| DUA PULUH LIMA |

705 33 4
                                    

Kring.. Kring.. Kring..

Bunyi dering jam beker di meja samping tempat tidur begitu memekakkan telinga, menganggu kenyamanan tidur. Aku berguling ke sisi kanan dan menutup telinga ku.

Tapi bunyi nya masih belum juga berhenti, astaga siapa yang sengaja menghidupkan alarm sepagi ini..

Kemana valen ?



"Valen !! Matikan alarm mu !" teriakku di balik selimut. "Berisik" hujatku lagi.

"Matikan sendiri ana, aku tidak mengaktifkan alarm tadi malam" balas valen, suaranya terdengar sangat berat. "Kau yang berisik" ia memukul kepala ku dengan bantal.

"Shiit !! Alarm bodoh" gerutu ku, aku menyikap selimutku dan berjalan ke arah alarm lalu mematikannya.




Karena terlalu malas dan mengantuk aku langsung menjatuhkan tubuh ku di ranjang dan kembali tertidur untuk beberapa waktu kedepan. Sampai sesuatu membangunkan ku, cahaya matahari mulai mengintip di balik tirai.

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan kemudian menguap, aku tersadar jika valen sedang menghadap ke arahku dan menatap ku.

"Ada apa ?" bisikku, siapa yang suka di pandangi seperti itu. "Kenapa menatapku seperti itu ?" tuturku sambil menguap lagi. Aku memeluk kembai guling ku untuk menutupi separuh wajahku.

"Apa tadi malam polisi datang kemari ?" Tanya valen, ia menarik guling yang menutupi wajahku.


"Tidak, aku tidak tahu. Aku juga pulang terlalu larut, semalam" Balasku aku beranjak duduk dan bersandar di headbed.

"Ana, apa kau punya surat kesehatan ?" Valen mengikuti gerakan ku. Sama-sama bersandar di headbed.

"Surat kesehatan apa lagi ?!! Tidak aku tidak punya, kenapa ?" Tuntutku. Ini masih terlalu pagi untuk mengurus hal-hal seperti itu.

"Kalau begitu hari ini aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Pengadilan membutuhkan hasil kesehatanmu belakangan ini" Jelas valen, ia mengambil ponselnya dan menunjukkan pesan yang dikirim oleh pihak pengadilan untuknya.




"Apa aku terlihat seperti orang gila ??" Tanya ku sambil memutar kedua bola mataku. Valen tersenyum tipis. "Aku sehat. Aku rasa tes kesehatan itu tidak di perlukan"

"Itu di perlukan, aku sudah membaca surat gugatan itu" Balas valen, ia menunjukkan amplop persegi yang semalam, sudah aku baca. "Cek kesehatan itu hanya akan membuktikan apakah kau mengalami kekerasaan seksual atau tidak ?" imbuhnya lagi. Ia menunggu jawaban dariku.

"Kau mengirim surat gugatan balik pada pengadilan ?" Tebakku. Ia mengangguk sekali.

"Tentu saja. Aku memberikan penyataan yang aku dengar darimu" Tuturnya, Baiklah aku akan melakukan cek kesehatan itu. Aku tidak tahu apa aku pernah mengalami kekerasaan seksual, yang aku tahu. Aku sering sekali di pukuli oleh eric, lagi pula itu sudah sebelas tahun yang lalu.

Aku hanya mengingat separuh dari semua kejadian buruk yang aku alami. Selebihnya, aku sudah melupakannya.

"Pihak pengadilan juga perlu mendengar pernyataan darimu, kau yang paling penting disini" valen mengingatkan kembali, kemudian ia beranjak berdiri "Aku rasa besok kita akan memulai sidang yang pertama" imbuhnya, Aku benar-benar akan melakukan hal ini rupanya.








Aku turun ke bawa bersama valen, menuju ke ruang makan. Biasa nya elle sudah menyiapkan sarapan untuk kami seperti biasanya. Selalu tepat pukul setengah delapan pagi. Tapi pagi ini tidak ada apa-apa di meja makan.

Aku mengambil air dingin di kulkas dan meminumnya, Valen menghubungi seseorang di ruang tengah. Kemudian ia kembali ke dapur.

"Aku rasa elle tidak bekerja hari ini" Ucap valen, ia duduk di kursi.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang