Sepeninggal Sunggyu, dorm menjadi sangat sunyi. Aerin masih berdiri dibelakang pintu. Woohyun memutuskan untuk masuk ke kamarnya, begitu juga L. Hanya Sungyeol dengan hatinya yang lembut memilih untuk menyambut Aerin. Dan ini membuat Aerin takut.
"Waeyo?" Tanya Sungyeol melihat raut wajah Aerin yang menyiratkan sekali bahwa dia sedang ketakutan. Dan Sungyeol menyadari itu. "Kau takut pada Gyu-hyung?" Tanyanya lagi.
Aerin mengangguk pelan. Sungyeol menghela nafasnya berat. "Kau tunggulah disini. Aku akan membuatkanmu teh hangat." Ujarnya kemudian melangkah menuju dapur.
Aerin bukanlah orang yang nakal. Sungyeol merasa bahwa Aerin adalah gadis yang baik. Hanya saja yang membuatnya tidak habis pikir adalah kenapa terjadi perjualan manusia ini. Ini sangat tidak kemanusiaan. Sungyeol simpati pada Aerin. Secangkir teh hangat dibuat oleh Sungyeol. Berharap suasana hati Aerin akan membaik dan dia bisa mendapat jawaban dari semua pertanyaan diotaknya.
"Gamsahamnida." Ujarnya kemudian mulai menyeruput teh hangat buatan Sungyeol. Setelah meletakkan cangkur di meja, Aerin mulai membuka mulutnya.
"Choi Aerin imnida. Dua puluh tahun. Mahasiswi sastra jepang. Alasan berada disini, karena aku sudah dibeli. Dan aku akan mengikuti semua yang kalian katakan. Tidak terkecuali apapun." Jelasnya. Ternyata dia lebih muda dari pada Sungjong.
"Baiklah, mungkin kau masih belum mau menjelaskan lebih lanjutnya. Aku Sungyeol. Lee Sungyeol. Kau pasti tahu. Kami adalah INFINITE. Dan kau harus berhati-hati karena sekarang kau sudah menjadi bagian dari kami." Jelas Sungyeol.
"Ne, aku mengerti Sungyeol-ssi." Sahutnya lembut.
"Namja berambut blonde tadi adalah Nam Woohyun. Yang satu lagi L. Yang sinis tadi adalah Kim Sunggyu, di leader kami. Lalu Jang Dongwoo, Hoya, dan magnae kami Lee Sungjong." Jelas Sungyeol memperkenalkan semua member.
Aerin memperhatikan foto yang baru saja diterangkan Sungyeol dengan seksama. Tak lama kemudian Aerin dan Sungyeol sudah sedikit akrab. Aerin menyukai Sungyeol pada pandangan pertama. Sungyeol sudah seperti malaikat bagi Aerin. Malaikat penolongnya.
"L-ah! Sudah waktunya pergi!" Pekik Sungyeol.
"Ne!" Sahut L di balik pintu kamarnya.
"Aku harus pergi. Kau akan disini bersama Woohyun. Jika terjadi sesuatu hubungi saja aku. Satu lagi, aku rasa Woohyun-hyung sedang sensitive hari ini. Jadi berhati-hatilah. Aku pergi dulu." Pamit Sungyeol kemudian diikuti L yang hanya melirik sinis ke-arah Aerin tanpa mengucapkan satu kata pun.
@~@~@~@~@
Karena hanya pemotretan untuk iklan pribadi L, Sungyeol memutuskan untuk mengantar L menggunakan mobil yang dibelinya akhir tahun lalu. Sementara L membaca skrip yang diberikan oleh PD-nim, Sungyeol sibuk memikirkan Aerin. Bukan kali pertamanya bertemu dengan Aerin saat di dorm. Pagi hari dia sudah terlebih dulu bertemu dengan Aerin.
Ya, Sungyeol bertemu dengan Aerin di minimarket dekat dorm saat Sungyeol berbelanja untuk keperluan sarapan pagi ini. Sungyeol yang kesulitan memilih buah untuk dimakannya setiap pagi tidak sengaja menabrak Aerin hingga buah ditangannya jatuh berantakan.
"Kau harus mencampurnya dengan susu. Itu akan sangat membantu." Sungyeol ingat betul bagaimana Aerin mengatakan itu. Dan dia berterimakasih sekali karena sudah dibantu memilih buah. Namun itu adalah sebuah takdir.
"Yak! Kau tidak mendengarku?" Omel L ketika menyadari bahwa selama lima belas menit terakhir dia hanya berbicara seorang diri. Sungyeol terkejut. "Eoh? Mwo? Kau bicara padaku?" Tanyanya gagap.
"Tentu saja! Apa yang sedang kau pikirkan huh? Tidak biasanya kau mengacuhkanku seperti ini?" Gerutu L. L sangat benci jika seseorang mengabaikannya.
"Mianhae. Aku hanya mengantuk. Aku bangun awal hari ini." Elak Sungyeol berharap L mempercayai perkataanya. L menatap Sungyeol curiga. Tentu saja L tidak percaya itu. Dan L yakin Sungyeol sedang memikirkan Yeoja itu. Namun L sedang tidak ingin membahasnya saat ini. Yang L inginkan adalah sehari penuh dengan teman dekatnya ini. L sudah memikirkan semuanya, apa yang akan dilakukannya dengan Sungyeol seharian ini. Jadi L tidak ingin rencananya hancur.
"Kau sudah berjanji padaku. Hari ini kau milikku!" Cetus L seraya menggembungkan pipinya. Sungyeol tertawa melihat sikap L yang sedang merajuk seperti itu. "Aku masih normal." Sahutnya. Tawa kecil pun lepas dari kedua bibir mereka. Tangan usil L pun mulai memukul-mukul Sungyeol yang tengah mengemudi disampingnya. Sungyeol hanya bisa berteriak protes tanpa bisa membalas pukulan L.
"Akan kubalas kau Kim Myungsoo!" Pekik Sungyeol kemudian menginjak pedal gas.
@~@~@~@~@
Aerin baru saja selesai membersihkan seluruh dorm. Kecuali kamar para member. Karena dia belum mendapat izin untuk membersihkannya dari Sunggyu. Aerin yang bingung harus melakukan apa, lebih memilih untuk belajar. Dua pekan lagi ujian semester akan dimulai. Aerin harus belajar semaksimal mungkin agar bisa menjadi penerjemah, seperti yang diimpikannya.
'Pyar' Aerin mendengar suara benda kaca pecah. Secepat mungkin Aerin berjalan menuju asal suara yang Aerin yakin itu berasal dari dapur.
"Aakkhh.." Woohyun meringis kesakitan. Aerin reflek meraih tangan kanan Woohyun yang berlumuran darah di telapak tangannya. "Gwenchannaseyo? Aku akan mengobatimu." Ujarnya kemudian menuntun lembut Woohyun ke ruang tengah.
"Tunggu sebentar." Aerin kemudian berlari menuju kamarnya. Woohyun dapat melihat dengan jelas Aerin sedang mengobrak-abrik isi kopernya. Ternyata kotak kesehatan. Aerin segera menghampiri Woohyun begitu mendapatkan apa yang dicarinya.
"Tahan sebentar, ini tidak terlalu sakit." Ujar Aerin lirih kemudian mulai menuangkan obat antiseptic ke telapak tangan Woohyun.
"Aakkhh.." Perih. Itulah yang dirasakan Woohyun saat ini. Namun tak lama kemudian Aerin selesai dengan perban ditangan Woohyun. Aerin menatap Woohyun takut. Namun Woohyun merasakan hal lain.
"Aku akan membereskannya." Ujar Aerin sebelum meninggalkan Woohyun.
"Hati-hati." Ujar Woohyun lirih berharap Aerin tidak mendengarnya. Woohyun bukanlah orang yang mudah menerima hal baru datang kepadanya. Jadi Woohyun tidak ingin terlalu baik kepada Aerin. Dia tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Walaupun Woohyun merasa Aerin bukanlah orang yang jahat. Yang tidak bisa diterima Woohyun adalah kenapa Aerin mau dibeli dengan uang? Ini sangat tidak rasional.
Setelah melihat Aerin selesai membersihkan pecahan piring yang di pecahkan olehnya, Woohyun menghampiri Aerin. Tangannya benar-benar diperban total. Woohyun yakin dia bahkan tidak bisa memasak ramen. "Aku lapar." Ujarnya.
"Aku akan membuat omlete untukmu." Sahut Aerin kemudian mulai menyiapkan keperluan untuk membuat omlete. Sebelum memulainya, Aerin terdiam.
"Telur di dalam kulkas. Teflon ada dirak atas nomor dua. Minyak ada di rak atas nomor satu. Piring ada di samping wastafel. Nasi ada di panci. Sungyeol sudah memasaknya tadi." Jelas Woohyun kemudian meninggalkan Aerin seorang diri di dapur. "Gomawo Woohyun-ssi."
Tbc~
Semoga suka😊😊😊