Chapter6

510 29 5
                                    

"Bang, kok berhenti disini?" Tanya Ara pada supir angkot.

"Gue mau cari penumpang lagi, Neng. Lo nggak liat? Yang naik angkot ini cuma elo sama bocah SD doang. Tarifnya nggak banyak. Nanti gue juga harus setoran sama juragan angkot gue, terus anak bini gue butuh makan."

Ara mendengus kesal karena supir angkot menjawab pertanyaannya dengan curhatan.

Laki-laki itu semakin mendekatinya, bahkan ia 'say hi' dengan Ara.

"Bang jalan dong, saya bayar tiga kali lipat deh." Sogok Ara. Supir angkot menggelengkan kepalanya.

"No way! Gue nggak mau kalau tiga kali lipatnya."

"Lima?" Tanya Ara.

Supir angkot mengacungkan jempolnya dan mau tidak mau, Ara memberikan uang jajannya pada supir angkot.

Baru saja angkot ingin melaju, laki-laki itu memanggil supir angkot dan menyuruhnya untuk menunggu.

"Duh, Bang. Kok nggak jalan sih? Kan uangnya udah saya kasih," kata Ara dengan panik.

"Gini, Neng. Lo dengar ada bocah manggil nama gue nggak?"

"Enggak saya nggak dengar. Saya juga nggak tau nama abang supir angkot."

"Bentar bentar, eneng kode mau kenalan ama abang?" goda supir angkot sambil menaikan alisnya.

Ara semakin gelisah dan meminta supir angkot untuk segera pergi.

"Masalahnya gue kenal sama cowok itu. Kayaknya dia-" Supir angkot menggantungkan ucapannya sambil berpikir.

"Woy, Bang!! Kita ketemu lagi," ucap laki-laki yang sudah duduk di kursi penumpang yang berada di samping supir angkot.

"Ohh, elu bocah yang tadi curhat soal pacar ya? Nama lo Joko atau Ucup ya? Gue lupa."

Nata menepuk jidatnya. "Nama saya Nata, Bang."

"Eh, Ara baru pulang?" Tanya Nata dengan senyum penuh kemenangan karena dia berhasil satu angkot dengan Ara.

"Lah, si bocah udah punya pacar tapi masih godain cewek aja. Elo playboy kelas kakap ya?" tanya Udin dengan nada bicara yang santai.

"Dia pacar saya, Bang."

Udin langsung tertawa kecil dan ikut melirik Ara.

"Neng, nggak peluk pacarnya? Emang nggak kangen sama pacarnya?" goda Udin.

Ara memutar matanya dengan kesal. "Apaan sih. Dia bukan pacar saya."

"Cie cie cie, kayaknya ada kekasih tak dianggap nih," goda Udin yang masih asik tertawa.

"Kiri bang!! Saya berhenti di sini aja. Terus balikin uang saya!" Pinta Ara dengan kesalnya.

"Jangan, dia satu komplek sama saya. Kalau saya bilang berhenti, bang Udin baru boleh berhenti."

Udin mengangguk dan mengacungkan jempolnya.

"Yaudah, uang saya mana?" Tanya Ara.

"Barang yang sudah diberikan tidak dapat dikembalikan," ucap Udin yang semakin membuat Ara kesal.

"Kok kakak pacaran di angkot sih? Emangnya pacar kakak nggak modal buat pergi ke restoran ya?" Tanya salah satu penumpang yang masih SD.

"Sstt, anak kecil nggak boleh ngomong pacar-pacaran!" jawab Ara.

"Kiri bang! Saya sama pacar saya berhenti disini," ucap Nata dan angkot langsung berhenti.

"Makasih ya, Bang!!"

Nata merangkul pundak Ara dan langsung dilepas oleh Ara.

"Romantis dikit dong," kata Nata dengan nada manja.

"Apaan sih, awas ya kalau main ke rumah. Gue usir!" Ancam Ara dan langsung berlari ke rumahnya.

--------

Nata sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Ronald masih asik bermain playstation di kamar Nata.

"Ah, gue kalah lagi!!" Gerutu Ronald dan menghentikan permainannya. Ia menyeruput kopi hitam dan memakan kacang.

"Gimana perkembangan hubungan antara elo sama Ana? Kayaknya kalian mulai saling terbuka."
"Nggak ada perkembangan apapun. Gue sama dia cuma teman. Lo batu banget sih, gue udah bilang kalau gue nggak suka sama Ana. Dasar mak comblang!" Ejek Nata sambil melempar kacang kearah Ronald.

"Kalau lo nggak suka sama Ana, terus elo suka sama siapa?" tanya Ronald pada sahabatnya yang telah lama jomblo.

"Ada sih, tapi dia nggak suka sama gue."

Ronald mengerutkan dahinya. "Lo tau darimana kalau dia nggak suka sama lo? Emangnya lo pernah nembak dia?"

"Udah. Terus gue ditolak," jawab Nata dengan jujur.

"Bahkan setelah gue sama dia pacaran, dia belum bisa jatuh cinta sama gue yang statusnya udah jadi pacarnya dia," batin Nata.

"Yaudah, elo berhenti buat suka sama dia terus jatuh cinta sama perempuan lain. Contohnya, Ana."

Nata menggelengkan kepalanya. "Nggak bisa, gue nggak bisa berhenti buat suka sama dia."

"Nat, percuma lo suka sama dia. Cuma buang waktu aja. Mau sampai kapan elo nunggu dia?"

"Sampai dia suka sama gue."

Ronald menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Nata.

"Bego lo, Nat. Cinta boleh aja. Tapi jangan sampai cinta itu buat elo jadi pribadi yang bodoh."

"Bukannya cinta harus diperjuangkan?"

"Gini loh, Nat. Elo perjuangin dia. Tapi dia nggak mau diperjuangin. Terus buat apa? Cuma buang waktu!"

Nata tidak menghiraukan ucapan Ronald dan kembali sibuk dengan pikirannya.

"Nat, gue pulang dulu ya. Pacar gue ngajak jalan nih, gue mau malam minggu dulu sama Nita di pasar malam." Pamit Ronald.

Nata tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Dasar anak alay!"

--------

"Ara, kok dua bulan terakhir ini Nata jarang main ke rumah?" Tanya Salsa, bunda Ara saat mereka sedang berada di ruang keluarga.

"Nata lagi sibuk sama SMA barunya," jawab Ara cuek.

"Bunda kangen deh sama Nata. Dia anaknya asik, bisa diajak curhat tentang segala topik. Oh iya, hari rabu ada acara arisan di rumah Nata. Kamu mau pergi ke pasar sama Nata ya buat beli bahan-bahan masak untuk konsumsi arisan."

Ara membulatkan matanya dan langsung menggeleng dengan cepat. "Aku sibuk, Bunda. Kenapa nggak bunda sama tante Amel aja sih yang beli bahan-bahannya?" Tanya Ara dengan nada yang kesal.

"Bunda sama bundanya Nata mau ikut pengajian sore di masjid. Ayolah, masa kamu nggak mau bantu Nata sih. Kasihan kalau dia belanja sendirian."

"Bunda, aku nggak mau. Aku capek," rengek Ara dengan tatapan memohon.

"Pokoknya bunda nggak mau dengar alasan konyol kamu. Setelah pulang sekolah, kamu pergi ke pasar buat beli bahan-bahan untuk masak," ucap Salsa dan pergi meninggalkan Ara.

Ara mendengus kesal dan mengacak rambutnya dengan frustasi.

Drrtt .... drrtt .... ponsel Ara berbunyi, Ara segera mengambil handphonennya untuk melihat siapa yang mengirimnya pesan.

Damar :

Ara, besok pagi gue jemput ya.

Hati Untuk AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang