.
.
.
ada yang masih kangen book ini ga? :")
maaf slow update banget..
bentar lagi taman koq.. g eh becanda. hehe
happy reading!
.
D-day..
Hari ini, Aerin harus meninggalkan semuanya. Meninggalkan ketujuh orang yang ia sayangi. Meninggalkan semua kenangannya. Barat memang. Tapi Aerin tidak menyesalinya. Apa yang sudah ia lalui sampai saat ini tidak sesuai dengan rencana awalnya. Bahkan Aerin sudah berjanji untuk tidak memakai hatinya. Namun ketulusan ketujuh namja ini, membuat Aerin mengingkari janjinya. Dan itu membuatnya harus tersiksa dihari kepergiannya ini. "Aku tidak pernah menyesal menyayangi kalian. Kalian sangat baik." Gumannya menatap tubuh Woohyun yang masih terlelap diranjangnya.
Aerin selesai mengemasi barang-barangnya. Aerin memang sengaja tidak mengemas semua barangnya. Kepergiannya ini, Aerin tidak ingin terlalu mengagetkan mereka. Aerin ingin mereka tahu secara bertahap. Karena Aerin tahu rasanya ditinggalkan itu sakit sekali. Hanya sebuah koper biru lautnya dan tas ransel hitam kesayangannya. Aerin sengaja berkemas dengan tenang dan pergi pagi-pagi sekali, ia tidak ingin semua orang tahu. "Maafkan aku Oppa.. Aku harap come back kalian berjalan dengan baik. Buatlah aku bangga Oppa.." Lirih Aerin yang siap untuk meninggalkan kamarnya dengan Woohyun. Dan juga meninggalkan Dorm yang sudah menjadi rumahnya sendiri.
Aerin menutup pintu kamarnya dengan tenang. Sebisa mungkin Aerin Manahan suara isakkannya agar tidak membangunkan penghuni dorm ini. "Sudahh siap?" Bisik Sunho pada Aerin yang masih menangis menatap pintu kamarnya dengan Woohyun. "Nnn..nee.." Lirihnya. Sunho pun membantu Aerin membawakan kopernya. Aerin mengikuti Sunho dibelakang. Aerin tidak ingin pergi dari sana. Tapi Aerin harus. Memang tidak selamanya ia akan tinggal disana, tapi tidak untuk waktu yang sesingkat ini.
Aerin duduk di samping Sunho yang siap untuk mengantarnya pulang kerumahnya. Karena mereka pergi sebelum matahari terbit, jalanan kota Seoul masih sangat sepi. Dan Sunho memutuskan untuk melajukan mobilnya dengan kecepatan lambat. Aerin masih butuh waktu untuk menenangkan dirinya. "Kau tidak apa-apa?" Tanya Sunho cemas.
"Oppa, kau ingat. Ini terjadi delapan bulan yang lalu. Saat itu aku ingin dalam waktu delapan bulan urusan kuliahku akan selesai, dan juga akan berjalan dengan cepat. Tapi saat ini, aku ingin kau mengantarku kembali seperti delapan bulan yang lalu. Dan aku tidak ingin waktu cepat berputar." Aerin menatap kosong ke arah jalanan Seoul yang masih gelap. Dadanya begitu sesak.
"Aku tahu ini akan terjadi. Tapi aku akan melakukan semuanya seperti yang kau minta. Kau hanya perlu fokus pada pengobatanmu."
"Sunggyu oppa akan sangat curiga, jadi oppa harus melakukan seperti yang aku minta. Buat dia kesal, sehingga dia bisa melupakanku dengan cepat. Dongwoo oppa akan diam jika memikirkan sesuatu, buat dia senang sehingga dia tidak memikirkanku. Woohyun oppa, dia pasti mencariku. Suruh saja dia fokus untuk come back, dan bilang aku selalu melihatnya. Hoya oppa, aku mohon jangan katakan apa-apa padanya. Jangan biarkan Hoya oppa pulang ke Busan. Sungyeol oppa, jagalah dia untukku oppa. Myungsoo, jangan bertitahu apapun tentangku padanya. Dan Jongie oppa, aku ingin oppa selalu menjaganya, dia tidak suka sendirian." Sunho tertawa kecil mendengar pesan-pesan Aerin yang ditujukannya untuk para member.
"Aku akan melakukan semua permintaanmu nona muda." Goda Sunho.
@~@~@~@~@
Sungjong bangun lebih dulu pagi ini. Sungjong mendengar suara hentakan pisau dari arah dapur. "Itu pasti Aerin." Gumannya. Dengan langkah riang Sungjong menghampiri dan melompat ke arah dapur untuk mengagerkan Aerin. namun apa yang dilihatnya, justru membuatnya terkejut. "Hyung? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sungjong kepada Sunho yang sempat dikiranya sebagai Aerin. Dengan malas Sungjong mendekat ke arah Sunho yang masih sibuk memasak.