Ana mengambil air hangat untuk mengompres luka pada wajah Damar.
"Sialan, muka gue lebam banget. Kuat juga tenaganya Nata buat mukul gue," ucap Damar yang melihat memarnya dari pantulan kaca.
Ana tidak merespon ucapan Damar. Ia mengompres memar pada wajah Damar dengan hati-hati.
"Lo kenapa sih bisa suka sama cowok seaneh Nata. Dia tuh sok pahlawan banget buat sekolahnya. Gue tau kalau Nata nggak bisa main basket. Dia bukan tandingan gue."
Emosi Ana memuncak, Ana mencubit lengan Damar.
"Aduh sakit, An!"
"Ini nggak ada hubungannya sama perasaan gue," omel Ana.
"Gue nggak nyangka aja lo bisa suka sama Nata."
"Sekarang lo kompres luka lo sendiri deh, gue mau pulang."
------
Ana mengetuk pintu rumah Nata, tak berapa lama pintu dibuka oleh Erisa.
"Permisi tante, Natanya ada?"
"Kamu pasti Ana ya?" Tebak Erisa.
"Kok tante bisa tau?"
"Nata pernah cerita kalau ada perempuan yang bawelnya itu melebihi tante. Ih, kamu cantik ya. Pantesan Nata nggak pernah bosen cerita tentang kamu."
Ana tersenyum malu.
"Masuk yuk, Nata lagi ada di kamarnya. Dia lagi kompres mukanya yang agak memar gitu. Katanya sih abis berantem."
Ana menatap luka yang ada di wajah Nata. Lukanya memang tidak separah luka Damar.
"Sakit ya?" Tanya Ana.
"Enggak, biasa aja."
"Terus kenapa sampe dikompres?"
"Biasalah, nyokap gue bawel banget. Katanya nanti bisa infeksi, menimbulkan efek samping dan blablablabla."
"Bukannya gue jauh lebih bawel daripada ibu lo?"
Nata mendengus kesal. "Nyokap gue cerita apa aja sama lo? Kebiasaan deh, nyokap nggak pernah bisa jaga rahasia."
"Tapi ibu lo lucu. Kaya ibu-ibu gaul masa kini."
Nata mengacak rambut Ana. "Sikap lo sama Ara itu beda jauh banget."
"Maksudnya?" tanya Ana tak mengerti.
"Ara sama sekali nggak khawatir sama kondisi gue."
"Emangnya lo pikir gue khawatir sama kondisi lo? Gue cuma iseng aja mau main ke rumah lo," jawab Ana dan menyembunyikan perasaan salah tingkahnya.
Nata terkekeh pelan.
"Kayaknya gue mau nyerah aja deh, gue nggak tau gimana caranya supaya Ara bisa jatuh cinta sama gue."
Ucapan itu membuat Ana tersenyum senang. Namun ia sadar, ia tak boleh egois.
"Jangan dong, lo harus usaha. Cinta itu cuma soal waktu aja kok."
-------
Ara berdiri di depan pintu rumah Nata. Tangannya ragu untuk mengetuk pintu rumah Nata, namun ia merasa bersalah dengan ucapannya.
Ana menghela napas, ia harus meminta maaf pada Nata.
"Ara?"
Erisa langsung memeluk Ara. "Kamu kemana aja, udah lama tante nggak liat kamu main ke rumah."
"Iya tante, aku lagi sibuk sama tugas."
"Kamu kesini pasti mau ketemu sama Nata ya?" Tebak Erisa.
Ara mengangguk.
"Nata ada kok, dia lagi di kamar. Kebetulan di sini juga ada Ana."
"Ana?"
"Iya, dia lagi jenguk Nata. Kayaknya ada sesuatu deh diantara mereka. Semacam benih-benih cinta gitu," kata Erisa sambil tertawa.
Ara ikut tertawa, namun perasaan aneh itu kembali datang.
"Tante, aku mau titip buah buat Nata. Soalnya aku lupa kalau ada tugas yang harus aku kerjain," kata Ara berbohong.
"Yah, kok nggak masuk dulu sih?"
"Lain waktu aja ya, Tante."
"Yaudah deh, titip salam buat bunda kamu ya."
Setelah sampai di dalam kamar, Ara langsung membuka jendela kamarnya. Ia duduk di depan cermin. Memperhatikan wajahnya.
"Sebenarnya gue kenapa sih?" tanya Ara pada dirinya sendiri.
"Ra, tadi lo ke rumah gue?"
Pertanyaan itu membuat Ara terkejut. Laki-laki itu masih mengenakan baju basketnya, dengan wajah yang sedikit memar. Laki-laki itu duduk di jendela kamar Ara.
"Kata nyokap, elo buru-buru pulang karena ada tugas sekolah. Tapi kenapa lo malah bengong di depan cermin?"
"Gue lupa kalau tugasnya udah gue kerjain," jawab Ara berbohong.
Nata melihat kura-kura pemberiannya.
"Kura-kuranya udah kawin belum, Ra?"
Ara memutar bola matanya dengan kesal. "Mana gue tau, lo tanya aja sendiri sama kura-kuranya."
"Sewot banget sih. Nanti tambah jelek!"
"Ana ngapain ke rumah lo?" tanya Ara.
"Cuma mau liat kondisi gue setelah berantem sama Damar."
"Perhatian banget."
Nata menaikan sebelah alisnya. "Lo cemburu?"
"Gimana gue mau cemburu kalau gue nggak punya rasa suka sama lo."
"Kalau kata Ana, cinta itu cuma soal waktu aja."
"Tunggu tunggu, elo cerita sama Ana kalau lo suka sama gue?" tanya Ara tak percaya.
"Iya."
"Terus ekspresi Ana gimana?"
"Biasa aja."
"Dia nggak cemburu?"
Nata mengerutkan dahinya. "Kenapa dia harus cemburu? Dia kan nggak suka sama gue."
Ara terdiam, ia yakin jika Ana menyukai Nata. Terlihat dengan jelas bagaimana perempuan itu memberikan perhatian pada Nata.
"Nat, jangan fokus sama satu objek aja. Kadang lo nggak pernah tau kalau di luar sana ada perempuan lain yang jadiin elo sebagai objeknya."
"Lo ngomong apa sih? Gue makin nggak ngerti."
Ara berdecak sebal. "Sekarang lo pulang sana, gue mau istirahat."
"Maksud ucapan lo yang tadi itu apa?"
"Nanti juga lo ngerti."
Ana menutup tirai jendela dan kembali menatap dirinya di depan cermin. "Tuh, kok aneh ya. Masa tiba-tiba gue ngerasa ada yang aneh gitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Untuk Ara
أدب المراهقينCerita ini tentang Nata yang jatuh cinta sendirian. Tentang Ara yang masih menyukai masa lalunya. Tentang Ana yang bertemu dengan Nata. Tentang Damar yang mencoba untuk memperjuangkan Ara. Dunia tahu jika Nata menyukai Ara. Bahkan dunia juga tahu ji...