Mading dipenuhi oleh beberapa siswa yang sudah tak sabar ingin melihat hasil tryout mereka. Sementara beberapa siswa lain merasa tak peduli dengan hasilnya.
"Anjir, nilai gue! Mati dah gue ama emak gue," ucap Nata sambil membayangkan wajah orangtuanya.
"Makanya belajar," sindir Ana.
"Ah tai, gue mana bisa fokus kalau belajar sama elo."
"So?"
"Cariin gue guru private, An. Tapi jangan yang cantik-cantik. Nanti gue bisa naksir."
"Lo minta orangtua lo buat cariin guru private lah. Gue mana tau selera guru kesukaan lo kaya gimana."
"Males, An. Nanti ujung-ujungnya gue disuruh belajar bareng sama Ara. Dikit-dikit sama Ara, dikit-dikit sama Ara. Heran gue. Demen banget jodohin gue sama Ara," omel Nata.
"Seharusnya senang kali kalau lo beneran dijodohin sama Ara. Sama perempuan yang lo suka."
"Ah, salah ngomong gue! Nggak gitu maksud gue, udah lupain aja."
"Santai aja, Nat. Gue nggak cemburu kok. Gue bebasin perasaan lo buat suka sama siapa pun."
Nata menghentikan langkahnya. "Mau jawaban jujur atau bohong?"
"Ya, jujur lah."
"Gue masih suka sama Ara. Tapi, ada tapinya nih. Perasaan itu kaya angin lalu aja. Yang datang terus tiba-tiba ngilang lagi. Dan gue masih milih lo, An."
Telapak tangan Ana menyentuh dahi Nata. "Lo sehat? Mimpi apa gue semalam, lo ngomong kaya gitu."
"Ih, kebiasaan. Ngerusak suasana romantis aja," jawab Nata yang telah mengucapkan hal tersebut berulang kali.
-------
Ara kembali menyeruput cappucino yang ia pesan di kantin, ia mulai bosan dengan kondisi seperti ini. Dimana ia harus rela menunggu Damar selesai latihan basket.
"Tuh kan, telat satu jam. Nyebelin banget tuh anak," omel Ara.
"Siapa yang nyebelin?" Pertanyaan itu membuat Ara terdiam. Ia menoleh ke belakang. Mendapati Damar yang sudah berdiri di sampingnya.
"Kamu yang nyebelin. Kebiasaan banget, katanya tepat waktu. Mana coba buktinya, dipikir enak apa nungguin kamu kaya gitu. Bosen!" omel Ara sejadi-jadinya.
"Ya maaf, tadi ada rapat sebentar."
"Rapat apa ngerumpi?"
"Rapat, sayangku," jawab Damar gemas dan mencubit pipi Ara. "Apa sih kamu, marah-marah mulu. Lagi PMS? Perasaan minggu lalu udah kena deh."
"Udah deh, mendingan pulang aja. Besok aku ada ulangan."
"Iya iya, yaampun. Ribet ya kalau lagi marah."
--------
Nata turun dari motor, kedua matanya menangkap sosok Ara yang duduk di teras rumahnya."Ngapain lo ke sini?"
"Tau tuh, gue disuruh kesini sama bunda."
"Ada bunda lo?"
Ara mengangguk. "Yuk masuk, lo udah ditungguin sama Tante Erisa."
"Ah, paling pada rumpi-rumpi cantik, ngomongin soal Tryout, UN, kampus. Males anjir."
"Udahlah ikut aja. Gue juga nggak tau."
"Lah, elo kan anaknya."
"Gue cuma disuruh nungguin elo di teras rumah."
Nata mendengus kesal. "Kalau tau kaya gini, mendingan gue pulang abis maghrib."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Untuk Ara
Novela JuvenilCerita ini tentang Nata yang jatuh cinta sendirian. Tentang Ara yang masih menyukai masa lalunya. Tentang Ana yang bertemu dengan Nata. Tentang Damar yang mencoba untuk memperjuangkan Ara. Dunia tahu jika Nata menyukai Ara. Bahkan dunia juga tahu ji...