Nata berjalan melewati koridor sekolah dengan perasaan yang malas.
"Nata!" panggil Ana. Gadis itu menghampiri Nata.
Senyum Nata mengembang ketika melihat Ana mengenakan kacamata minusnya. Jemari Nata mengacak rambut Ana.
"Ih jangan diacak-acak dong, nanti berantakan lagi," omel Ana.
"Nah gitu dong, dipake kacamatanya."
"Nat, udah sarapan belum?"
"Belum."
"Gue bawa roti bakar. Kita makan bareng yuk!" Ajak Ana dengan bersemangat.
"An, roti bakarnya nggak gosong lagi, kan?" tanya Nata sekaligus menggoda Ana.
Mereka berdua tertawa, Nata merangkul pundak Ana.
"Yuk kita ke kelas!" Ajak Nata.
---------
Nata benci pelajaran sejarah. Baginya pelajaran sejarah adalah pelajaran yang paling membosankan.
Teman sebangkunya sudah berada di alam mimpi sejak setengah jam yang lalu. Awalnya teman sebangku Nata adalah Ana.
Karena mereka sering bercanda disaat jam pelajaran, tempat duduk mereka resmi dipindahkan.
Nata merobek selembar kertas dan menulis sesuatu. Kemudian ia melipat kertas tersebut dan memberikannya pada Rina. Karena jarak tempat duduk Nata dan Ana hanya dipisahkan oleh Rina.
"Rin, elo kasih surat ini ke Ana ya."
"An, lo dapat surat nih," kata Rina sambil menepuk pundak Ana.
"Hah, surat? Dari siapa?"
"Dari cowok yang duduk di belakang gue."
Ana hanya tersenyum kecil, ia tahu nama laki-laki yang Rina maksud. Ana membuka surat dari Nata.
An, lagi ngapain? Kayaknya serius banget. Sampai nggak sadar kalau dari tadi gue merhatiin elo.
Ana tertawa kecil ketika membaca surat dari Nata.
Mendingan elo perhatiin pak Anto yang lagi ngajar.
"Rin, kasih ke Nata ya."
Nata sudah tak sabar membaca balasan dari Ana.
"Rin, mana suratnya? Cepetan gue mau baca," bisik Nata.
"Sabar dong, gue kan takut kalau ketauan sama Pak Anto," omel Rina.
"Yaudah deh, kita tukeran posisi tempat duduk aja. Gue mau ngobrol sama Ana."
Rina mengangguk setuju.
Nata langsung membuka balasan surat dari Ana.
"Rin, suratnya udah dibales belum sama Nata?" tanya Ana.
Nata hanya diam dan menahan tawa.
"Sst...Rina, gue nggak bisa nengok ke belakang nih. Mana surat dari Nata?" Tanya Ana lagi.
Ketika Pak Anto sedang menghadap ke papan tulis, Ana langsung memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menengok ke belakang.
"Rin, mana surat-loh kok lo duduk di sini?"
"Gue tukeran tempat duduk sama Rina. Sekarang lo balik ke posisi semula deh. Pak Anto udah selesai nulis di papan tulisnya tuh."
"An, kasihan ya Pak Anto. Udah tua tapi masih aja jomblo," bisik Nata.
"Jangan gitu ah, nanti lo kemakan omongan lo sendiri loh."
"Kayaknya dia suka deh sama Bu Dedeh. Soalnya kalau Bu Dedeh lewat, dia suka senyum-senyum sendiri."
Ana tertawa kecil. "lo tau darimana?"
"Sebentar lagi Bu Dedeh lewat di depan kelas kita. Dia pasti langsung ngeliatin bu Dedeh sambil senyum-senyum sendiri."
Tak berapa lama Bu Dedeh lewat di depan kelas X-IPA3. Pak Anto yang semula sedang serius menjelaskan tentang sejarah kerajaan majapahit langsung melihat ke arah Bu Dedeh dan tersenyum malu.
Ana menutup kedua mulutnya, rasanya ia sudah tidak kuat menahan tawanya.
"Benar kan ucapan gue."
-------
"Satu suap lagi ya, Bang."
Denis menggelengkan kepalanya dan menyingkirkan sendok yang sebentar lagi akan mendarat ke mulutnya.
"Gue udah kenyang."
"Yaampun, lo baru makan dua suap."
"Mendingan lo aja yang makan, gue tau kalau hari ini lo belum makan. Muka lo pucet, lo pasti begadang ya karena jagain gue semalaman."
Ara mencubit lengan Denis. "Nggak usah sok tau deh."
Denis tertawa kecil dan kemudian melihat Damar.
"Mar, ajak Ara jalan-jalan sana!" perintah Denis.
Damar mengacungkan jempolnya."Siap komandan!"
------
"Ra, lo yakin kalau cincin sama bunga mawar putih ini bagus?" tanya Damar ragu.
"Iyalah, emangnya buat siapa sih? Kayaknya lo gugup banget," kata Ara dengan nada sedikit cemburu.
"Ada deh. Yang pasti dia itu perempuan."
Ara hanya melihat Damar dan enggan untuk bertanya lebih lanjut. Semakin ia banyak bertanya, ia akan semakin cemburu.
Ia memilih untuk kembali menatap langit yang mulai senja di taman cakrawala.
"Ini buat lo," ucap Damar sambil mengenakan flower crown buatannya di kepala Ara.
Jemari tangan Ara menyentuh flower crown buatan Damar. "Makasih ya, Mar."
"Besok jangan lupa datang, jam 8 malam ke kafe arabica."
Ara mengangguk paham. Namun otaknya masih terus berpikir tentang cincin, bunga mawar dan gadis beruntung itu.
Damar menatap kearah Ara, gadis itu sedang asik menikmati indahnya pemandangan senja.Ia masih gadis yang sama. Gadis yang Damar kenal beberapa tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Untuk Ara
Teen FictionCerita ini tentang Nata yang jatuh cinta sendirian. Tentang Ara yang masih menyukai masa lalunya. Tentang Ana yang bertemu dengan Nata. Tentang Damar yang mencoba untuk memperjuangkan Ara. Dunia tahu jika Nata menyukai Ara. Bahkan dunia juga tahu ji...