| TUJUH |

760 43 0
                                    

Matahari sudah mulai masuk ke persembunyiannya. Sekarang aku dan bella berjalan menuju ke rumah, kami memakan es krim di pinggir trotoar.

Aku berharap si renternir itu tidak muncul tiba-tiba, saat aku dan bella sedang berjalan santai seperti ini.


"Ada apa denganmu ?" ucapan bella membuatku terkejut.

"Tidak ada, Kenapa ?" balasku khawatir.

"Kau kelihatan seperti sedang waspada, kenapa ?" lanjutnya, ia memperhatikanku sebentar lalu kembali lagi pada es krim nya.

"Tidak papa, entahlah. Aku sedikit pusing" dustaku. Astaga, kenapa ia bisa tahu kalau aku khawatir ??

"Kalau begitu, kita harus cepat-cepat sampai dirumah" ia menarik tanganku dan kami berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Inilah yang aku inginkan, sampai di rumah lebih cepat. Supaya aku bisa bersembunyi di rumah.

Bukan bersembunyi, hanya menghindar saja dari si Renternir sialan itu..



Malam ini aku sibuk dengan pekerjaanku. Membalas email yang masuk dari beberapa teman kantor, kemudian membuat proposal dan yang lainnya.

Aku menguap lebar-lebar, mataku tidak lagi terbuka lebar. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam, bella mungkin sudah tidur di kamarnya. Masih terus mengetik di layar laptop, kemudian terdengar suara mobil berhenti di depan rumah.

Cahaya lampunya mulai menerobos masuk ke dalam, aku bingung dan curiga. Aku melompat dari tempat tidur dan berjalan ke luar, mengintip di balik tirai.

Siapa malam-malam begini berhenti di depan rumah ?? Pikirku, aku masih menunggu.

Seseorang keluar dari dalam mobil, memakai jas. Ia memakai topi dan kaca mata hitam seperti sedang menutupi wajahnya. Aku tidak bisa mengenalinya..

Kalau aku pikir itu si renternir, itu salah besar. Karena struktur tubuhnya bukan tubuh si renternir, orang ini lebih gendut dan besar. Kulitnya hitam, terlihat dari tangannya yang tidak tertutup jas.

Kemudian, ia membuka topi dan kacamatanya. Bahkan ia berbalik dan menghadap ke arah rumahku, seketika itu aku tahu. Bahwa orang itu masih hidup.

Tubuhku bergetar, aku tidak percaya. Secepat mungkin aku menutup tirai dan berbalik.

Apa ini benar ya tuhan ? Orang itu masih hidup ? Kenapa ia bisa berhenti di depan rumahku, apa ia mencariku kembali ?!!

Bella keluar dari kamarnya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Ia berjalan sambil menutup matanya menuju dapur, aku masih terdiam.

"Ana ?? Apa itu kau, kenapa duduk di lantai ??" seru bella, suaranya sedikit terkejut.

Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, rasanya leherku mulai tercekik. Pikiranku masih tertuju pada orang itu..

"Ana, apa kau baik-baik saja ?" bella berjalan ke arahku, ikut membungkuk dan melihatku.

"Anaa.." ia khawatir.

"Orang itu datang lagi bell, ia ada di depan rumah" sahutku, sangat lirih bahkan aku sendiri tidak bisa mendengar ucapanku.

"Orang siapa ?" ia bingung. Kemudian beranjak berdiri dan mengintip di jendela. Baru beberapa detik, kemudian bella ikut panik sepertiku.


"Anaa !!! Apa orang itu yang telah.." bella juga tidak menyangkanya. Ia mulai memelukku erat dan sama-sama menunggu.

"Astaga, bagaimana ini ?" bisiknya, aku hanya menghela nafas panjang. Aku tidak ingin kembali lagi ketempat itu, kalau orang itu masih memaksa ku aku akan membunuh nya di sini dengan tanganku sendiri.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang