| DELAPAN |

741 43 2
                                    

Jesse Mardon. Jadi ia sang malaikat penyelamat hidup bella, well ia sangat berjasa bagi kehidupan bella. Kini ia sedang bertamu ke rumah kami, ada nathan juga yang menemaninya berbicara di ruang tengah.

Ia memiliki lesung pipi, matanya kecil dan setiap ia tersenyum maka garis matanya akan berbentuk lurus.

Humoris, dan sedikit pendiam. Ia baru saja berjabat tangan denganku saat bella memperkenalkan kami. Aku hanya berbicara seperlunya.

"Well, ia memang baik" aku memulai pembicaraan sambil mencuci piring.

"Kau menyukainya, ia benar-benar orang yang baik ana" balas bella.

"Aku tidak bilang bahwa aku suka padanya. Aku hanya menilainya baik" ralatku tetap pada pendirianku.

"Oke, tapi aku lihat ia tertarik padamu.." canda bella, ia menyembunyikan senyum liciknya.

"Bella, jangan memulai lagi" gertakku.

"Kenapa kau tidak mencobanya, setidaknya akan ada yang berbeda" ucap bella, ia berdiri di sampingku. "Setiap orang berbeda-beda. Jesse juga berbeda dengan orang yang dulu pernah melukaimu ana" lanjutnya lagi. Ia berkata seolah-olah hal itu mudah bagiku.

"Bella !!! Aku bilang tidak ya tidak, kelihatannya kau suka mengungkit-ungkit masalahku" balasku, sampai piring yang ada di tanganku jatuh ke bak cuci dan menimbulkan bunyi berdentang.

"Ana, aku tidak bermaksud" ia merasa bersalah saat menatapku.
"Terserah.." aku membersihkan tanganku dengan kain bersih dan segera masuk ke dalam kamar.

Di luar sana hujan turun dengan derasnya. Butiran air menetap di kaca jendela dan menimbulkan embun di senja hari, aku terpaku di depan jendela menatap keluar.

Kalau memang yang di katakan bella itu benar. Bukan jesse yang ingin aku buktikan, tapi aku mengingin valen.

Aku tidak melihatnya memesan bunga lagi di tokoku, empat hari terahkir. Aku juga tidak mendapat pesan darinya melalui email. Well semua terlihat seperti semula, sejak dimana aku belum bertemu dengannya.

Aku benar-benar harus mengakui hal ini. Bahwa aku merindukannya..






~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~







Masa liburan ku telah usai. Aku kembali ke New York sendirian, dan kembali pula pada rutinitas ku bekerja di Green Office tower. Aku senang bisa kembali ke kantorku, entah itu karena faktor pekerjaan atau lainnya.

Tapi aku rasa ini karena faktor aku bisa bertemu dengan valen lagi.

"Iya benar, Mr. Aryandhi mungkin sedang keluar kota" bisik grace saat berjalan di depanku.
"Tapi aku tidak suka dengan Miss Aryandhi" balas lawan bicaranya.

"Grace, tunggu. Ada apa ?" sahutku, aku berjalan di sampingnya sekarang.

"Hai ana.." sapanya ceria.
"Apa yang kau bicarakan tadi ?" tanyaku, aku tidak mungkin salah dengar.

"Mr. Aryandhi tidak lagi menjabat menjadi ketua directur disini" jelasnya dengan nada bicaranya yang khas seperti bella.

"Apaa !!! Maksudku, kenapa ?" aku terkejut, kenapa ia berhenti menjabat menjadi directur. Apa maksudnya..

"Tidak ada yang tahu pasti alasannya. Dan ya, sekarang Mrs. Aryandhi yang menggantikan nya ?" sahut grace.

"Siapa itu Miss Aryandhi" aku semakin penasaran. Kenapa ada yang memakai nama marga keluarganya.

"Bukan istrinya, maksudku. Adiknya, Tania Aryandhi" ucap grace, ia sedikit kesal saat mengucapkan nama adiknya valen.




Tania Aryandhi..
Aku harus menemui wanita itu, setidaknya aku harus melihat bagaimana wajahnya ? Dan sikapnya, akankah ia sama menyebalkannya dengan valen atau justru bertolak belakang ?

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang