan memasang wajah masam, jutek, judes, dan sejenisnya, hari ini berbeda. Anak Osis ternyata tidak semenyeramkan itu, ya walaupun masih ada yang jutek dan songong.

"Grogi gue," ucap Farhan yang sudah siap dengan gitar cokelatnya.

Sivia mencibir. "Sok grogi. Biasa juga tampil di kafe biasa aja," balasnya.

Di tengah lapangan berdiri Rama beserta tim futsalnya, pria blasteran itu tengah memperkenalkan tim futsal kepada para siswa baru. Setelah tim futsal akan ada perkenalan dari ekskul musik. Selain terkenal di bidang akademik, SMA Alvano juga terkenal dengan ekskulnya yang sudah merambah ke luar. Seperti ekskul musik, mereka memiliki band yang di beri nama Angkasa Band yang sudah beberapa kali mengikuti perlombaan dan mengisi beberapa acara di kafe.

"Dedeknya cantik cantik sih." Celetuk Farhan yang kali ini di balas timpukan oleh teman-teman satu bandnya.

"Gue aduin Rani mampus lu, Han," Ucap Bimo, yang sibuk memainkan game online di ponselnya. Sudah satu jam pria ini tidak beranjak dari singgasananya.

"ML terus yaa lo!" Pria putih dengan model rambut pompadour menepuk bahu Bimo dengan keras. "Jobdesk lo dokumentasi yaaa! Gue itung sampe lima kalo lo masih disini, gue keluarin lo dari osis!" Gertaknya yang langsung berhasil mengalihkan fokus Bimo. Tak menunggu hitungan dari Rikas, Bimo menyimpan ponselnya ke saku kemudian mengambil kamera DSLR yang ada dimeja sebelahnya.

"IYAA BOS. GUA KERJA," ucapnya kemudian berlari menuju tengah lapangan.

"Sama Rikas aja nurut lo yaaaa," Sivia mendengus. Padahal dia sudah memarahi Bimo sejak tadi, tapi pria itu menjawabnya 'Bentar, Siv' berulang kali.

"Siv, ini pake rundown yang pertama kan?" Rikas mengarahkan layar hp-nya pada Sivia, menunjukkan tabel berisi rundown acara hari ini.

Sivia menyipitkan matanya. "Bukan, yang di kirim ulang sama Vanya."

"Bilang ke Vanya setiap ekskul estimasinya 10 menit aja. Jangan 15 menit, kelamaan. Ini udah ngaret banget, bisa-bisa selesainya sore."

Sivia mengarahkan jempolnya. Gadis cantik yang merupakan sekretaris Rikas dalam OSIS ini berjalan mendekati Vanya yang duduk di sisi kiri tribun.

Di ambang pintu masuk lapangan indoor, ada seorang gadis yang takut-takut untuk melangkahkan kakinya masuk. Tapi dia harus menemui Rikas, menemui pria yang tampak sibuk bersama teman-teman OSIS nya.

"Bego banget sih, Nan. Pake di titipin ke tas Rikas segala," Kinan menggerutu dalam hati. Menyesali kebodohannya yang menitip ponsel di tas Rikas. Kinan baru ingat setelah sampai dikelas. Awalnya Kinan ingin membiarkan saja HP-nya di Rikas, tapi dia tidak tau harus melakukan apa. Belum ada pembagian kelas, dia tidak membawa laptop ataupun novel untuk mengisi waktu luang.

"Loh, Nan,"

Kinan terlonjak kaget melihat seorang pria yang baru saj masuk. Dia memberikan senyum tipisnya, yang dibalas pria itu dengan kerutan di dahi. Mungkin pria itu bingung kenapa Kinan bisa ada disini.

"Ngapain, Nan? Mau lihat ekskul?" Tanya Dewa, si wakil ketua osis.

Kinan menggeleng. "Dewa, boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa?"

"Tolong panggilin Rikas. Boleh gak?" Ucap Kinan takut-takut. Meskipun Kinan sudah mengenal Dewa, tetap saja dia merasa sungkan dengan pria itu.

KINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang