Chapter1

1.5K 93 47
                                    

Haiii;) jadi cerita ini sempet aku publish. Terus aku unpublish dan sekarang aku publish lagi *labil* wkwkk. Dan aku harap masih ada yg mau baca cerita ini:v kalau yg udah baca, mohon sabar nunggu part selanjutnya ya. Kalau bisa baca lagi aja, biar masih inget wkwk.

Dan jangan lupa tinggalkan vote dan comment kalian:) makasih

-------

Suara notifikasi pesan masuk ditambah dengan nada dering panggilan masuk berkali-kali membuat Ara terbangun dari alam mimpinya.

Tangannya mencoba untuk mengambil handphone yang ada di dekat bantalnya.

Ara berdecak sebal, waktu menunjukkan pukul 12 malam dan laki-laki itu sudah menganggunya.

Ara tidak merespon panggilan masuk dari laki-laki yang tinggal satu komplek dengannya. Rumah mereka hanya dipisahkan oleh tiga rumah.

Ara membaca satu per satu pesan yang isinya sama.

Nata :

Selamat tanggal 20 April untuk yang ke-dua bulan Ara jelek, gembel, bau, tukang ngupil dan jarang mandi.

Ara tertawa kecil membaca pesan dari Nata--teman, tetangga sekaligus pacarnya selama dua bulan.

Handphonennya kembali berdering, dengan perasaan kesal Ara menjawab panggilan masuk dari Nata.

"Woy kebo!! Lama banget jawabnya."

"Sakit jiwa lo, Nat! Ini masih dini hari dan lo udah ganggu gue."

"Ada sensasi tersendiri kalau gue gangguin elo."

Ara berdecak sebal dan mematikan sambungan telepon. Ia langsung menonaktifkan handphonennya.

Ara mencoba untuk kembali ke posisi tidurnya yang nyaman dan kembali bermimpi indah. Namun bayangan Nata mulai memasuki pikirannya.

Namanya Nata.

Ia mengenal Nata dengan sangat baik. Nata bukan tipe cowok badboy atau goodboy. Bagi Ara, Nata termasuk tipe cowok absurd yang hobinya suka gangguin Ara dari SMP.

Siapa sih yang nggak kenal sama Nata? Laki-laki yang hobinya ngikutin Ara kemana pun Ara pergi. Bahkan Nata pernah ketauan ngikutin Ara sampai ke kamar mandi perempuan. Tentu saja itu menjadi bahan gosip terhangat di SMP Adipura.

Nata paling nggak suka kalau ada laki-laki yang main ke rumah Ara selain dia dan Bang Denis, kakaknya Ara. Pokoknya siapapun yang main ke rumah Ara akan bernasib sial ketika ingin pulang. Ban motor mereka selalu menjadi sasaran empuk atas kejailan Nata yang tidak bertanggung jawab.

Sejak SMP, Nata selalu cemburu kalau Ara jalan sama cowok lain. Bahkan Nata pernah ngamuk di ruang guru karena pisah kelas sama Ara.

Nata hanya ingin Ara. Nata menyukai setiap gerak-gerik gadis itu. Nata selalu yakin bahwa ia adalah pangeran yang Tuhan kirimkan untuk Ara.

Bagi Ara, Nata hanya sebatas teman sekolah sekaligus tetangganya. Ara sudah jatuh hati pada sahabatnya, Namanya Damar.

Laki-laki yang mampu membuat hati Ara bergetar setiap kali mata mereka bertemu. Dengan santainya Ara menceritakan tentang Damar pada Nata dan dengan nyamannya Nata menyimak cerita Ara. Walaupun Nata harus menahan luka.

Ara hanya ingin Damar. Ara menyukai setiap gerak-gerik Damar. Ara selalu yakin bahwa dia adalah sang putri yang tuhan kirim untuk Damar.

Ara dan Damar memiliki banyak persamaan. Entah itu hobi, warna, jenis makanan favorit dan masih banyak lagi.

Ara percaya dengan Damar, cinta pertamanya di sekolah. Hingga akhirnya, Damar meninggalkan luka pada hati Ara.

"Gue suka sama Rena. Menurut lo gimana? Gue tembak dia atau gimana? Duh, Rena cantik ya? Cuma cowok bodoh yang nggak suka sama Rena."

Kalimat itu berhasil membuat Ara menangis semalaman di dalam kamarnya. Bahkan Ara sampai memutuskan pertemanan dengan Damar.

Nata mencoba untuk menyembuhkan luka yang ada pada hati Ara. Ia berusaha untuk menjadi teman yang baik untuk Ara, teman yang bisa menjadi sandaran untuk Ara. Namun, hatinya ingin memiliki Ara lebih dari seorang teman. Hatinya mencintai Ara, apakah Nata egois jika ia ingin memiliki Ara lebih dari seorang teman?

Flashback on

"Ra, gue sayang sama elo. Suwer deh! Kalau gue selingkuh, gue rela deh dikutuk jadi batu."

"Ra, kenapa sih lo susah banget buat jatuh cinta sama gue? Kekurangan gue itu apa sih? Gue ganteng, manis dan smart. Sedangkan Damar? Dia cuma kapten futsal abal-abal di sekolah, nilainya jelek banget, terus sering dipanggil guru BP."

"Stop, Nat!! Gue capek setiap hari dengar lo nembak gue dan maksa gue buat jatuh cinta sama lo. Gue nggak bisa, Nat!"

"Ra, kasih gue kesempatan buat jadi pacar lo. Satu minggu juga nggak masalah deh!"

"Lo pikir gue perempuan sewaan?!! Pokoknya gue nggak mau jadi pacar lo. Titik!"

"Gue maksa nih," ucap Nata dengan wajah melas.

Ara menghela napas dan menimang-nimang keputusannya.

"Gue mau."

"Mau apa, Ra?"

"Gue mau jadi pacar lo," jawab Ara dengan wajah yang datar.

Nata bersorak senang.

"Tapi ada syaratnya."

"Syarat?"

Ara mengangguk.

"Nggak ada yang boleh tau kalau kita pacaran dan anggap aja kita berdua jomblo."

Nata mengangguk ragu. "Berat."

"Lo nggak sanggup? Yaudah, lo nggak usah jadi pacar gue. Lebih baik lo move on, terus cari perempuan lain aja. Simple kan?" jawab Ara santai.

"Jangan dong, Ra!! Gue terima deh syarat-syarat dari elo."

Flashback Off

Dan semenjak itu Nata tidak pernah mengunjungi rumah Ara atau mengajak Ara untuk jalan-jalan.

Cinta memang buta. Cinta membuat orang menjadi bodoh. Seperti halnya Nata yang menyanggupi syarat dari ara demi memperjuangkan cintanya.

Ara mencoba untuk menutup kedua matanya dan menghilangkan bayang-bayang Nata dari pikirannya.

Selama dua bulan ia menjalin kasih dengan Nata dan selama itu pula perasaannya tidak pernah berubah pada Nata.

Ara hanya menganggap Nata sebagai sahabatnya. Tidak pernah lebih dan tidak pernah kurang.

Hati Untuk AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang