Diam-diam Ara menatap Damar dari bangku taman sekolah. Laki-laki itu sedang mengikuti seleksi ekskul basket.Ia masih laki-laki yang sama seperti tiga tahun yang lalu. Saat Ara tanpa sengaja bertemu dengan Damar di angkutan umum. Sejak itulah pertemanan mereka dimulai.
Rambutnya yang hitam, matanya yang kecoklatan, postur tubuh yang ideal dan wajah yang karismatik. Oh ya, jangan lupakan senyuman Damar yang bisa membuat perempuan jatuh hati pada pandangan pertama.
Senyum Ara mengembang ketika Damar berhasil lolos dari seleksi basket. Ara sangat mengenal Damar. Setiap bermain basket, Damar pasti mencari air mineral dan handuk kecil.
Rasanya Ara ingin sekali berlari dan memberikan Damar air mineral seperti yang pernah ia lakukan di SMP. Namun itu semua hanya ilusi semata.
Tiba-tiba, Ara tertangkap basah oleh Damar. Detik itu juga Damar langsung melihat Ara. Awalnya tatapan itu terlihat terkejut dan perlahan berubah menjadi tatapan yang sering Ara lihat tiga tahun yang lalu.
Damar berdiri dan menghampiri Ara. Ara merutuki kebodohannya karena terlalu lama mencuri kesempatan untuk melihat Damar. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Damar berada di depan Ara dan Ara mulai berjalan mundur. Damar kembali berjalan maju dan Ara berjalan mundur. Dengan cepat, Ara langsung berlari. Namun laju larinya dikalahkan oleh gerak tangan Damar yang langsung menggenggam tangannya.
"Mau sampai kapan kita nggak saling kenal?" tanya Damar. "Emangnya nggak puas waktu satu tahun buat nggak saling kenal?"
Ara menundukan kepalanya, ia tak berani menatap kedua mata Damar. Bohong jika ia mengatakan bahwa ia sudah tidak menyukai Damar. Faktanya, hati kecil Ara masih menyukai Damar.
Damar mengangkat dagu Ara dan membuat Ara terpaksa harus menatap mata Damar.
"Gue kangen bercanda sama elo," ucap Damar.
Ara rindu Damar. Ia tak bisa lagi lari lebih jauh dari Damar. Hatinya terus melakukan perlawanan pada dirinya.
"Gue pergi dulu ya, Mar."
"Elo mau pergi lagi? Terus gue harus tahan kangen lagi sama elo?"
Ara tertawa kecil.
"Elo nggak pernah berubah. Setiap hari gombalin gue, tapi endingnya lo jadian sama orang lain."
Ara langsung menutup mulutnya dan merutuki kebodohannya. Damar menatap Ara dengan raut wajah yang bingung.
"Maksud gue, jangan gombalin perempuan kalau nggak bisa tanggung jawab."
Damar tersenyum. "Gue paham, jadi elo cemburu?"
Ara langsung menggelengkan kepalanya.
"Bukan, maksud gue-
"Jangan cari alasan lagi. Apa salahnya kalau lo jujur sama perasaan elo sendiri."
"Gue nggak suka sama lo," ucap Ara yang mencoba untuk membuat Damar percaya.
"Mata lo nggak bisa ditipu!"
Ara hanya diam dan tidak menjawab ucapan Damar.
Damar duduk di bawah pohon dan meminum air mineral milik Ara yang ada di sampingnya.
Ara mendekati Damar dan duduk di samping Damar. Sudah lama ia tak duduk sedekat ini dengan Damar.
"Gue nggak percaya kalau lo sekolah di sini. Gue pikir lo sekolah di SMA Adijaya, soalnya pacar lo sekolah di sana."
"Pacar?" Tanya Ara bingung.
"Iya, pacar lo yang namanya Nata."
"Dia bukan pacar gue. Dari dulu kita cuma teman biasa aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Untuk Ara
Teen FictionCerita ini tentang Nata yang jatuh cinta sendirian. Tentang Ara yang masih menyukai masa lalunya. Tentang Ana yang bertemu dengan Nata. Tentang Damar yang mencoba untuk memperjuangkan Ara. Dunia tahu jika Nata menyukai Ara. Bahkan dunia juga tahu ji...