| SEPULUH |

687 51 1
                                    

Terdengar suara samar - samar orang berbicara, dari arah yang berbeda. Mereka saling menyahut dan kemudian tertawa, Aku tidak tahu sekarang sedang berada dimana tapi semua terasa nyaman. Udara yang dingin mulai menerpa kulitku menghilangkan rasa gerah di tubuhku. Sesuatu berada di bawah kepalaku seperti bantal besar. Lembut dan nyaman, tidak ada bau anyir atau busuk.

Hanya pengharum ruangan yang bisa aku cium.


Butuh beberapa menit untukku, supaya bisa mengenali aku berada dimana ? Mungkin saja Rumah sakit. Aku harap jawabanku benar. Karena kalau aku pikir ini di apartementku, itu sangat mustahil.

Aku memaksakan diriku untuk kembali kedunia nyata, membuka perlahan-lahan mataku. Cahaya begitu terang terpampang menyilaukan mataku, reflek tanganku langsung terangkat dan mencoba menghalangi silau cahaya. Rasa nyeri langsung menjalar di pergelagan tanganku, Sebuah selang infus terpasang disana.

Benar, aku di rumah sakit sekarang.



Aku beranjak duduk, dan rasa sakit itu muncul lagi. Yang paling sulit digerakkan adalah Kakiku, nyeri dan terasa bengkak dimana-mana. Kepala ku juga merasakan hal yang sama, pusing dan sangat pening. Bella tertidur di samping ranjangku. Kemudian aku melihat ke sekeliling, tidak ada siapa-siapa. Hanya bella..

Aku menyandarkan tubuhku sedikit miring. Apa separah ini hingga aku harus di bawa ke rumah sakit ? kemana yang lain. Nathan ? Valen ? Aku pikir ia yang akan menungguku disini. Tapi ternyata aku salah, biarlah. Aku terdiam cukup lama sambil melihat sekujur tubuhku, bella tertidur dengan pulas sampai mendengur.

"Anaa ? Kau sudah sadar !!" Bella terbangun dan ia mentapku khawatir. Aku hanya mengangguk sebentar. Kenapa wajah bella begitu panik melihatku ? "Sebentar, aku akan memanggilkan dokter. Tunggu sebentar.." Ia beranjak berdiri. Sekilas ia terlihat senang kemudian kembali panik.

"Bells, ada apa ?" Tanyaku, tapi ia sudah menghilang di balik pintu.


Seseorang masuk mengantikan bella, ia juga terlihat syok melihatku ? sebenarnya apa yang terjadi padaku, kenapa mereka melihatku seperti itu. Valen berjalan lambat - lambat ke arahku, tatapannya kosong.

"Ada apa ?" Aku memulai pembicaraan.

"Tuhan masih melindungimu" Bisiknya, senyum kecil terbentuk di sudut bibir tipisnya.

"Memang apa yang terjadi padaku ?" Aku menanyakan hal yang membuatku penasaran. Valen hanya menggelengkan kepalanya singkat. Kemudian duduk di pinggir ranjangku.

"Tidak papa. Aku senang kau sudah sadar" Balasnya. Aku hanya terdiam.




"Aku tidak bisa memikirkan apapun saat kau diculik, Itu sangat mengangguku" Ia mulai mengutarakan apa yang ada di pikirannya.

"Kenapa hal itu bisa menganggumu ? Aku rasa kita tidak saling menghargai bukan. Aku tidak penting bagimu dan kau juga tidak penting bagiku" Jawabku dengan tegas. Bukankah itu benar ? Aku tidak menganggap hal ini penting karena memang ini tidak penting.

"Mulai saat ini itu penting. Aku akan membuktikannya. Aku tidak akan menyerah meskipun itu berarti kau akan membenciku" Ia menekankan kata tidak akan menyerah, Aku semakin bingung. Seperti ada maksud lain yang tersembunyi di balik kata itu.

Kemudian datang dokter dan beberapa suster, mereka memerintahkan valen untuk keluar dari kamar dan mereka memeriksa ku. Dokter bilang aku sudah empat hari tidak sadarkan diri, jadi mereka menganggap aku tidak bisa diselamatkan.

Ada luka lebam yang cukup parah di kepalaku, mungkin akibat pukulan benda tumpul yang keras. Lalu luka di sisi kanan kiri lenganku, Mereka bilang mungkin ini akibat jatuh dan tergelincir.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang