| DUA PULUH |

656 38 0
                                    

Valen berhenti di depan apartement lamaku. Kami memutuskan untuk berhenti sejenak disini, aku dan bella kami sarapan pagi bersama sedangkan valen sedang duduk di ruang tengah dan sibuk dengan ponselnya.

Setelah makan selesai, bella pergi untuk mandi dan aku menemui valen.




Ia sedang berpikir, dengan satu tangannya yang ia taruh di dagunya dan keningnya berkerut.

Aku duduk di sebelahnya tapi ia tidak menyadarinya, kemudian aku menunggu sampai beberapa detik. Valen menghena nafas panjang dan menatapku.

"Apa yang sesungguhnya terjadi padamu ana ?" bisiknya, aku terdiam. Kenapa valen menatapku seperti itu, ada kesedihan yang mendalam di dalam matanya.

"Coba kau tebak" sahutku, suaraku sangat parau.

"Berita di koran, polisi, dan sekarang kau berurusan dengan a pimp ?!" ia membelalakkan mata saat mengucapkan kata yang terahkir.

"Apa yang kau sudah ketahui valen, coba tebak siapa aku yang sebenarnya ?!!" tantangku, aku tahu ia pasti sudah mengerti. Tapi valen tidak berani mengatakannya.



"Hanya itu yang aku tahu sekarang, secara logika masalahmu dengan polisi itu tidak masuk akal" ujarnya, matanya berkilat kesana kemari. "Mungkin hanya satu masalahnya" ia kembali menatapku.

"Ya, hanya satu masalah" imbuhku jujur.

"Ana, kau tidak sedang main-mainkan ? Apa yang selama ini menimpamu" ia mengesek posisi duduknya. Lututnya menyentuh lututku dan satu tangannya terulur ke belakang tubuhku.

"Anaa, dengar kali ini aku benar-benar serius. Aku harus tahu, kalau tidak aku tidak dapat menolongmu" desaknya. Aku seakan di ambang jurang.

"Bagaimana jika kau menolong orang yang salah ?" selaku cepat. Rasanya air mataku tidak dapat di bendung lagi.

"Orang yang salah tidak akan pernah ketakutan untuk kembali ke tempatnya. Dan kau ? Aku tahu kau tidak ingin menjadi seperti ini" valen selalu tepat sasaran. Ia penebak yang handal, aku tidak ingin seperti ini tapi aku harus bagaimana ??




Kalau aku tidak segera membuat keputusan maka keputusan itu yang akan memilihku..

Ucapan valen semalam mulai bergema di dalam kepalaku, aku mengerjapkan kedua mataku dan setelah terbuka aku menatap jauh ke dalam mata valen. Aku ingin ia menolongku, aku sangat membutuhkannya.

"Aku sebenarnya bukan berasal dari Baverly Hills. Aku.." ucapku perlahan-lahan tapi kemudian terhenti.

"Anaa.." teriak bella di belakangku, sontak aku berhenti bicara dan menoleh ke arahnya.

"Bells" sahutku bingung.

"Mereka datang lagi, lihat !! Ada polisi di bawah" teriaknya lagi, ia mengintip ke jendela dan langsung melihat apa yang ada di luar sana.

Aku dan valen saling bertatap-tatapan, ia kembali menggenggam jemari tanganku.
"Kita harus segera pergi, come on" seru valen.





Bella menyusul ku dengan valen yang berlari lebih dulu di depannya. Kami memilih turun ke lantai bawah dengan melewati tangga darurat, karena kalau melewati lift kami pasti tertangkap.

Di lobby bawah, banyak sekali polisi yang berjaga. Aku, bella dan valen berhenti di balik bilik. Menunggu sampai polisinya lengah, kemudian seorang pegawai apartement melewati kami dengan membawa keranjang berisi kantong-kantong besar.



Valen menyuruh orang itu untuk berhenti, ia membisikkan sesuatu ke wanita tua itu dan kemudian wanita itu berjalan ke arah polisi dan berbincang-bincang.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang