| DUA PULUH TIGA |

711 52 3
                                    

Selama pesta pernikahan berlangsung, semua tamu undangan menikmati sajian makanan dan beberapa yang lain memberikan ucapan selamat padaku dan juga ana.

Aku hanya mengundang sanak keluarga dan beberapa teman bisnis tidak lebih dari itu, dan soal eric. Aku sudah menyiapkan penjaga di luar gedung, untuk mencegah kehadiran penyusup yang tidak di inginkan.




Aku selalu mengawasi ana, ia bersama bella dan nathan. Kondisinya tidak terlalu buruk, ia menikmati acaranya meskipun nanti setelah ini ia akan kembali dingin dan tidak peduli.

Aku ingin sekali menghampiri nya dan bersama dengannya, kalau seperti ini terus bagaimana aku bisa terlihat bahagia bersama istriku.


"Valen.." aku menahan langkah ku saat melihat ibuku berjalan ke arahku.

"Ya, ada apa mom ?" balasku.

"Kenapa kau tidak bersama ana ?" tanya nya sedikit berbisik di telinga ku.

"Aku baru saja ingin menghampirinya" aku menunjuk ke arah ana yang sedang duduk bersama bella, hanya butuh beberapa langkah untuk sampai padanya.

"Baguslah, jangan membuat para tamu undangan kecewa. Kalian harus terlihat bersama" perintah ibuku, mulai lagi. Ibuku selalu memikirkan dirinya sendiri, "Dan ya valen, kau harus mengajarkan pada ana bahwa ia harus bersikap yang baik. Jangan acuh tak acuh, ia harus belajar bagaimana keluarga Aryandhi bersikap" imbuhnya lagi, sekarang ibuku menatap tajam ke arah ana.

"Akan ku usahakan" balasku kemudian meninggalkan ibuku dan segera menemui ana.






Aku langsung duduk di kursi kosong tepat di sebelah ana, ia menyadari kehadirnku yang tiba-tiba dan menatapku.

"Kenapa kau kemari.." bentak ana, aku meneguk minuman yang ada di meja sembari memikirkan jawaban untuk pertanyaan nya.

"Aku hanya tidak bisa berada jauh dari istriku" ucapku jujur. Tentu saja, itu yang sebenarnya.
Ana menatapku tidak percaya, aku melingkarkan tanganku di kursinya.

"Oh, lihatlah kalian berdua. Aku benar-benar iri" bella bersuara di hadapan kami. Ana langsung mengahlikan pandangannya dariku.

"Kita akan menyusul mereka sayang" bisik nathan di sertai suara tawa dari bella.





"Jangan bersikap seperti ini, kau tahu dari tadi ibuku mengawasi sikapmu yang dingin kepadaku. Ia tidak menyukainya jadi sebelum beliau kemari dan menegurmu lebih baik aku yang berbicara padamu" bisikku, aku tahu ana sedang mendengarkannya. Kemudian ia menatap jauh ke arah ibuku yang ternyata sekarang sedang berdiri menghadap ke arah kami.

"Maaf" bisik ana, ia langsung menggeser posisi duduknya. Mencondongkan tubuhnya ke sisiku.






"Hai.. Apa aku menganggu ?" seru tania di belakang kami, aku dan ana langsung berdiri menghadapnya.

Dan yang lebih mengejutkan lagi, tatapanku berhenti di sosok seorang wanita yang berdiri tepat di belakang tania.

"Tidak" balas ana.




"Lihat kak, siapa yang aku bawa kemari. Dan ya, ana perkenalkan ini ashley.." seru tania, aku langsung menahan amarahku.. Bisa-bisanya tania bertingkah seperti ini di hadapanku.

Membawa seseorang yang sama sekali tidak ingin aku lihat lagi wajahnya.

Dan ia justru menatapku sangat intens, tidak tahu malu. Setelah semua yang terjadi ternyata wanita ini masih punya keberaniaan untuk datang ke acaraku.



"Mantan pacar kak valen, mereka sudah lama berpacaran dan hampir saja menikah tapi sayang sekali.." cerita tania panjang lebar. Tangan ana menjabat tangan ashley tapi keduanya saling bertatapan dingin.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang