| DUA BELAS |

708 47 3
                                    

Jesse berbaring di sofa dan memainkan sebuah bolpoin di tangannya. Ia begitu senang karena acaranya kemarin lusa berjalan dengan sempurna, ia begitu mengagumi boneka barunya.

Siapa lagi kalau bukan, Anastasia..




"Kau tahu, ia adalah gadis yang menarik begitu angkuh dan cantik. Sangat menggoda !!" puji jesse. "Aku ingin ia menjadi model di majalahku" pintanya sambil memikirkan sesuatu yang licik di kepalanya.

"Ana tidak suka menjadi model, ia pernah berkata seperti itu padaku" tuturku.

"Oh ayolah. Coba kau bujuk lagi" jesse memohon.

"Ia keras kepala" tambahku. Tapi ana memang tidak suka menjadi model, ia sudah pernah mengatakan ini sebelumnya. Aku tidak ingin memaksanya..

"Bilang saja ini untuk kemajuan perusahaanmu" saran jesse, ia sekarang bangkit dan berbicara di depanku.

"Apa tania dan bella tidak cukup untukmu ?" sahutku dengan nada serius.

"Jangan tersinggung valen, mereka berdua juga sangat penting" balasnya berusaha ramah, tapi aku kenal baik siapa jesse.

"Aku tidak ingin memaksanya lagi, semakin aku memaksanya ia semakin menolak" Tolakku.

"Tapi aku lihat, ia terlalu takut untuk menolak perintahmu" jesse menebak, aku menarik nafas dalam-dalam.

"Kau saja yang berbicara dengannya. Aku tidak ingin berbohong !!" tukasku. Aku kembali fokus pada pekerjaanku.

"Kau suka padanya ?" ia menatapku dalam-dalam, mencari kebenarannya di dalam mataku. Oh shit, aku terkejut sekarang.

"Tidak" Jawabku tenang.

"Oh, benarkah. Kalau begitu tidak masalah jika aku mendekatinya ?" sahutnya cepat tapi ia masih mengawasi ekspresiku.

"Jika itu berhasil" balasku sambil tersenyum masam.

Aku harap itu tidak akan berhasil, setahu ku ana tidak mempercayai adanya cinta !!
Sudah pasti jesse akan di tolak mentah-mentah olehnya.

"Baiklah, kita buktikan saja" jesse kembali duduk di sofa sambil membayangkan sesuatu.





~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~





Aku baru saja selesai meeting bersama beberapa karyawanku. Kemudian sekarang waktunya jam istirahat makan siang, aku masih menunggu di ruanganku.

Sesuatu sedang menganggu pikiranku, aku tidak tahu kenapa ? Yang jelas aku tidak bisa tenang hari ini.

Tok.. Tok.. Tok...
Suara ketukan di pintu membuatku berbalik dan menunggu. Ternyata catherine, sekertarisku. Ia berjalan ke arahku sambil membawa map dan juga tas kecil di lengannya.

"Siang Mr. Aryandhi" sapanya sopan. Kemudian duduk di sofa.

"Siang Catherine" balasku. Aku juga ikut duduk di hadapannya.

"Sebelumnya saya minta maaf, ini surat pengunduran diri saya dari kantor bapak" ucapnya langsung to the point. Ia menherahkan map coklat yang ia bawa padaku.

"Pengunduran diri, ada apa ?" sahutku, aku bingung.

"Saya memiliki pekerjaan lain di luar jadwal saya di kantor anda. Jadi saya lebih memilihnya, maafkan saya" jelasnya singkat. Well itu terdengar seperti menghina bagiku.

Baiklah, bukan masalah.

"Jadi ini sudah kau putuskan baik-baik ?" tanyaku sopan. Catherine mengangguk cepat.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang