.
.
.
Tiga bulan sudah Aerin berada di LA. Dan tebak, bagaimana keadaannya saat ini. Sepasang mata memandang kosong sebuah ruangan dibalik dinding kaca. Bulir air mata dengan bebas meluncur melewati pipinya. Tidak ada yang bisa namja ini lakukan, hanya bisa memandang ruangan ini dengan seseorang yang tengah terbaring lemah didalamnya. Aerin koma. Keadaannya yang semakin memburuk, membuat tubuhnya tidak lagi bisa menahan rasa sakitnya. Dan ini yang Joshua benci. Dia bangun disaat Aerin tertidur.
"Josh.." Tegur Jisoo melihat kembarannya yang hanya melamun memandang Aerin.
"Terimakasih hyung.. aku sangat menyayangimu.." Joshua memeluk saudara kembarnya dengan erat. Jisoo menepuk pundak Joshua. Ini sudah menjadi keputusan Joshua.
@~@~@~@~@
Sunggyu bergetar dalam pelukan Jungyeop. Tidak, Sunggyu sedang menangis. Bersyukur bandara pagi ini masing sangat sepi. "Tenanglah, aku akan memberi kabar setelah sampai disana." Hibur Jungyeop mencoba menenangkan Sunggyu. Sunggyu menggelengkan kepalanya. "Aku ingin bersamanya..hiks..aku ingin.." Isak Sunggyu sesegukan.
Sungjong dan Hoya yang melihat sang Leader menangis seperti itu merasa iba. Dan sebisa mungkin mereka harus membuat Sunggyu tenang. Sementara Dongwoo, saat ini ia sedang bersama Woohyun yang duduk tidak jauh dari tempat Sunggyu. Berbeda dengan Sunggyu, Woohyun lebih bisa menahan dirinya. Menangis dalam diam. Dongwoo tahu seberapa menyakitkannya itu. Merasa seperti kekasih yang tidak berguna? Tentu saja!
Berbeda dengan kelima member yang mengantar Jungyeop ke bandara. Myungsoo dan Sungyeol justru memilih untuk pergi. Entah kemana mereka pergi, mereka hanya ingin sendiri saat ini. Surat yang Sungyeol terima saat kedatangan Jungyeop waktu itu, melalui surat itu Aerin memberi tahu keadaannya. Setiap member mendapatkan surat yang berbeda. Entah apa isinya, hanya mereka yang tahu.
Hari ini, operasi pencangkokan jantung untuk Aerin akan dilaksanakan. Mengingat kondisi yang semakin memburuk, Aerin harus segera menjalani operasi, walaupun dengan harapan yang sangat kecil. Setidaknya mereka berhak berusaha. Entah apa yang akan diputuskan oleh Tuhan, itu sudah menjadi takdir untuk mereka.
Orang tua Aerin dengan setia menunggu berjalannya operasi. Secuil harapan mereka sisipkan dibalik doa mereka. Jisoo hanya bisa duduk diam dan berharap Tuhan akan mendengarkan satu permintaannya. Tidak, Jisoo tidak ikut ambil andil dalam operasi Aerin, ia tidak sanggup. Jisoo lebih memilih untuk mendampingi kedua orang tua Aerin dan berdoa.
Dokter Hong, ayah Jisoo, baru saja keluar dari ruang operasi. Melepas masker yang dikenakannya lalu menghampiri Ayah Aerin dengan wajah yang sama sekali tidak ingin Jisoo lihat. Tidak! Jisoo tidak bisa melihat itu. Sebelum ayahnya mengatakan hal yang tidak ingin Jisoo dengar, Jisoo berlari meninggalkan mereka semua.
"Jaesoo-ya, Aerin.."
@~@~@~@~@
Sunggyu.
"Yeoja bodoh yang selalu membuat kesalahan. Sampai kapan kau akan membuat kesalahan huh? Setiap kau membuat kekacauan, aku yang selalu menyelesaikannya untukmu. Saat kau sedih, senang, takut, bahkan marah, aku selalu ada disana. Kau sudah berjanji tidak akan pernah meninggalkanku. Tapi kenapa kau pergi? baiklah, kali ini aku yang bersalah. Jadi kembalilah, ok? Aku tidak bisa tanpa dirimu. Aerin-ah, saranghae."
Dongwoo.
"Aku tidak bisa tertawa sekarang. Karena tidak ada kau disini. Bukankah kita selalu tertawa bersama? Dongsaengku yang manja, manis, dan menggemaskan. Apapun akan aku lakukan agar kau bahagia. Tapi kali ini aku tidak bisa melakukan apa-apa. Terimakasih karena kau sudah membuat saat-saat terakhir ayahku begitu bahagia untuknya. Kau benar-benar malaikat bagiku."
Woohyun.
"Demi apapun aku sangat bahagia saat kau menjadi milikku. Walaupun hanya aku yang bahagia dengan status kita. Disaat kau setuju untuk menjadi kekasihku, aku ingin menjadi manusia paling egois di dunia ini. Aku ingin memilikimu. Tidak untuk orang lain. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak ada dalam hatimu. Tapi percayalah, kau ada didalam sini, dihatiku. Kekasih bodoh yang tidak berguna. Maafkan aku.."
Hoya.
"Aku menyesal. Aku tidak tahu kau selemah ini. Kau yang sangat manja disaat kita kecil, aku menyesal. Membuangmu demi impianku. Seandainya saat itu aku mencoba untuk mempertahankan keduanya, mungkin kau tidak akan menderita seperti ini. Kau satu-satunya saudara yang aku punya. Aku sangat menyayangimu. Maafkan kebodohanku ini. Aku bahkan sudah berjanji untuk selalu menjagamu. Aku berdosa! Kenapa kau tidak marah padaku? Seharusnya kau marah. Tidak. Kau sangat baik. Malaikat kecil tidak bisa berbuat seperti itu. Maafkan oppamu yang bodoh ini. Aku menyayangimu."
Sungyeol.
"Bolehkah aku mendapat satu permintaan lagi? Hanya satu saja. Aku ingin kau kembali. Kembalilah, agar namja pengecut ini bisa melihatmu bahagia. Maafkan aku yang begitu pengecut ini. Aku bahkan tidak pernah bisa memperjuangkanmu sebentar. Dan kini aku harus merelakanmu bersama sahabatku. Tidak. Kalian memang sudah ditakdirkan bersama. Terimakasih karena sudah pernah mencintaiku. Tapi ketahuilah, aku lebih mencintaimu. Seperti awal kita bertemu, sampai saat ini aku akan selalu menepati janjiku."
Myungsoo.
"Kau tidak pernah berubah. Sejak kecil hingga sekarang. Kau suka sekali pergi meninggalkanku tanpa memberi tahu, dan kemudian muncul dihadapanku secara tiba-tiba. Membuatku sakit dan gila, lalu membuatku terbang kelangit dengan penuh kebahagiaan. Dan kemudian kau kembali membuatku sakit dan gila. Ini sudah kali ketiga kau pergi meninggalkanku. Dan aku harap kau masih akan tetap sama. Pergi lalu kembali lagi padaku. Saranghae."
Sungjong.
"Kini aku menyesal sudah mengetahui semuanya. Aku sangat berharap kau kembali. Begitu pula semua orang yang ada disini. Tapi setelah aku mengetahui kenyataan sesungguhnya. Maafkan aku yang tidak bisa percaya padamu kali ini. Maafkan aku yang tidak bisa menemanimu kali ini. Maafkan aku. Tapi aku akan mengabulkan satu permintaan terakhirmu. Aku akan membuat mereka bisa merelakanmu. Dan aku juga.."
.
.
.tbc