| DUA PULUH DELAPAN |

1K 42 2
                                    

Aku bersembunyi di balik kotak besar berisi peralatan mekanik. Dan valen tetap pada tempatnya ia memilih untuk melawan, tapi aku tidak yakin jika itu akan berhasil.

Begitu pintu terbuka, aku bisa mendengar jelas bunyi pukulan dari mereka. Aku mengintip, eric hanya berdiri di ambang pintu dan melihat bagaimana pesuruhnya melawan valen.

Aku memikirkan sesuatu, tidak mungkin aku membiarkan valen melawan mereka sendirian. Di atas rak ada sebuah pipa besi aku mengambilnya kemudian memukul dan membantu valen.

"Panggil Security di pos depan, jangan sampai penyusup ini melarikan diri !!" teriak eric yang sedari tadi hanya memerintah tidak jelas.

Melihat anak buahnya terkapar tak berdaya, valen langsung saja mendaratkan pukulan di hidungnya untuk yang kedua kalinya.

Setelah itu aku memukulnya dengan pipa besi yang aku temukan, baru eric terpelanting ke belakang dan tidak sadarkan diri.



Kalau ia mati, aku tidak peduli. Tapi kalau ia hanya pingsan, berarti itu hanya keberuntungan saja.

Valen menarik tanganku keluar dari ruangan, aku membuang pipa besinya. Kami menuju ke lift dan turun ke lantai bawah.

"Seharusnya kau tidak memukulnya, ia bisa saja membuat tuduhan baru di sidang kedua mu" bisik valen, ia memberitahu ku kemungkinan buruk yang nantinya akan terjadi.

"Aku tidak peduli, aku harap ia segera mati !! Hidupku tidak akan tenang kalau ia masih saja berkeliaran" protes ku, pintu lift terbuka dan kami langsung berlari keluar.

"Tanganmu.." valen meraih pergelangan tanganku, ada luka lebam memanjang karena pukulan benda tumpul yang tadi sempat mengenai wajah ku tapi aku menepisnya.
"Tidak papa, hanya luka lebam" bisikku.

Aku mengangguk sekali, memberikan isyarat bahwa aku tidak papa. Dan valen mengusap lembut kepala ku, kemudian kami masuk ke dalam mobil.

"Sekarang kita akan mengurus Devan" bisiknya, ia begitu serius dengan ucapannya. Dan aku tahu, sebentar lagi masalah baru akan menimpah kami.













~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~













Untuk sejenak, aku bisa bernafas lega. Devan sudah berhasil di aman kan, dan valen kembali memperbaik keuangan perusahaannya. Ia menarik lagi saham-saham yang ia punya dan mengembalikan modal perusahaan melebihi yang seharusnya ia dapat.

Hari ini aku tidak sibuk di kantor, valen memberi ku ijin untuk mempersiapkan segala hal untuk menghadiri acara pernikahan Nathan dan bella.

Acara ini di selenggarakan di tengah-tengah kegelisahan yang aku alami. Aku tidak bisa bersenang-senang di pesta sedangkan hasil persidangan masih belum di putuskan.

Kepala ku mulai berdenyut-denyut pusing, seharian di rumah tidak membuatku tenang sama sekali.

"Ini minumannya miss, silahkan" ucap elle sembari membawakan lemon tea untuk ku.

"Elle, terima kasih" balas ku. Aku menerima minumannya dan elle duduk di sampingku.

"Sama-sama miss, maaf. Apa miss sakit ?" tanya nya, ia memperhatikan wajahku.

"Tidak, aku baik-baik saja" sahutku, aku hanya sedikit pusing. Pikiran ku bercabang kemana-mana.

"Mungkin aku butuh waktu untuk istirahat sebentar. Valen mungkin akan pulang seperti biasanya" lanjutku. Sekarang masih pukul empat sore, masih ada waktu untukku beristirahat sampai valen datang.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang