.
.
.
"Bisakah aku?" Aerin.
Aerin's Heart :
Akhirnya aku harus pergi. Pagi ini, aku akan meninggalkan mereka. Kenapa sesak sekali? Kenapa terasa perih sekali? Kenapa ini sangat menyakitkan? Kenapa aku harus pergi? Bisakah aku? Tidak! Kesempatanku sudah habis. Aku tidak bisa berharap lebih. Bisa hidup sampai saat ini, aku benar-benar bersyukur. Ini sudah takdirku. Sejauh apapun aku berlari, menghindar, bahkan bersembunyi, aku akan tetap kembali. Takdir yang sangat indah. Terimakasih Tuhan.
"Hei! Berhentilah melamun. Kau jelek sekali." Goda namja yang kini berada disampingku. Aku tertawa kecil. Lucu sekali. Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali ke tempat ini. Tempat yang mempertemukanku dengan manusia berhati malaikat. Namja ini, berkat dia aku menemukan semangat hidupku lagi.
"Kau ini, selalu saja menggangguku. Bahkan ketika kita bertemu lagi, kau masih sama. Tidak berubah sama sekali. Bersyukur aku tidak melaporkanmu ke polisi." Sahutku mengimbangi candaan namja disampingku.
Benar, dia penguntit. Penguntit yang selalu mengikutiku, bahkan setelah kita bertemu lagi. Joshua. Aku bertemu dengannya lagi. Mungkin benar dunia itu sempit. Dan kini terjadi padaku. Joshua, namja yang aku temui delapan bulan yang lalu, yang selalu menemaniku disaat aku kabur dari Jungyeop samcheon, dan namja yang selalu bisa membuatku tertawa. Dia kembali padaku. Joshua, ternyata dia adalah saudara kembar dokter Jisoo yang kini menjadi dokter tetapku. Pantas saja aku sempat mengiranya Joshua, namun Jisoo tidak mengaku. Joshua sengaja merahasiakannya. Hingga aku bertemu dengannya di rumah sakit.
"Jang ahjussi akan bahagia. Kau tidak perlu cemas." Hibur Joshua. Aku menghela nafasku berat. Mungkin benar yang dikatakan Joshua. Toh aku juga akan menyusul Jang ahjussi.
"Eump, aku tidak akan mencemaskan ahjussi lagi. Hanya saja, aku masih ingin berada disini. Aku tidak pernah pergi sejauh ini." Keluhku. Joshua tertawa. Namja ini benar-benar menyebalkan.
"Ayolah! Aku sudah bertahun-tahun tinggal di Amerika. Tidak terlalu buruk. Lagi pula, aku juga akan menemanimu disana. Jisoo tidak pandai bergaul." Sahutnya yang masih menampakkan senyuman bodohnya. Entah kenapa, setiap aku melihat senyuman Joshu yang damai, aku selalu merasa nyaman.
"Kau akan baik-baik saja. Aku yang akan menjaminnya. Dan satu lagi, aku ada kejutan kecil untukmu." Sahut Joshua menggantung kalimatnya. Astaga! Namja ini selalu bisa membuatku penasaran. Kali ini apa yang akan dia lakukan? Tidak apa-apa. Mungkin ini yang terakhir.
"Kita akan berangkat malam ini! Yeah! Jadi kau bisa melakukan apa yang ingin kau lakukan sebelum kita pergi. Apa yang ingin kau lakukan? Katakan! Aku akan mengabulkannya." Aku membelalakan mataku begitu mendengar apa yang baru saja Joshua katakan padaku. Malam ini? Jadi aku masih ada waktu untuk bertemu dengan mereka. Ya, aku harus melihat mereka. Untuk yang terakhir kalinya.
"Aku ingin bertemu dengan nya. Bisakah kau kabulkan itu?" Tanyaku ragu. Bodoh! Permintaanku ini terlalu berlebihan!
"Aku akan kabulkan semua untukmu. Ayo! Waktu kita tidak banyak." Angguk Joshua yang kemudian menarik tanganku. Terimakasih Joshu-ssi..
@~@~@~@~@
Joshua menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk sebuah gedung yang sangat megah. Banyak orang berlalu-lalang keluar-masuk gedung ini. Tentu saja! Karena mereka sedang berada di kawasan perusahaan milik keluarga Kim. "Aku akan segera kembali." Pamit Aerin yang kemudian keluar dari mobil Joshua dan melangkahkan kaki nya memasuki gedung pencakar langit itu.