Why Me ?

| TIGA PULUH SATU |

Mencintai seseorang dengan tulus, bukan hanya soal memperjuangkan sesuatu sampai ahkir dan hidup bahagia.

Tapi harus merasakan kehilangan. Rasa sakit karena pengkhiatan dan pedih atas kesendirian.

Dan kemudian, mereka yang mampu bertahan sampai ahkir, dengan ketidakpastian dan mempercayai keyakinan yang tidak mudah di pahami oleh siapapun.

Akan menemukan apa yang mereka inginkan. Terkadang memang tidak mudah tapi bukan sesuatu yang mustahil.

Itulah sebabnya mengapa cinta itu tidak berwujud. Ia membawa kebahagiaan, membuat hati damai dan nyaman selama bersama dengannya..

Dan luka seperti penyakit. Menyebar ke segala pikiranmu dan membuat mu berpikir bahwa semuanya sudah tidak berarti lagi saat kau kehilangan dirinya.

"Cinta bukanlah hal yang bisa di pahami dengan logika"

"Valen, aku harus menemui jesse pagi ini" aku berjalan lebih dulu di depannya untuk segera naik ke dalam mobilku.
Pagi ini aku sengaja membawa mobilku sendiri. Dan aku berharap valen tidak mempermasalahkan hal ini.

"Jesse ?" valen menarik pergelangan tangan ku hingga aku berhenti. Tatapannya langsung menusuk lebih dalam ke dalam mataku. Aku terkejut, dan berusaha untuk tenang.

"Aku kembali bekerja bersamanya" jawabku dengan tersenyum, valen semakin terkejut. Dan kedua bola matanya semakin membesar.

"Apa maksudmu ?!!" ia semakin kuat mencengkram tanganku. Dan aku tahu ia tidak suka mendengar jawabanku.

"Valen,," aku berbisik, dan valen memaksa ku untuk menjawab pertanyaan nya.

"Apa yang kau maksud dengan kembali bekerja bersamanya !!" ia mengertakku, alisku bertaut. Valen, kau harus menahan amarahmu. Batinku.

"Valen, aku akan menjelaskannya nanti waktu jam makan siang" balasku menatapnya dengan teduh.

"Kau membuat kesepakatan dengannya ?" valen semakin geram. Aku tahu kami akan berdebat di depan rumah sampai ia mengerti apa yang telah aku lakukan.

"Tidak" selaku. Mataku tertuju pada sesuatu di balik pintu, aku bisa melihat tania dan ashley mengintip dari balik pintu.

Sial. Mereka selalu menguping sesuatu yang tidak seharusnya mereka dengarkan.

"You lie" valen menuduhku lagi, kali ini aku bisa merasakan ia menyakiti pergelangan tanganku. Aku meronta melepaskannya.