.
.
.
"Woohyun-ssi.." Desis Aerin. Woohyun yang mendengar suara Aerin, memalingkan wajahnya dan berlari menghampiri Aerin. Ini diluar perkiraannya.
"Aerin-ah mianhae. Aku tidak bermaksud. Aku mohon jangan marah."
"Aku mohon jaga emosimu. Kau bisa sakit. Percayalah, Daeyeol akan berhasil. Benarkan Daeyeol?"
Daeyeol terdiam. Entah kenapa, rasa percaya dirinya ciut seketika. Matanya tertuju kepada Lee Jeongmin. Orang yang belum lama ini menjadi salah satu dewan juri yang ikut menentukan nasib para trainer. Dan Daeyeol tahu, Jeongmin tidak pernah menyukainya. Aerin menatap bingung ke-arah Daeyeol. "Pasti ada yang tidak beres." Pikir Aerin.
"Woohyun-ssi, sebaiknya Woohyun-ssi membantu Daeyeol. Dia lebih membutuhkanmu." Bisik Aerin ditelinga Woohyun.
"Bagaimana denganmu?"
"Aku akan menyusul."
Woohyun pun menyeret Daeyeol keluar dari ruangan yang cukup besar ini. Kini hanya tinggal Jeongmin dan Aerin. Aerin menatap marah ke-arah Jeongmin. Sementara Jeongmin? Senyum kemenangan tersungging di bibir Jeongmin. Aerin melangkah tegas mendekati Jeongmin yang hanya terdiam ditempatnya. Matanya menatap tajam ke-arah Aerin.
"Bisakah kau berhenti? Apa tidak cukup dengan aku pergi?" Aerin memecah keheningan diantara mereka. Jeongmin tertawa.
"Kau kira aku senang kau pergi?! Kenapa kau pergi tanpa bicara padaku?! Kau anggap aku apa!"
"Maafkan aku oppa. Tapi ini sudah keputusanku. Tidakkah kau berlebihan dengan ini hah?"
"Setidaknya kau katakan padaku. Aku selalu dipihakmu! Dan satu lagi, Hyunmin juga akan berjuang disini, dan aku tidak akan tinggal diam jika Hyunmin disingkirkan oleh Daeyeol."
"Hyunmin? Bukankah dia akan menjadi dokter? Tapi kenapa?" Aerin terkejut. Jeongmin lagi-lagi menertawakan Aerin.
"Kau tunggu bagaimana nanti." Jeongmin pun meninggalkan Aerin sendirian.
Aerin menangis. Kenapa dia harus bertemu dengan bagian dari masa lalunya? Dan kenapa harus saat ini?
@~@~@~@~@
Daeyeol tertunduk dengan gitar dipangkuannya. Mentap dirinya sendiri saja, Daeyeol tidak mampu. Ini terlalu berat untuknya. Kenapa Woohyun harus membuat taruhan seperti itu. Sementara Daeyeol merasa dirinya belum siap untuk evaluasi. Daeyeol mendengus kesal, hingga sebuah tangan mendarat dipundaknya. "Hei."
"Ah, kau Hyunmin-ah." Sapa Daeyeol begitu mengetahui namja yang mengejutkannya.
"Kau kenapa lagi?" Namja yang bernama Hyunmin itu duduk disamping Daeyeol.
"Bagaimana bisa aku bersaing dengan sahabatku sendiri. Dan kali ini aku benar-benar harus melakukannya. Woohyun hyung, dia bertengkar dengan Jeongmin-ssi lagi. Dan Aerin yang menjadi bahan taruhan mereka. Aku bingung Hyunmin-ah.."
"Aerin?" Hyunmin tersentak mendengar sebuah nama yang mungkin sudah sensitive ditelinganya.
"Manajer baru. Sunho hyung memperkenalkan dia kemarin." Jelas Daeyeol. Hyunmin hanya mengangguk mengerti.
"Kau tahu, kita memang bersahabat. Namun kau juga ingat bukan? Jika sudah di evaluasi, kita harus bersaing secara sehat. Dan kali ini aku ingin membantumu. Jangan berpikir untuk terlihat baik di mata orang. Hanya sampaikan, apa yang ingin kau sampaikan kepada seseorang melalui lagumu. Hanya dengan itu aku bisa membantumu. Aku harap kau bisa lebih unggul dariku."