Sungjong's chapter 3 (end)

50 7 0
                                    

.

.

.

Seorang yeoja tengah berjalan riang dengan sebuah keranjang penuh berisi buah. Dengan perlahan yeoja itu membuka pintu sebuah kamar rawat, sebelum memasukin kamar itu, yeoja itu mengintip terlebih dahulu. Apa yang dilakukan yeoja itu, membuat penghuni kamar itu tak kuasa menahan tawanya. Walaupun sulit untuknya tertawa. "Masuklah, tidak ada orang di dalam." Sahut suara namja paruh baya yang terdengar sangat serak.

Yeoja itu pun membuka pintu kamar itu dan masuk kedalamnya. Tidak lupa menutupnya kembali lalu membungkuk memberi hormat pada penghuni kamar ini. "Akhirnya kau datang juga. Apa hari ini ada pemeriksaan? Apa yang kau bawa?" Tanya namja paruh baya itu susah payah mengingat tenaganya tidak terlalu banyak saat ini.

"Ahjussi, aku sudah berjanji padamu akan datang setiap hari disaat tidak ada yang menjagamu. Walaupun aku sedang tidak ada pemeriksaan aku tetap akan datang. Dan ini buah-buahan yang sudah aku haluskan untuk Ahjussi." Jawab yeoja itu sedikit mengomel. Bagaimana tidak, ahjussi yang tengah terbaring dihadapannya ini terus membuah tenaganya dengan sia-sia.

"Aerin-ah, ada apa? Hari ini kau tidak terlihat secerah kemarin? Ceritakan pada ahjussi. Setidaknya itu akan menghibur ahjussi." Memang benar, hari ini perasaan Aerin sedang tidak sebaik sebelumnya.

"Ahjussi selalu memaksaku untuk bercerita. Aku tidak ingin membebanimu." Cemas Aerin. Namja paruh baya itu pun menggenggam tangan kanan Aerin dengan tangan kirinya. Diusapnya perlahan. "Kau tidak pernah membebaniku nak. Justru aku yang membebanimu. Jadi, mungkin ini permintaan terakhirku. Ceritalah."

Aerin menghela nafasnya. Mungkin sebaiknya memang ia harus menceritakan apa yang ia rasakan saat ini. "Ini sudah hari keempat aku meninggalkan mereka. Dan dua hari ini aku harus pergi ke amerika. Aku tidak apa-apa jika berpisah dengan mereka. Tapi saat ini, aku ingin menjaga Ahjussi.. aku tidak ingin berpisah dari Ahjussi.." Bulir air mata Aerin kembali membasahi pipinya.

"Dongwoo benar-benar beruntung bertemu yeoja sepertimu. Aerin-ah, terimakasih untuk semuanya."

"Jang ahjusii! Jangan bicara seolah-olah ahjussi akan pergi. Dongwoo oppa sangat menyayangimu. Bagaimana bisa ahjussi tega meninggalkan Dongwoo oppa huh?"

Namja paruh baya yang kini terbaring dihadapan Aerin, Ayah Dongwoo. Ayah Dongwoo menderita penyakit kanker. Tepat saat Aerin pergi kerumah sakit untuk pemeriksaan pertamanya, ayah Dongwoo harus menginap di rumah sakit yang sama. Aerin mengetahui itu disaat ia tidak sengaja melihat Dongwoo yang panik saat membawa Ayahnya ke rumah sakit ini. Dan di hari itulah, di waktu disaat tidak ada yang menjaga Tuan Jang, Aerin memberanikan diri untuk bertemu dengan Tuan Jang. Hingga saat ini, diwaktu yang sama, Aerin selalu datang untuk menemani Tuan Jang.

"Rin-ah.. Ahjussi sudah tidak kuat lagi. Istriku, kakak Dongwoo, dan Dongwoo sudah merelakan ahjussi untuk pergi. Ahjussi hanya tinggal menunggu waktu. Karena itu, ahjussi ingin menghabiskan waktu terakhir ahjussi dengan bahagia." Ujar Tuan Jang dengan suara seraknya. Aerin semakin terisak. Bahkan air matanya jauh lebih deras dari sebelumnya.

"Aku akan menemanimu ahjussi.. ahjussi tunggu aku disana. Aku akan segera menyusulmu. Aku janji!" Pekik Aerin menggenggam tangan Tuan Jang erat. Mendengar apa yang dikatakan Aerin, membuat Tuan Jang kesal. Dengan keras dicubitnya tangan Aerin yang masih menggenggam tangannya.

"Aauu, sakit.. kenapa ahjussi mencubitku?" Keluh Aerin yang tengah mengusap-usap tangannya yang sakit.

"Jangan bicara seperti itu! Kalaupun kau akan menyusulku, aku akan pura-pura tidak mengenalmu!" Marah Tuan Jang. Bagaimana bisa yeoja yang masih muda ingin sekali menyusulnya untuk mati?

With..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang